Sudah sejak kecil Aya dan saudaranya diajarkan hidup mandiri oleh kedua orang tuanya. Bahkan sejak kelas 2 sekolah menengah atas Aya sudah lepas dari kedua orang tuanya, hanya saja untuk biaya hidup saat itu masih ditanggung kedua orang tuanya. Tapi mulai masuk jenjang perkuliahan Aya memutuskan untuk kuliah di Jakarta dan tinggal sendiri.Sudah hampir dua tahun Aya tinggal sendiri di kos-kosannya. Tapi saat sudah terbiasa, kembali lagi Aya harus pindah dari tempat itu. Dikarenakan memang rumah yang dijadikan tempat kos itu harus dijual oleh pemiliknya. Kini Aya sedang berusaha untuk merayu kedua sahabatnya untuk memberitahu dia bahwa ada kamar yang kosong di tempat kos mereka. Beruntungnya Aya, Nana tau kalau di tempat kos yang ia tinggali itu ada satu lagi beberapa kamar yang masih kosong.
"Ya, besok ke kos-an gue. Kata yang punya kamar itu emang belum ada yang nyewa"
"Ih Nana kok lo baik banget si, makin sayang deh gue sama Lo" canda Aya. Mungkin kalau mereka bercengkrama langsung Nana sudah menjitak kepala Aya. Ya seperti inilah Aya jika di depan sahabatnya. Tidak jauh beda dengan anak-anak lain.
"Mampus gue" ucap Nana pelan agar tiadk terdengar oleh Aya di telfon.
"eh Ya gue cariin kos-kosan lain aja kali ya. Ti-tiba tiba kamarnya ada yang nyewa"
Aya terkikis mendengar penuturan sahabatnya itu di telfon. Aya mengira bahwa Nana hanya bercanda saja. "Gue tau Lo bercanda"
"Gue ga bercanda Ya"
Aya mulai khawatir, ia takut itu memang benar terjadi. Tapi tidak mungkin bukan kamar kos yang sudah di pesan orang langsung di ambil begitu saja. Pasti ada alasan lain.
"Gue tau Lo boong, pasti bukan itu alasannya. Bilang aja Lo gamau satu kos-an sama gue kan"
"Ih bukan gitu Ya, tapi- ah pokoknya bukan itu. Lo liat aja kesini. Oh iya kamar kosnya masih ada tapi gue serius soal nyariin Lo kos-an baru"
"Ih kenapa Nanaaaa?? Disitu aja gapapa" rajuk Aya.
"Pokoknya gue cariin yang baru aja"
"Ngga gue mau disitu, Lo tau gue kan semakin Lo larang gue semakin penasaran" tidak ada yang mengira bukan Aya yang pendiam bisa sekeras kepala ini.
"Terserah Lo, mau kesini silahkan. Tapi Lo yang bakal ngerasain sakitnya sendiri. Karena gue udah ngingetin"
"Maksud Lo?"
"Lo mau kesini kan? Gue bilangin dulu sama yang punya oke. Bye Aya" setelah itu Nana menutup sambungan telponnya.
Aya mengganti pakaiannya dengan pakaian rapih lalu, memesan Go-Jek dari ponselnya menuju tempat kos Nana. Sepanjang jalan Aya masih memikirkan apa yang dimaksud Nana 'tapi Lo bakal ngerasain sakitnya sendiri'.
Aya akhirnya sampai pada tujuannya. Tetapi saat ia hendak membayar ongkos Go-Jek tersebut, dari belakang ada motor yang melaju tidak terlalu kencang dan menyerempet lengan Aya. Aya otomatis langsung memegangi lengannya, walau tidak terlalu kencang tapi cukup nyeri juga menurut Aya.
"Woy! Kalo naik motor matanya dipake! Asal setempat aja!" Teriak tukang Go-Jek tersebut. Pemilik motor yang tadi menyerempet Aya langsung turun. Tanpa melepaskan helm-nya ia menghampiri Aya.
"Eh, maaf ya mba. Gapapa kan, tadi saya buru-buru juga soalnya. Saya kira gabakal kena" ucap orang itu.
Deg
Aya seperti tidak asing dengan suara berat yang dimiliki pengendara ini, lalu Aya melihat matanya. 'pasti gue lagi halusinasi' Aya menepuk pipi sebelah kanannya dengan tangan yang tidak sakit.
"Lah mbanya kenapa? Kok malah nepuk pipi?"
"E-eh iya mas, gapapa kok ta-tadi saya juga yang salah turunnya ga liat-liat kalo dibelakang ada motor" ucap Aya gugup.
Setelah permintaan maafnya diterima oleh Aya, orang itu langsung pergi. Go-Jek yang tadi di naiki Aya juga sudah pergi.
Kebetulan sekali saat sampai depan rumah kos, Nana sudah diluar menunggu Aya. Mereka masuk ke dalam rumah dan Nana mengajak Aya menemui si pemilik kos-kosan. Ia tak menyangka bahwa sang pemilik masih sangat muda dan mungkin hanya berbeda beberapa tahun darinya. Tapi nyatanya tempat kos itu milik orang tuanya dan ia hanya tinggal untuk menjaga dan dikarenakan kampus tempatnya belajar dekat dengan kos-kosan ini. Fakta yang mengejutkan berikutnya, ia satu kampus dengan Aya dan Nana.
"Lo besok udah mulai pindah Ya?"
"Ya gitu deh"
"Gue bantuin bawain barang deh, kasian kalo pindah sendiri"
"Gausah si, barang-barang gue cuma dikit kok. Lagipula kalo ga salah sepupu gue kos-kosannya di daerah sini juga" jawab Aya. Mereka berdua sedang menunggu Go-Jek datang menjemput Aya di depan pagar kos-kosan rupanya.
"Oh ya?! Siapa tau gue kenal"
Aya baru ingat, sahabatnya yang satu ini layaknya pegawai sensus penduduk. Hampir semua orang yang ada disekitarnya, baik radius dua kilometer pun ia tau.
"Lo tau Ka Dewa?" Tanya Aya, raut wajah Nana langsung berubah datar mendengar nama itu.
"Ka Dewa anak kos-an sebelah mahasiswa semester akhir anak arsitektur. Betul apa salah?" Aya mengangguk membenarkan perkataan Nana.
"Kok lo bisa hafal, Na?"
"Gini ya Ya, Ka Dewa itu tiap pagi kesini buat nyamperin Ka Lena bareng. Kerjaan mereka berdua tiap pagi adu mulut kaya laki-bini lagi riweuh kalo lakinya baru balik"
"Mereka pacaran?"
"Gatau, tapi kayanya ngga deh. Mereka cuma temen nebeng doang, tapi kalo ada perasaan lebih mah gatau. Lagipula baik Ka Dewa atau Ka Lena dua-duanya banyak yang naksir" jelasnya, tak terasa akhirnya ojek yang dipesan Aya sudah sampai dan mengharuskan Aya untuk kembali ke kos-an lamanya untuk berkemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA PAM PAM ✔
RandomTanpa aku menyadarinya, perasaan itu semakin besar dan semakin lama semakin menyiksa. Aku ingin kau tahu perasaanku tapi di sisi lain semua itu membuatku terus takut. Selalu ada beberapa pertanyaan di kepalaku, seperti; Apa kau mendengar degup ja...