Usai

327 35 3
                                    

Kalau tidak ada kesedihan yang mendalam, maka tidak akan ada ketenangan. Kalau tidak ada penderitaan, maka kita tidak pernah berkenalan dengan kebahagiaan. Pelangi tidak akan terlihat indah bila hanya terdiri dari satu warna.

"Dia akan segera melangsungkan akad" sebuah pesan singkat kini ku terima dari salah satu sahabatku dan sahabat Reyhan. Kak Sances. dia adalah mentor yang pernah menghukumku dulu, karena hukuman dari dirinya lah aku menjadi lebih dekat dengan Reyhan.

Aku tersenyum tipis memandang layar telepon genggam milikku. Akhirnya sebentar lagi, apa yang aku takutkan sesungguhnya akan terjadi. Rey akan segera meminang perempuan lain, perempuan yang tentunya jauh lebih baik dariku. Ku seka air mata yang mulai berjatuhan membasahi wajahku, Hatiku seperti tercabik-cabik, Ada tangisan yang mengalir di dadaku. Tapi, inilah sebuah fakta yang harus ku hadapi. Ku pandang pantai panjang yang ada di depan ku. Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan, ku atur sekian rupa ritme detak jantungku agar tetap beraturan, bagaimanapun semuanya telah ku serahkan kepada Tuhan, aku percayakan semua takdir yang Allah telah berikan. aku percaya bahwa takdir Allah adalah yang terbaik untukku di masa depan.

"Akad telah selesai, Rey telah resmi menjadi suami orang, tapi wajahnya tak terlihat bahagia. Kakak harap kamu baik-baik saja" selang beberapa waktu aku kembali mendapatkan pesan singkat dari Kak Sances, Ya aku dengan sengaja meminta bantuan Kak Sances untuk memberi kabar tentang Rey yang akan menikah, setelah membacanya tubuhku terasa lemas. aliran darahku terasa terhenti begitu saja, aku telah kehilangan dia yang aku cinta.

berulang kali ku kerjapkan kedua mataku, menyadarkan diriku bahwa sakit ini hanya sementara. Aku pasti bisa melalui nya seperti hal-hal sebelumnya. Aku pasti mampu melewatinya, Aku percaya akan kekuatan diriku, Aku percaya tidak ada yang mampu mengalahkan diriku termasuk luka ini.

Dalam kesunyian yang teramat sepi kini berbagai pemikiran demi pemikiran untuk menyerah datang dan menghantam pikiran ku kembali. Lagi-lagi aku harus berjuang melawan diriku sendiri aku percaya layaknya cerita bertransformasinya kupu-kupu. Kupu-kupu yang dapat terbang dengan indahnya adalah berkat sebuah metamorfosis yang panjang dan melelahkan. Dari telur yang tidak bisa apa-apa ia berubah menjadi ulat yang menggelikan. Saat menjadi ulat, dia bekerja keras tanpa mengenal lelah dengan makan daun terus menerus, tak lama ia bermeditasi, menyelami dirinya dalam sebuah kepompong, sampai pada waktunya, Tuhan pun mengizinkan dia berubah seperti apa yang dia inginkan, menjadi cantik menawan dan mampu terbang puluhan kilometer.

Yaaa...
terkadang untuk mendapatkan suatu impian, suatu keinginan, suatu niat, kita harus melewati perjalanan panjang yang melelahkan, berliku-liku, hingga sampai pada satu titik, seakan kita telah kehabisan energi dan hanya bisa pasrah, berserah. Secara otomatis kembali pada Nya. Di titik itulah biasanya Tuhan memberikan keajaiban yang tidak terduga.

Itulah yang ku harapkan, gambaran seperti itulah yang ku inginkan, balasan dari rasa sabarku dalam menunggu. Kebahagiaan untuk hidupku. Ku serahkan hidup ini hanya kepada Mu, Ya Rabbi.

Di tengah keheningan ku kini seseorang datang menghampiriku, menyapa ku dengan senyum ramahnya yang belakangan ini sering ku temui. Ia adalah Fadli salah satu laki-laki dewasa yang tinggal di pesantren Umi dan Abi. Fadli sejak kecil tinggal di pesantren milik Umi Arini, dan setelah ia dewasa ia mengabdikan dirinya untuk membantu Abi dan Umi mendidik santri-santri disini. Usianya sekarang dua puluh tujuh tahun.

"Sedih lagi?" tanyanya, lalu mendudukkan dirinya di sampingku, di pesisir pantai panjang yang ada di Bengkulu. aku memaksakan seulas senyum tipisku, menahan sakit semampuku.

"Mau dengar cerita?" tawarnya. Aku mengangguk mantap.

"ada sebuah kisah penuh inspirasi dari sebuah buku yang pernah aku baca. Begini ceritanya... Dahulu kala di negeri seberang, ada seorang laki-laki bertubuh lumpuh. Bertahun-tahun yang ia lakukan hanya duduk-duduk, berzikir dan berdoa saja di dalam rumah saja. Karena penyakitnya sudah berlangsung lama, ia pun merasa sudah ikhlas dan pasrah terhadap penyakitnya. Para dokter dan tabib penyembuh sudah angkat tangan akan penyakit yang di deritanya itu. Pada suatu saat ketika dia sedang duduk di beranda rumahnya, tiba-tiba ada seekor kalajengking jatuh dari atap rumahnya. Tepat di atas tubuhnya. Karena lumpuh, dia tak mampu bergerak untuk mengusir kalajengking tersebut. Kalajengking itu pun merayap di atas tubuhnya, merambat ke atas kepalanya, lalu menyengat tepat di atas dahi orang tersebut. Kalajengking itu beberapa kali menyengat kepala orang tersebut, hingga orang tersebut merasa sakit luar biasa. Namun setelah itu, sesuatu mengejutkan terjadi. Telapak kaki orang tersebut secara tiba-tiba dapat bergerak. Lalu pergerakan itu merambat ke kaki, lalu ke tangan, lalu ke kepala, hingga akhirnya seluruh tubuhnya mampu ia gerakkan. Darah kehidupan seakan kembali mengalir ke seluruh sel tubuhnya. Merayap dan menjalar ke seluruh organ. Ia pun berdiri, berjalan perlahan, menyentuh dinding, menyentuh lemari, dan semua benda ia sentuh dengan rasa haru. Ia benar-benar merasakan keajaiban dari sesuatu yang ia sangka malapetaka. Dari sesuatu yang menyakitkan yang ia sangka musibah, ia mendapat kesembuhan dari seekor kalajengking, yang menurut sejumlah dokter, memiliki serum antibiotik yang mengandung racun, namun bila toksitnya di reduksi secara kimia, maka serum tersebut dapat menjadi obat untuk orang yang menderita lumpuh. Maha Suci Tuhan yang Maha Penyembuh. Cerita ini cocok sekali untuk mu agar terinspirasi, Ikhlaskan dan Pasrahkan semua ujian yang sedang kamu alami. Untuk semua rasa sakit itu pasti Allah telah menyediakan penawarnya. Kamu kuat maka nya Allah uji. Kamu mampu maka nya Allah coba, agar kamu sadar batas mana kemampuan mu itu." ucap Fadli, Ia kembali tersenyum manis padaku lalu berdiri, setelah menceritakan kisah penuh inspirasi itu dia berjalan kembali meninggalkan ku. Seakan ia mengerti bahwa aku sedang membutuhkan waktu untuk mencerna semua perkataan dan nasehatnya itu.

Ya Fadli benar, harusnya aku sadar ujian ini hanya untuk meningkatkan derajatku saja. Tuhan telah menciptakan langit beserta benda-benda yang menyertainya, matahari yang bersinar cerah serta rembulan dan bintang yang tersenyum syahdu. semua telah di ciptakan Tuhan untuk kebahagiaan manusia. Betapa istimewanya manusia bagi Tuhan. Namun Tuhan Maha Tahu, Ia ingin memberikan lebih daripada itu. Dia tahu, getar dada kerinduan hati setiap manusia ciptaan Nya. Dia tahu, betapa manusia memerlukan seseorang untuk menjadi pendengar. Tidak hanya kata yang terucap, namun juga jeritan hati yang tak terungkap. Dia tahu, betapa manusia merindukan seseorang yang dapat menerima dirinya dengan segenap perasaan. Tanpa pura pura. Tanpa prasangka. Tanpa pamrih. Dia tahu, bahwa pada saat manusia jatuh terharu biru, terseok-seok di hempas badai dan ombak, di guncang duka dan nestapa, manusia membutuhkan seseorang yang mampu meniupkan napas damai, mengobati luka, menopang tubuh yang lemah. Tanpa pura-pura. Tanpa prasangka. Tanpa pamrih. Dia tahu bahwa pada saat manusia diburu untuk mengejar cita-cita, melaksanakan impian, menunaikan niat, manusia memerlukan seseorang untuk bersedia berdiri di sampingnya. Untuk memberi semangat yang tak lekas padam. Tanpa pura-pura, Tanpa prasangka. Tanpa pamrih.

Karena Dia Maha Tahu, maka Dia menciptakan seorang belahan jiwa. Ya belahan jiwa. Belahan jiwa yang sampai detik ini belum menampakkan tubuhnya di hadapanku. Belahan jiwa yang sungguh aku rindukan kehadirannya. Belahan jiwa tempatku berlabuh melepas penat kehidupan.

Sebenarnya, amatlah besar pengharapanku bahwa akulah yang akan bersanding dengan Muhammad Raihan Arahman. Tapi, takdir yang jatuh dari Nya berkata lain. Aku harus legawa menghadapinya.

aku harus bisa menerima bahwa cerita cinta ku bersamanya mulai detik ini telah Usai.

Happy reading🌹

Dalam Diam ku ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang