Setelah kejadian di warung mie ayam, baik El ataupun Aya tidak ada yang pernah memulai pembicaraan ketika berpapasan. Entah itu hanya sekedar menyapa atau saling senyum. Bahkan saat Aya sedang ada jadwal mengajar si kembar saat bertemu El pun ia seperti orang yang tidak kenal. Ternyata itu disadari oleh seisi kos-an khusus laki-laki itu yang notabene akrab dengan El.
"El bukannya lo sempet deket sama gurunya duo De? Kok sekarang kayak ga kenal" tanya seseorang yang sedang memainkan gitarnya. El yang tadi sedang sibuk dengan tab di tangannya langsung tersentak.
"Halu lo bang, orang cuma kenal karena bantuin Dean pemotretan doang waktu itu"
Saat ini posisi mereka sedang berada di teras sambil bersantai. Hanya beberapa saja sebenarnya karena sisanya masih ada yang mengikuti kelas di kampus masing-masing. Beberapa saat kemudian, seseorang lewat di depan mereka dengan sopan. El melihat ke arahnya, orang itu tak lain adalah Aya yang beberapa pekan terakhir bertindak seolah tidak mengenalnya. El menatapnya dengan tatapan sendu, tanpa ia sadari orang-orang yang sedang bersama dengannya memerhatikan.
Ketika Aya keluar dari gerbang terdengar celetukan seseorang yang berbunyi seperti : "ngibul mulu idup lo, gue udah khatam El sama tatapan kaya gitu" El langsung menghembuskan napas kesal dan berdiri lalu berjalan keluar gerbang.
"Jul kalo dia balik mukanya suram gue menang, tapi kalo balik muka dia seneng lo yang menang" setelah itu satu pukulan dari ponsel melayang ke kepala orang yang baru saja bicara barusan.
"Bego" ucap dua orang yang ada disitu dan meninggalkannya sendiri di teras.
El keluar masih dengan membawa tab di tangannya. Tepat saat ia keluar Aya juga masih berada di depan gerbang sambil berbicara dengan seseorang. Dari yang El dengar di sana Aya tampak sangat santai berbicara. Beberapa menit ia menunggu sampai akhirnya Aya menghentikan acaranya.
"Ya" panggilan itu tampaknya membuat perempuan di depannya terkejut. "L-lo ngapain?"
"Mau ngomong sebentar boleh?"
Aya menautkan alisnya, ia kemudian berjalan mendekat pada El. "Ya, soal waktu itu lo bisa lupain ga? Kita bisa temenan kaya dulu lagi kan?"
"Untuk lupain yang itu mungkin gue bisa aja, tapi untuk deket kaya sebelumnya sorry El gue gabisa"
El terkejut. Pasalnya tidak ada yang menjadi faktor penghambat keduanya, kecuali jika laki-laki yang srkarang menjadi kekasih Aya yang melarangnya menurut El. "Cowok lo yang larang?"
Aya menggeleng, tentu bukan itu alasannya. "Lo putus sama cewek lo, dan dia ngira gue yang bikin lo mutusin dia. Lo udah bisa narik kesimpulannya El?" Setelah itu Aya langsung masuk kedalam dan membiarkan El dengan otaknya yang sedang mencerna maksud Aya barusan.
El mengeluarkan ponselnya dari kantong celana dan mengetikkan sebuah nama pada layar tersebut "Halo bisa kita ketemu?"
**
Aya yang saat ini sedang duduk santai di sebuah kafe sambil bermain game 'candy crush' di ponselnya berhenti kala mendapati suara yang sangat ia kenal sedang tersedu dekat tempatnya duduk saat ini. Ia melirik ke bagian belakang, tepat tiga meja dari tempatnya sekarang ada Lena dan seorang perempuan yang membelakangi nya. Karena penasaran dan suasana kafe yang tidak terlalu berisik, Aya memfokuskan pendengarannya pada pembicaraan kedua orang tersebut. Kenapa Aya jadi sangat ingin tahu? Karena Aya mengenali laki-laki yang kala itu memunggunginya adalah sang kakak sepupu, Dewa.
"Lo jangan mutusin seenaknya kayak gitu lah, Wa. Gue gak mau pokoknya"
"Apa sih Len? Lo gak jelas tau?"
"Lo yang gak jelas, lo tiba-tiba diemin gue, selalu ngehindar saat gue panggil. Bahkan lo sekarang sek-"
"Lo nya aja ya-"
"Misi mba-nya, mau jadi mata-mata apa gimana ini. Dengerinnya fokus banget" konsentrasi Aya langsung membayar kala seseorang
Aya tersentak mendengar teguran itu, saat ia melihatbke arahnya ternyata orang itu adalah waitress yang membawakan minuman untuknya. Laki-laki itu berlalu dengan senyuman miring di wajahnya dan menggelengkan kepalanya heran. Aya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ganteng sih, tapi rese" saat Aya berniat untuk kembali mendengarkan pembicaraan Lena dan Dewa, kedua orang itu sudah tidak ada di tempatnya. Aya melihat ke arah pelayan tadi dan menyurakinya dengan suara pelan. Namun, beberapa saat kemudian seorang perempuan memasuki kafe dan mengarah ke sebuah meja.
"Huh, kenapa si hidup gue akhir-akhir ini ga jauh-jauh dari mereka berdua? Tadi pagi co- eh udah mantan, sekarang ceweknya" kesalnya dengan suara yang sedikit berbisik. Aya kembali memfokuskan diri kepada game nya sambil menunggu Bima yang katanya ingin menghampiri Aya di kafe ini barusan.
Beberapa menit kemudian Bima sampai dan langsung menemukan di mana letak Aya. Perempuan itu tersenyum dan menyuruh Bima untuk duduk di depannya, Aya rasa akhir-akhir ini ia sedikit lebih bisa menerima Bima yang notabene kekasihnya saat ini, apa ia sudah melupakan perasaannya kepada El? Hanya Tuhan yang tahu, karena Aya sendiri pun tidak tahu apa-apa.
Aya dan Bima saling bersenda gurau hingga menghasilkan suara tawa dari keduanya. Selang beberapa meja dari yang di tempati keduanya ada seorang laki-laki yang tadi masuk hampir bersamaan dengan Bima terus memandangu mereka dengan tatapan sendu. Pandangan itu terhenti kala perempuan yang duduk di depan menjentikkan jari di depan wajahnya.
"El lo denger gue ga si?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LA PAM PAM ✔
RandomTanpa aku menyadarinya, perasaan itu semakin besar dan semakin lama semakin menyiksa. Aku ingin kau tahu perasaanku tapi di sisi lain semua itu membuatku terus takut. Selalu ada beberapa pertanyaan di kepalaku, seperti; Apa kau mendengar degup ja...