Tiga

6.1K 226 7
                                    

==========

"Papa, kangen."

Langkah penuh gesa harus ia hentikan ketika melihat Pria baruh baya duduk di sofa depan televisi, menikmati secangkir kopi hitam, tentunya dengan menyaksikan berita harian dari salah satu saluran televisi swasta. Sapanya membuat pria paruh baya itu mengalihkan atensi dan menerbitkan senyum yang membuat Selsa berbinar.

Sudah satu minggu Selsa tidak melihat pria paruh baya ini pulang, dengan alasan beberapa kerjaan di luar kota yang belum terselesaikan. Papanya ini pekerja keras, tetapi tidak pernah melupakan waktu penting untuknya. Sekedar membahas Donatella Versace dan beberapa karya desainer kondang tersebut, ataupun Jack Nicklaus kebanggaan Papa.

"Papa lama banget sih perginya, katanya cuma dua hari?" Tanyanya manja, berlari kecil memeluk Papa yang ada di sofa.

Fathir, Papa Selsa, memberi respon tawa ringan serta membalas pelukan anaknya dengan sayang. Sifat manja anak semata wayangnya ini selalu muncul ketika dirinya lama tidak menampakkan diri di rumah, ya walau tidak memungkiri bahwa Selsanya memang sangat manja. Seperti dulu saat bersama almarhum istrinya.

"Kan Papa ketemu sama Jack Nicklaus dulu, makannya lama." Jawabnya bercanda membuat Selsa mendengus.

"Sejak kapan Jack pindah ke Jogja, Pa?" Selsa mendengus kesal, "jangan-jangan Papa disana cari istri baru ya?" Rentetan pertanyaan sembarang dari Selsa selalu mengundang tawa kecil Fathir.

Selsa melepaskan pelukannya, berganti menatap Fathir penuh intimidasi, menuntut jawaban dari pria paruh baya disampingnya.

"Kamu mau dicariin Mama baru?" Fathir justru memancing dengan mengutarakan pertanyaan itu pada Selsa. Karena ia tahu, anak itu selalu sensitif ketika membahas Dera, istrinya.

Mata Selsa memicing tajam, tangannya berbentuk kepalan ia angkat didepan wajah Fathir tapi agak jauh. Selsa tahu ini tidak sopan, tapi Selsa selalu melakukannya ketika Papa membahas Mama baru untuknya. "Awas aja kalau sampe beneran, Papa harus siap-siap kehilangan aku." Ancamnya tegas.

Tidak, itu tidak serius, Selsa hanya bercanda dan Papa mengetahuinya.

Maka dari itu, Fathir tak pernah marah jika Selsa berkata seperti itu. Fathir juga tidak uring-uringan ketika tahu Selsa melarangnya berhubungan dengan wanita manapun selain Dera.

"Emang siapa yang mau culik kamu? Udah dekil, jelek, kurus lagi, Jadinya kan Papa nggak takut kehilangan kamu." Fathir masih saja melempari anaknya dengan berbagai candaan, tangannya digunakan untuk mencubit hidung Selsa hingga merah.

"Ngeselin ya,"

"Anaknya cantik gini dibilang dekil, jelek, kurus, harusnya Papa sanjung-sanjung aku dan ngomong kalau aku ini mirip sama artis Hollywood." Imbuhnya memuji diri sendiri.

Fathir selalu bersyukur melihat senyum dan juga tawa ceria milik Selsa, itu adalah kebahagiaannya melebihi apapun.

"Iya kamu mirip artis hollywood tapi kalau dilihat dari ujung Monas," ejek Fathir semakin membuat Selsa kesal, "sana ke kamar, Nana udah nungguin dari tadi. Kamu nyuruh dia buat bersihin rumah ya?" Netranya memicing penuh tanya.

Ekspresinya seketika berubah menjadi cengiran lucu, menapilkan gigi putih dan rapi miliknya, Selsa mengangguk cepat. "Tadi dia ke butik, terus aku suruh pulang dan bersih-bersih. Tapi cuma kamar Pa,"

Bibir Fatir mencebik penuh cibir, "dasar anak Papa males. Kalau kayak gini bisa-bisa Nana yang Papa angkat jadi anak."

"Papa kok jahat. Aku padahal cuma nyuruh dia bersihin kamar, tapi malah seisi rumah ikut dibersihin. Tapi nggak masalah sih Pa, bikin ringan kerjaan aku pas beres-beres nanti."

That's My (ex) Boyfriend (Sweet Ex Boyfriend New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang