dua

460 30 1
                                    

Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidur yang selalu setia menemani ku. Hari ini mood ku benar-benar hancur perihal masalah di kantor, tubuhku lelah pikiran ku kacau rasanya ingin menangis tapi aku tak punya alasan untuk menangis. Mataku menatap langit-langit kamarku, ku pejamkan perlahan mataku. Aku mengingat hal-hal yang menyenangkan dalam ingatan ku, rasa rindu kembali menyelundup ke dalam hatiku, mengobak-abik hati dan pikiranku. Aku rindu senyumnya. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan 17:45. Sebentar lagi waktu magrib akan tiba, niatku ingin segera membersihkan diri lalu bersiap untuk sholat magrib namun seseorang memanggil namaku dia adalah kakak ku.

"Rain ada yang cari" teriaknya. Ku letakkan kembali handuk yang sudah di genggamanku lalu bergegas keteras. Jantungku berhenti berdetak seketika saat dia yang sangat kurindukan kini berdiri di hadapanku, dia berdiri membelakangi ku dengan menggunakan baju yang saat itu kuberikan saat dirinya berulang tahun. Oh Tuhan kenapa anak Adam satu ini berhasil membolak-balikkan hatiku, ia berhasil membuat hatiku bertanya-tanya dia mengubah duka menjadi suka mengubah luka menjadi bahagia.

"Hey.." kataku yang segera menghampiri nya. Dia menatapku lalu memberikan senyumnya yang masih sama seperti tujuh tahun yang lalu. Dia menggenggam erat tangan ku, lalu mengusap lembut rambutku. "Kenapa tidak bilang jika pulang?" Tanyaku. Air mata ku jatuh, hal-hal yang ku pelajari saat bergabung di grup itu, hilang begitu saja aku lupa akan batasan ku dan dia.

Tangannya dengan cepat menyeka air mataku. "Aku pergi di lepas dengan air mata dan aku kembali di sambut dengan air mata" ucapnya. "Aku tak menyukai air mata ini" lanjutnya lagi. Ia mengajakku untuk duduk di kursi teras. Aku mengikutinya dari belakang.

Dia kembali menatapku tanpa henti "kamu terlihat semakin cantik" ucapnya. Wajahku bersemu ia selalu saja berhasil membuatku malu, menggetarkan hatiku semaunya. Aku benar-benar bahagia saat itu. Saat di sisinya aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung, bagaimana tidak Habibi cukup populer di kalangan kami, banyak wanita cantik di luar sana yang menginginkan dia tapi dia memilihku, lalu bagaimana tidak aku merasa beruntung.

"Aku rindu" kataku. Dia kembali menatapku dengan tatapan yang sangat sulit ku artikan, dia mengangguk lalu kembali menggenggam tangan ku.

"Aku juga" ucapnya. "Maaf aku tidak menghubungi mu selama dua tahun, tapi kamu harus percaya rasa cintaku masih tetap sama" lanjutnya.

Aku mengangguk, lalu memaafkannya. Aku tak ingin terjadinya perdebatan untuk sekarang yang ingin ku lakukan hanya melepas rindu.
Setelah banyak pernyataan rasa sayang dan saling mengunggkapkan rasa kini ia mencoba menatapku serius, hatiku sudah takaruan sebab mengingat janjinya yang akan melamarku, tangan ku yang sejak tadi tak ia lepaskan genggamannya sudah terasa dingin.

"Rain aku mau kasih tau kamu sesuatu?" Katanya. Aku mengangguk mendengarkannya berbicara. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lalu memberikan sebuah undangan berwarna biru muda. Jantungku berhenti berdetak, ku tatap tulisan yang sudah terukir indah di atas undangan itu. Aku melihat namanya terukir dengan jelas dan nama perempuan yang tidak asing lagi untukku. Habibi & Shirin aku mendongakkan kepala ku menahan air mata yang hendak jatuh, aku benar-benar tidak ingin terlihat lemah di hadapannya. Dia yang dulu selalu mengubah luka menjadi bahagia kini mengubah bahagia menjadi luka, dia menghancurkan kepercayaan ku berkeping-keping, dia menghancurkan harapan ku yang terlalu besar. Ku paksakan seulas senyum di bibir ku, ku tekan rasa sakit itu sedalam-dalamnya. Aku mencoba menarik tanganku dari genggamannya namun tetap ia tahan sekuat tenaga.

"Please rain beri aku kesempatan untuk menjelaskan." Katanya. "Ini semua murni kecelakaan" ucapnya lagi.

Aku mengangguk menahan luka ku "itu artinya kita tidak berjodoh" lirihku. Mataku sudah mulai memanas, rasanya aku tak mampu lagi menahan rasa sakit itu walau sesaat.

"Aku janji sama kamu, satu Minggu setelah akad aku akan menceraikannya" katanya. Ia kini duduk di hadapanku masih tetap tanganku yang ia genggam erat.

"Aku tau ini salah, tak seharusnya aku mempercayakan hatiku seutuhnya sama kamu. Sekarang kamu berhasil menghancurkan semuanya. Harus berapa banyak lagi aku menerima janji darimu, sudahlah ku anggap ini adalah hadiah dari sebuah penantian ku, terimakasih kamu sudah datang dengan semua kejujuran terimakasih karena sudah membuatku berhenti untuk menunggu" aku terhenyak airmata ku jatuh tak tertahankan, aku berhambur masuk kedalam meletakkan undangan di atas lemari di ruang keluarga. Kakak ku memandang wajahku dengan penuh air mata, aku mengunci diri ku dalam kamar, ku matikan lampu, ku tutupi diriku dengan selimut tebal milikku. Aku menangis, menangis pilu dan tak ingin di ganggu, hatiku sakit. Aku benar-benar terluka dengan kenyataan yang baru saja ku terima, harapan ku? Kepercayaan ku? Kebahagiaan ku? Hancur tak berbekas. Aku patah, hatiku terseok-seok tak karuan, mungkin saat itu aku seakan lumpuh, apa kalian tau rasanya di khianati saat terlalu banyak harapan yang kita taruh kepadanya? Ya Rabbi luka ini sakit sekali, inikah jawaban yang Engkau pilih agar aku berhenti berharap selain berharap kepada mu? Jika benar aku mohon pudarkanlah rasa sakit ini, agar hatiku tidak sepatah ini.

Ku kabarkan berita duka ini kepada sahabat-sahabat dunia Maya ku, mereka ikut hanyut dalam kesedihan ku. Mereka mengkhawatirkan ku, mereka mencoba menghiburku, sedangkan di luar sana beberapa kali saudara-saudara ku yang terus-terusan memanggil namaku. Aku lupa saat itu, Saat aku kehilangan satu harapanku masih banyak orang yang mengharapkan ku di luar sana. Malam itu aku hanyut dalam duka ku, hingga akhirnya aku terlelap dan terbangun larut malam , Allah mengerti bahwa aku butuh sandaran hati, ia gerakkan hatiku untuk sholat malam menghadapnya, ku adukan semua keluhku, ku adukan semua rasa sakit ku, ku beritahukan kepada Rabb ku bahwa ia menyakiti ku. Hingga hatiku sedikit merasa damai, setelah Adzan subuh aku kembali tertidur di atas sajadahku. Ku hanyutkan segala duka lara ku kepada Rabb ku, aku lelah menangis semalaman, tubuhku rapuh hingga akhirnya aku kembali jatuh merasakan sakit di sekujur tubuhku, lagi-lagi aku harus menyusahkan banyak orang terutama keluargaku.

"Ya Allah, terimakasih Engkau telah menjawab doaku selama ini. Engkau hadirkan rasa sakit itu agar aku berhenti berharap selain kepada Mu"

🐰🐰🐰🐰

Happy reading😋

Dalam Diam ku ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang