#32

798 132 11
                                    

Aku tau kalian menunggu lama untuk ini, jadi sekalian aku up sampe part akhir.

.

.

.

Secepatnya ia menghampiri Sohyun. Gemuruh rasa takutnya kian mebludak namun berangsur lega saat ia menemui gadis itu dalam keadaan baik-baik saja. Setidaknya sampai ia tau, sebuah kenyataan pahit yang belum sempat Namjoon ungkap.

"Sohyun.."

Jimin meraih Sassy ke dalam pelukannya. Dia tak tau, kesakitan apa yang menunggunya di masa depan. Tepatnya, beberapa menit dari sekarang. Sementara pria bertato mengawasi Jimin penuh ancaman, ia meminta anak buahnya mengepung Jimin dan teman-temannya karena dianggap membawa bahaya.

"Hei.. ada apa ini?"

Seru Yoongi menarik fokus Park Jimin.

Mereka bertiga terkepung di bekas pabrik tempat mafia itu menyembunyikan aksi. Jimin meneropong sekelilingnya, sejumlah anak buah itu berdiri memutari mereka. Tak hanya Jimin, Yoongi dan Namjoon pun sedang memproses alur pikirnya. Siapa mereka? Bagaimana Sassy dan Christian ada disini? Dan apa tujuan mereka berdiri dan menatap garang seperti itu?

Pertanyaan sederhana yang tak mampu terjawab kecuali oleh sedikit pergerkan oleh mereka yang mengepung Jimin dan kedua temannya.

"Heh, serahkan milikku! Ambil ini!"

Pria itu melemparkan Chris pada Jimin. Jimin dengan spontan menangkapnya tanpa lecet sedikit pun. Namun, ia tak kunjung menangkap maksud yang dilontarkan pria bertato.

"Kau tuli? Serahkan kucing kaliko itu! Atau aku tidak akan membiarkan kalian keluar darisini dengan aman!"

Ketiganya saling tatap. Jimin, Namjoon, dan juga Yoongi, mereka kompak mengambil alih dan mempertahankan Sassy. Susah payah Jimin mencarinya, mau diserahkan begitu saja? Orang yang tidak pandai pun tau betapa besarnya arti sebuah perjuangan. Jimin tidak akan menyiakan waktu berharganya pada orang sangar itu begitu saja.

"Maaf, Tuan. Tapi, aku tidak mau menyerahkan apa yang menjadi milikku pada siapapun."

Jawab Jimin tegas dan lantang.

"Sialan! Kau mau melawanku? Tubuhmu kecil. Pun juga teman-temanmu yang kelihatan loyo semua! Masih mau menantang anak buahku yang kuat-kuat ini, huh?"

"Eomma-ku berkata, mencari kelemahan orang lain itu menunjukkan bahwa kau merasa kalah sebelum berjuang. Jadi, kau takut kalah dariku?"

Pria bertato itu tertawa keras. Jimin yang tetap berdiri teguh pada pendiriannya pun tersenyum sinis. Ah, dia merasa menang saat itu juga. Tapi, tunggu. Pria itu tidak mundur sama sekali, artinya Jimin harus meladeni anak buah sebanyak mereka? Tiga lawan... Astaga! Pria bermata malaikat itu tidak bisa menghitung, terlalu banyak!

"Jimin... Bodoh. Kalau mau cari mati ya nggak usah menyeretku juga!"

"Hyung.. dia tidak sedang cari mati. Tapi sepertinya Jimin tidak sabar menemui malaikat mautnya."

"Ck, kalian! Ayolah. Jangan pesimis dulu.."

"Sudah selesai berdiskusi?? Anak buahku sudah gatal ingin meremas tubuh kurcaci kalian berdua. Haha.."

Ejeknya terkhusus untuk Jimin dan Yoongi.

Jimin meremas jari-jarinya. Ia menurunkan Sassy dan juga Chris. Lalu, digulungnya lengan kaos tersebut sampai ke siku. Jimin meregangkan otot-otot lehernya, dia siap bertarung!

"Kau gila mau melawan mereka? Lebih baik pantatku ditendang ayahku daripada harus mati bonyok di tangan mereka. Aku belum menikah dan aku masih sangat muda untuk terkubur di dalam tanah!"

Keluh Yoongi yang dianggap angin lalu oleh Jimin.

Demi apapun, Jimin hanya terfokus satu hal, yaitu pergi dari tempat tersebut dengan selamat bersama kedua kucing kesayangannya.

"Keroyok dia!"

Perintah bos mafia itu dan seketika Jimin dikerumuni oleh orang-orang berbadan tegar. Mau tidak mau, baik Namjoon maupun Yoongi yang terlanjur terlibat, mereka tidak dapat kabur lagi.

Akhirnya, berkelahilah ketiga orang itu melawan beberapa anak buah yang besar-besar. Bisa dikatakan, keselamatan mereka itu 0.01%. Meskipun tau kemungkinannya kecil, tetapi Jimin tak mudah menyerah. Meskipun berkali-kali ia dipukuli, ia tetap mampu bertahan. Barangkali bantuan Tuhan datang.. ya, begitulah harapan Jimin satu-satunya.

Di sisi lain, seorang lelaki panik. Matanya tertuju pada sebuah pistol yang tergeletak di atas tumpukan kursi. Ia jadikan itu sebagai kesempatan lari.

"Kalau tau akhirnya begini, tidak akan aku sudi mengikuti gadis itu ke lubang neraka! Dasar manusia bodoh.."

Gumamnya sebelum ia beranjak dan mengendap-endap untuk menyelamatkan diri.

"Mau kemana kau?!"

Sayang beribu sayang, mata elang pria bertato itu mencegah dirinya pulang. Baek Seunghwan tertangkap basah. Setelah tau perihal apa yang tersimpan dalam gudang tua dari bekas pabrik tempatnya berada, si pria tato tak mungkin melepasnya semudah menampar udara.

"Kau tidak bisa kabur!"

"Oh ya?"

Seunghwan ribut mempersiapkan pistolnya. Aish! Dia tidak tau bagaimana cara mempergunakan pistol! Namun, naluri mempertahankan dirinya lebih besar. Jantungnya berdetak tidak karuan, ia ketakutan. Pergerakannya terlihat tergupuh-gupuh. Tangannya gemetaran ingin menarik pelatuk pistol tersebut namun keraguan itu selalu datang.

"Nggak bisa kan? Makanya nggak usah sok-sok-an mainan sama pistolku!"

Tak main-main, Seunghwan menodongkan pistolnya pada lelaki itu dengan penuh keyakinan. Tak peduli, mau meleset atau tidak, yang jelas ia harus bisa keluar dari sana.

"Eh eh.. ayolah. Itu bukan pistol air.. berhati-hatilah memegangnya."

Ucap pria itu sedikit terbata. Tak diragukan lagi, dalam hati si pria itu sebenarnya juga merasa khawatir. Bagaimana jika tembakan Seunghwan melesat tepat di tubuhnya?

Jimin yang tadinya sibuk berkelahi, pengelihatannya terfokus pada aksi Seunghwan. Jimin memperhatikan pria tersebut. Asing, batinnya.

"Jika kau mau mengambil kucing itu, ambil saja! Dia sudah tak ada gunanya lagi sekarang! Aku hanya mau bebas!!"

Teriak Seunghwan dengan pengucapan jelas.

"Tidak kusangka kau begitu egois. Kupikir kau sangat menyayangkan kepergian gadis itu?? Hmm... Aku suka gayamu."

Jimin masih intens mendengar dan menyaksikan mereka berdua, sementara ia terus mendapat serangan dari para anak buah.

"Aku tidak akan melaporkanmu pada polisi, asal kau membiarkanku pergi."

Prok. Prok. Prok.

Pria itu bertepuk tangan meriah. Benar-benar luar biasa. Memangnya ia akan percaya kebohongan klasik yang diucapkan Seunghwan? Tidak. Tentu saja tidak, sebab ia penjahat profesional.

"Sudahlah.. aku lelah menghadapimu. Kembalikan pistolku!"

"Tidak!!"

"Kembalikan atau kau yang akan ditembak oleh anak buahku?!"

Pria itu maju hendak mengambil kembali pistolnya. Sayangnya, Seunghwan yang terlalu panik, tangannya jadi tidak sengaja melepas pelatuk pistol tersebut hingga berbunyilah suata tembakan dengan begitu nyaring.

Dorr.

Jimin lemas dan ambruk di atas kedua lututnya.

Begitu pun juga Namjoon dan Yoongi, keduanya tercengang melihat apa yang ada di depan mereka. Semua orang terdiam dan kekacauan di tempat terbengkalai itu lenyap seketika. Bersamaan dengan itu, pintu pabrik terbuka lebar. Memperlihatkan Taehyung dan Eunwoo dari balik sana.

Sirine mobil polisi menggema. Tetapi sungguh..

Semuanya datang terlambat.












To be Continued..

Yuk di next ke page selanjutnya. Ehhe..

Catch Me, Sassy! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang