La Pam Pam 29

283 33 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Pertemuan terakhir di bandara kemarin benar-benar merubah sifat Aya. Ia yang biasanya akan lebih senang berceloteh dengan Nana dan Vivi di kamar Nana kini hanya terus mengunci dirinya di kamar dan hanya keluar untuk ke kamar mandi, mengambil pesanan makanan dan pergi ke kampus. Nana dan Vivi tentunya sudah tahu apa masalah yang dialami Aya sampai gadis itu mengurung dirinya di kamar tanpa berkata sedikit apapun kepada orang lain. Bahkan Lena si penjaga kos-kosan saja sampai heran dengan sikap Aya, gadis itu biasanya menyapa Lena sesekali meledeknya tapi beberapa hari terakhir ini berbeda. Di satu sisi Nana dan Vivi ingin menyalahkan Bima tapi jika dipikirkan kembali laki-laki berdarah Manado itu tidak sepenuhnya salah, mereka ingin menyalahkan si tetangga sebelah yaitu El Vino tapi laki-laki berwajah keberatan itu tidak memiliki kesalahan apapun dan ia malah berbuat benar karena memberitahu Aya soal kepulangan Bima ke kampung halamannya. 

Tok tok tok

Ini adalah usaha ke sekian Nana untuk membujuk Aya keluar, ia ingin mengajak Aya berlibur ke rumahnya karena ini sudah hari libur setelah ujian akhir semester. "Ya, liburan ke rumah gue yuk. Di sana deket sama air terjun jadi lumayan buat main-main nanti kita ajak si tahu juga buat main, kan udah lama kita gak main-main gini kalau liburan." Ujar Nana yang tidak mendapat respon apapun dari Aya. Setelah ia berniat untuk menyergap dan kembali ke kamarnya, ntu kamar Aya terbuka. Nana langsung tersenyum dan menggenggam tangan sahabatnya itu.

"Gue kira lo gak mau keluar juga, kita liburan ke rumah gue yuk?" Aja Nana yang ternyata merupakan ajakan terakhir karena setelah itu Aya mengeluarkan sebuah ransel dari kamarnya. "Liburan ini gue balik ke rumah dulu ya, Na. Mbah uti gue lagi di rumah, gak enak kalau gue gak pulang." Ujar Aya yang masih menampilkan guratan sedih di wajahnya.

Dengan berat hati Nana mengangguk dan mengantar Aya keluar dari gerbang. Nana tersenyum sedikit kepada Dewa yang ternyata sudah menunggu Aya keluar sambil menggendong ranselnya kearah depan. "Ayo, Ya. Kita bisa nyampe malem kalo gak buru-buru soalnya jalanan lumayan macet." Ujar Dewa dari balik helm yang ia pakai. Aya langsung mengucapkan salam perpisahan kepada Nana dan menaiki motor trail milik sepupunya itu.

"Na, duluan ya. hati-hati entar pas jalan ke rumah, bye." Aya melambaikan tangannya lalu memakai helm yang baru saja diberikan oleh Dewa. Dewa juga melambaikan tangannya kepada Nana sebelum melajukan motornya.

Sepanjang jalan Dewa dan Aya tidak saling bicara dan hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dewa yang tidak pandai memulai percakapan dan Aya yang sedang tidak ingin bicara merupakan alasan yang sangat tepat mengapa kedua saudara sepupu ini tidak saling buka mulut. "Ra, kemarin gue maksa El buat cerita sehabis nganter lo pulang pergi ke bandara." Dewa memberanikan diri membuka pembicaraan yang tidak ditanggapi apapun oleh Aya. 

"Gue tau cara cowok lo salah, tau banget soalnya Lena pernah ngalamin hal yang sama kayak lo. Tapi dibalik itu dia punya alasan, dia gak mau lo terluka karena biarin dia pergi dari lo tapi bodohnya dia adalah dia gak mikirin perasaan lo kalau misalkan dia tinggal tanpa kabar apapun. Karena lo udah tau alasannya bisa gak lo maafin dia? El juga udah bilang gitu kan?" Aya menarik nafas dalam lalu kembali memperhatikan jalan raya yang ramai lancar. 

LA PAM PAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang