"Bagaimana rapatnya hari ini?"
Fathir melonggarkan dasi yang sepagian mencekik lehernya, dia menjawab dengan sebuah senyuman lalu berkata,
"Sukses. Pembangunan Vila di kawasan puncak di percepat."
Dia menepuk sisi sofa disebelahnya yang kosong, meminta wanita yang baru saja masuk ke ruang kerja untuk duduk di sampingnya. Wanita itu menurut dan duduk di samping Fathir.
"Istirahat yang cukup mas, aku nggak mau lihat kamu sakit seperti beberapa hari kemarin, akhir-akhir ini kan kamu sulit di beri tahu."
Hubungan Fathir dan sekertarisnya, Prita, sudah berjalan hampir satu tahun. Usia Prita dan Fathir selisih lima tahun, namun mereka tidak mempermasalahkan. Bahkan Prita sendiri. Hubungan itu berjalan begitu saja dengan awal Prita menemani Fathir menikmati nasi goreng di salah satu restoran. Prita sendiri sudah pisah dengan suaminya sejak lama, dia janda dan mempunyai seorang anak yang sekarang duduk di bangku sekolah menengah atas kelas tiga.
Mereka sengaja menyembunyikan hubungan ini dari anak-anak karena takut anak-anak belum bisa menerima, termasuk Selsa. Walaupun sudah dewasa, Selsa kerap kali melarang Fathir mencari pengganti sang istri yang sudah lama meninggal.
Tapi maaf, kali ini Fathir akan membuka hati untuk Prita.
"Aku akan istirahat, tapi pekerjaanku melarangku beristirahat. Aku harus bagaimana?"
Prita menggumam kesal, "jangan pekerjaan terus yang di urusin, kesehatan nomor satu. Lagian masih ada aku yang bisa menghadiri pertemuan atau menyelesaikan tugas mas,"
"Nanti kalau kamu yang sakit bagaimana? Sudah jangan di permasalahkan karena ini sudah menjadi tugasku,"
Prita hanya berdehem menanggapi. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan melipat tangan di depan dada, kepalanya menoleh menatap Fathir disampingnya.
"Kamu nggak mau ngasih tahu ke Selsa tentang hubungan ini? Cepat atau lambat dia akan mengetahuinya mas," kekhawatiran terbesar Prita adalah jika Selsa mengetahui hubungannya dengan Fathir, lalu gadis itu tidak akan menyetujuinya.
Karena menurut cerita Fathir, Lesha begitu menyayangi mendiang ibunya, rasa cintanya begitu besar hingga siapapun tidak bisa menggeser posisi itu.
"Belum saatnya Ta, mas masih ingin seperti ini dulu."
"Tapi kalau dia tahu dari orang lain, rasa kecewanya semakin besar loh. Nggak pa-pa kamu kasih tahu dia mas, soal dia mau menerima aku atau tidak itu urusan belakang, aku nggak ingin buat orang lain kecewa."
Fathir membenarkan omongan Prita, bagaimaapun Selsa harus mengetahuinya. Baiklah dia akan menjelaska pelan-pelan kepada Selsa bagaimana semua ini bisa terjadi.
"Tapi mas takut dia marah dan menolak kamu, lalu dia menyakiti kamu dengan kata-kata pedasnya. Aku tahu bagaimana anak itu jika sedang marah," Fathir menatap ragu Prita yang ada didepannya.
Saat mendapati usapan di bahu itu tidak tahu kenapa hatinya berubah tenang, ditambah senyum manis milik Prita, Fathir tidak bisa untuk tidak mencintai Prita.
Bahkan dulu dia pernah menangis semalaman meminta maaf pada mendiang sang istri karena jatuh cinta pada Prita. Dia meminta maaf karena semudah itu melupakan mendiang dan beralih pada Prita.
"Nggak masalah juga karena aku tahu dan paham posisi Selsa, wajar kalau dia marah dan tidak terima. Semoga aja nanti aku bisa hadapi situasinya dengan tenang dan pelan-pelan juga mengambil hati Selsa."
Senyuman itu terlukis bersama usapan Fathir di pipi milik Prita.
Semoga saja doa-doanya semenjak bersama Prita, Tuhan kabulkan. Semoga saja pintu hati Selsa tergerak dan mau menerima Prita, itulah salah satu doanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My (ex) Boyfriend (Sweet Ex Boyfriend New Version)
General FictionDALAM TAHAP REVISI! [Sweet Ex Boyfriend, New Version] Blurb: Tidak ada salahnya membaca buku yang sama berulang kali, begitulah perumpamaannya. Selsa dipertemukan kembali dengan Fabian, mantan kekasih yang dulu menjalin cinta selama tiga tahun, dit...