satu

1.2K 55 3
                                    

Ku ceritakan tentang banyak kisah, hingga aku lupa bagaimana dengan kisah ku sendiri? Kisah yang mungkin sangat rumit sekali. Ini tentang pencarian, penantian tanpa kepastian hingga ketidak berdayaan ku dalam perihal cinta.

🐰🐰🐰

Dia menyentuh kedua pipiku, menghapus air mata yang sudah berhamburan membasahi wajahku. Hari ini aku harus berpisah dengan dia yang aku cinta, dengan berat aku menghantarkannya pergi. Ia menatapku dengan pilu, matanya menatap tak tega padaku tiga tahun kami bersama bukan hal yang sebentar dalam keadaan suka dan duka ia tak pernah meninggalkan ku sekalipun dan kini ia harus pergi demi cita-citanya di masa depan. Aku mengangguk mengerti tak seharusnya aku memberatkan dirinya yang berkeinginan untuk maju dan menggapai cita-citanya, bukankah jika kita cinta harusnya kita selalu memberi dukungan walau pahit yang akan kita rasakan? Oh percayalah di dunia ini tidak ada yang namanya perpisahan dengan rasa manis.

"Tunggu aku ya, setelah nanti aku pulang kamu adalah wanita pertama yang akan ku temui" ucapnya. Ia menggenggam tangan ku erat, seakan ia juga berat meninggalkan ku. Aku mengangguk lalu memalingkan wajahku dan kuharap air mata ini segera berhenti mengalir dan terus berjatuhan. "Jika aku pulang nanti, aku akan datang kerumah. Aku akan segera melamar kamu, aku janji" ucapnya lagi, ia menenangkan hatiku dengan kata-kata nya. Seulas senyum dan harapan kini tumbuh secara bersamaan.  Dan kini ia pergi dengan membawa semua harapan itu

****

Aku menghembuskan nafas ku dengan kasar, aku memejamkan mataku, mataku merasakan panas namun enggan mengeluarkan airnya. Kutarik selimut tebal bermotif hello Kitty itu untuk menutupi seluruh tubuh hingga kepalaku sejak tadi aku tak berniat untuk melakukan hal apapun, yang ingin ku lakukan hanya mendapat kabar darinya saja. Berulang kali aku membayangkan momen-momen indah bersamanya dimana hanya rasa senang saja yang ku terima hingga akhirnya kini kepergiannya membuatku benar-benar merasakan kehilangan.

Namaku Rain, gadis konyol yang suka ujan-ujanan. Entahlah julukan itu ku dapat dari sahabatku Daniel, tak banyak yang ingin ku ceritakan hanya saja aku ingin bercerita perihal penantian. Dia adalah Habibi, laki-laki bertubuh tinggi dengan warna kulit sawo matang, hidung mancung dan wajah yang imut itu berhasil mengisi hidupku selama tujuh tahun ini. Bayangkan hari ini adalah hari tepat tujuh tahun aku mengenalnya, tiga tahun kami benar-benar bersama, dua tahun hanya lewat telpon genggam saja atau bisa di bilang ldr. Dan dua tahun juga dirinya menghilang tanpa kabar dan tanpa jejak. Namun aku tetap menanti, tetap setia walau terkadang sakit. Saat ini aku benar-benar takut, takut jika nanti penantian ini tidak tumbuh dengan sesuai harapan ku.

"Mau sampai kapan lagi, kamu nolakin banyak pria demi penantian mu itu" kata Delvi, sahabat dekatku yang sudah berada di dalam kamarku. Ia menarik selimut dari wajahku, matanya menatap wajahku yang terlihat kusut habis menangis. "Ada titipan dari Ari" ucapnya lagi lalu memberikan bingkisan dengan kemasan yang terlihat rapi dan cantik. Aku mengernyitkan dahi menatap surat yang di kirim bersamaan barang pembeliannya.

"Kita hidup di tahun berapa sih?" Tanyaku asal. Perlahan ku buka isi surat tersebut lalu segera membacanya.

Delvi terkekeh geli mendengar pertanyaan ku. "Gimana orang gak ngirim surat coba, kalau nomor handphone nya saja kamu blokir?" Kata Delvi.

Aku ikut terkekeh lalu membuang surat nya ke tempat sampah.

"Kenapa di buang? Pernyataan cinta lagi? Mau sampai kapan?" Tanyanya. Aku mengangkat kedua bahuku lalu kembali membaringkan tubuhku. "Rain, aku capek harus banyak menemui pria yang hanya menitip salam dan surat untuk mu" katanya jujur. Aku terkekeh mendengarnya.

Dalam Diam ku ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang