Muhammad Raihan Arahman

337 33 6
                                    

Kamu hadir tanpa sebuah harapan, datang lalu merubah duniaku semaumu. Kamu menghipnotis ku melupakan banyak kenangan pahit di masalalu. Kamu membuatku banyak berharap tentang masa depan yang sama sekali belum ku ketahui. Kamu seketika merenggut dunia ku yang sederhana ini.

❣️❣️❣️


Sore menjelang magrib. Matahari yang menggantung di langit menjatuhkan dirinya di sisi barat. Kuseret langkahku keluar kantor. Aku lunglai. Aku memang lelah, sangat lelah dan ingin menenggelamkan diriku di tumpukan bantal dan selimut yang empuk. Seseorang menarik tangan ku hingga membuatku berhenti dan menoleh kepadanya.

"Apa Miftah?" Tanyaku pada sosok perempuan bertubuh tinggi dan kurus ini disamping ku.

Dia tersenyum padaku, lalu menampilkan sederet giginya yang putih. "Minggu mau ikut gak?" Tanyanya. Aku menggeleng cepat, aku tak tertarik untuk bepergian aku hanya ingin istirahat dan istirahat aku ingin membawa tubuh ku bersantai ria. "Ayolah Rain, katanya mau hijrah" ucapnya lagi tanpa menyerah.

Aku mengalah karena sudah tak memiliki lagi tenaga. Ku tatap wajah Miftah yang masih menampakkan wajah bahagianya. "Lalu?" Tanyaku.

"Kata Abi, Masjid Agung sedang membuka pendaftaran ikatan remaja Masjid. Ikut yukk?" Ajaknya. Aku diam lalu berusaha berpikir. Miftah adalah salah satu sahabat ku, dia orang yang baik. Abi dan Umi nya orang baik. Miftah terlahir dari keluarga yang harmonis dan serba kecukupan. Seringkali aku merasa iri kepadanya perihal keluarganya yang hangat, ahh sudahlah. Aku tak mau membahas perihal keluarga. "Ayolah, jangan kebanyakan mikir. Ini demi kebaikan" ucapnya. Aku mengangguk dan mengiyakan ajakannya lalu kembali berjalan. "Minggu ku jemput rain, setengah sembilan." Katanya lagi. Aku mengangguk setuju lalu meninggalkan nya.

❣️❣️❣️

Miftah menatap ku, ia tersenyum memandang ku namun senyumnya ku abaikan. "Rain ku sayang, kamu cantik sekali" melihat gaya nya yang alay, aku terkekeh. Ingin rasanya ku bungkam mulutnya yang terus menerus berteriak itu namun niat ku, ku urungkan saat melihat Abi nya Miftah berjalan kearah kami.

"Abi sudah daftarkan kalian. Ayo" ajaknya. Aku dan Miftah mengangguk lalu berjalan mengikuti Abi yang akan membawa kami ke perkumpulan orang-orang Soleh dan Soleha ini. Abi nya Miftah adalah mantan remaja masjid disini. Jadi tak heran ia ikut serta disini.

"Abi, aktivitas disini banyak ya?" Tanyaku.

Abi mengangguk. "Banyak nak, nanti Abi akan kenalin kalian sama ketua Irma(Ikatan Remaja Masjid Agung)yang baru, dan alumni-alumni anggota Irma lainnya." Jawab Abi. Abinya Miftah selalu memanggil ku dengan sebutan nak, entah mengapa mereka baik sekali padaku. Sejak aku menjalin persahabatan dengan Miftah, Umi dan Abi selalu menganggap ku anak mereka. Tak mereka bedakan antara aku dan Miftah ketika sedang bersama-sama. Mereka bahkan sering meminta ku menjadi anak mereka. Abi, Umi terimakasih, kalian orang-orang yang baik semoga Allah selalu mendatangkan kebaikan kepada kalian.

*****

Setelah mengikuti Irma selama tujuh kali pertemuan, melakukan berbagai aktivitas, fiqih wanita, kuliah Dhuha, dan lain sebagainya. Kini aku banyak memiliki sahabat hijrah, tak hanya di dunia Maya melainkan dunia nyata juga. Aku senang berkumpul dengan mereka, meski baru ku kenal tapi aku suka, tiap perkumpulan yang dilakukan selalu membahas hal-hal baik dan bermanfaat, dan ternyata aku menyukai perkumpulan ini. saat berada di lingkungan komunitas ini aku banyak mendapatkan teman salah satunya Indah. wanita baik dan humoris ini memperkenalkan diri kepada aku dan miftah saat kami pertama kali kuliah Dhuha, saat berada di dekat indah tak sekalipun tak ada tawa saat bersamanya. ahh aku bahagia saat itu memiliki banyak sahabat fillah.  

Aku melebarkan pandangan ku, mencari sosok Miftah yang tak kunjung ada. Aku berdiri di aula Masjid. Menatap layar handphone dan berusaha mencari tau keberadaan Miftah, selagi sibuk mengechat sih Miftah kini aku berjalan kembali masuk ke Masjid. benar-benar tanpa sengaja aku menabrak seseorang hingga membuat buku-bukunya terjatuh. ya aku mengenal dia. laki-laki yang selalu mengisi kajian ketika kami Kuldhu. laki-laki yang mempunyai suara indah saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an dan saat itu aku benar-benar merasa bersalah telah menabraknya tanpa sengaja.

"maaf,,." kataku. lalu segera mengembalikan buku-buku fiqih yang terjatuh kepadanya, tanpa mendengar jawaban darinya. kini aku berjalan meninggalkannya begitu saja, aku mengutuk diriku atas sikap cerobohnya aku saat itu.

"Rain kan..?" ucapnya. aku yang mendengar namaku yang ia sebutkan kini menghentikan langkahku lalu berbalik menatapnya. entah exspresi macam apa wajahku saat itu, membayangkannya saja aku malah malu sendiri. aku mengangguk, batinku bertanya-tanya mengapa bisa pria tampan di hadapan ku ini mengetahui namaku. seakan dia melakukan telepati padaku kini ia menjelaskan padaku tanpa harus aku bertanya. "waktu itu aku denger miftah manggil nama kamu, temennya miftah kan?" tanyanya lagi. aku mengangguk, setelah itu ia tersenyum lalu membalikkan tubuhnya yang tinggi dan meninggalkan diriku.
*****

saat pertemuan itu aku bahkan tak mengingatnya, saat itu ku anggap pertemuan awal kami hanya suatu kebetulan tanpa kesengajaan.

minggu selanjutnya, mood ku benar-benar hancur, aku bahkan kehilangan selera untuk bahagia. adikku yang selalu mencari perkara kini membuat gaduh isi rumah. aku teramat kesal melihatnya yang selalu menyusahkan hidup ku, namun aku malas mengeluh, dengan linangan air mata kini aku melangkahkan kaki ku keluar rumah, aku akan pergi berkumpul bersama orang-orang soleh itu, lalu ku paksakan seulas senyum agar aku tak tampak di kasihani diluaran sana. jalanan kota yang macet kini membuatku harus terlambat kulihat anak-anak sudah berkumpul di depan yayasan Masjid. mentor ku menatapku dengan banyaknya pertanyaan mengapa aku bisa tidak disiplin dengan waktu seperti ini, setelah berbagai ocehan mentor kepadaku kini ia menghukumku untuk membersikan halaman sekitar yayasan, akupun dengan pasrah menerima hukuman itu dengan tidak mengikuti kajian fiqih wanita.

kupunguti sampah demi sampah. sebenarnya hukuman ini lebih membuat mood ku hancur, tapi aku berkeringat. mataku kini melirik dua orang pria yang ikut memunguti sampah, kulihat laki-laki yang kutabrak tanpa sengaja minggu lalu dan temannya yang aku tidak tau siapa namanya.

aku mengerutkan dahi ku, mana mungkin mentorku menghukum dua orang ini, bukankah mereka orang-orang yang sering diminta untuk mengisi kajian, bukan anggota Irma. lalu alasan macam apa mereka membantuku.

"kenapa bisa telat sih?" tanyanya. memecahkan keheningan.

"macet" jawabku. dia mengangguk-anggukan kepalanya.

"emang pulang dimana?" tanyanya lagi.

"lemabang" jawabku.

dia kembali menganggukkan kepala, lalu mengambil alih skop dari tangan ku. "udah kerja?"

"sensus ya mas?" jawabku asal, dia berhenti dari aktivitasnya lalu menatapku. tawa sahabatnya kini terdengar, aku menatap sahabatnya lalu menatap ia kembali. kukira dia marah saat itu, ternyata aku salah. dia ikut tertawa hingga membuatku bingung apa yang lucu. ahh sudahlah yang paling penting mereka membantuku memunguti sampah ini dan membuat diriku tak bosan.

"Muhammad Raihan Arahman, panggil Rei saja." ucapnya memperkenalkan diri tanpa aku minta.

"Abi" ucap laki-laki yang bersama Rei ikut memperkenalkan diri. aku mengangguk dan membalas mereka dengan senyuman.

"Gemuruh di langit yang luas akan kalah dengan gemuruh di hatiku saat memandang wajahmu. ahh sudahlah, mengapa dengan mudahnya engkau menghipnotis perasaan ku hingga bermetamorfosa menjadi perasaan nyaman seperti ini. nyaman saat berada di dekat mu"

happy reading💕

Dalam Diam ku ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang