"kak mau yaaa, seriusan ini urgent banget kaa" Aya yang sedari tadi bersikeras untuk menolak akhirnya menyerah pada permintaan sepupunya itu.
"An, tapi ini untuk pertama sama terakhir ya. Tugas Eskul kamu aneh-aneh aja si, emang konsepnya gimana?"
Dean tampak bingung ingin menjelaskan pada Aya, pasalnya jika ia tmemberitahukannya sekarang Aya pasti tidak mau.
"Couple kak"
Bukan, itu bukan ucapan Dean. Dean langsung melirik ke belakangnya, disana ia melihat saudara kembarnya dengan santai meminum minuman bersoda dari kemasan tanpa wajah bersalah sedikit pun terpampang disana. Dean langsung mendelik ke arah Deon dan mengumpat. "Deon Bego"
"Couple? Loh kok kamu ngajakinnya kaka sii? Ga ngajak Deon aja noh ya muka-muka orang yang ceweknya banyak"
Dean melirik lagi kearah Deon dan tawanya langsung menggelegar. "Deon? Punya cewe? Mimpi... Dia dapetin adenya Bang De-"
"Dean ganteng walau ga seganteng gue, lo ntar sore mau makan apaan? Gua terakhir deh Ya" Deon dengan cepat langsung menutup mulut Dean dengan tangan kanannya.
"Ish... Tangan lo pedes Bego"
"Iyalah orang gua abis makan tempe sama sambel terus gaada sabun buat cuci tangan yaudah jadi pedes, jaga mulut lo entar Mama denger abis lo"
"Berisik lo ah"
Aya yang tersenyum kala melihat kedua saudara kembar itu jadi ingat dengan kakaknya yang juga kembar, persis seperti Dean dan Deon kerjaannya hanya bertengkar dan bertengkar. Eits tapi, bukan saatnya untuk bernostalgia saat ini. Ia sampai lupa menanyakan siapa yang akan menjadi rekan pemotretannya.
"An, kamu belum ngasih taukaka siapa yang mau dijadiin rekan kaka"
"Saya ngasih taunya nanti aja deh kak pas hari pemotretannya" ucap Dean sambil merapihkan buku yang ia gunakan tadi untuk belajar. "Yaudah, kakak balik yaa"
Keluar dari gerbang, bertepatan juga dengan El yang baru juga sampai di kos-an. Aya merutuki dirinya dalam hati, ia langsung melenggang berpura-pura merasa tidak kenal dengan laki-laki itu. Tepat saat ingin memasuki memasuki tempat kos-nya namanya terpanggil oleh suara yang sangat tidak asing lagi bagi Aya.
"Kenapa El?"
El mengulurkan tangannya dan memberikan sesuatu pada Aya. Aya terkejut dan langsung memeriksa tasnya, benar saja gantungan kunci yang diberikan oleh kakanya sudah tidak ada dan sekarang berada di tangan El.
"Ini punya lo kan, nih tadi jatuh pas lo lagi keluar gerbang" Aya menerimanya dan langsung tersenyum canggung, lalu El meninggalkannya tanpa ia sempat berterimakasih.
"El!"
Laki-laki itu berbalik badan dan melihat kearah Aya yang tadi meneriaki namanya. "Makasih yaa!" Ucap Aya sambil menunjukkan gantungan kuncinya tersebut. El membalasnya dengan senyuman dan itu membuat Aya semakin bingung untuk memilih apa ia harus lanjut menyukai El atau berhenti.
Tiba-tiba saat mereka sama-sama memasuki tempat kos-an. Aya teringat akan sesuatu, ia tiba-tiba berfikir bagaimana kalau partner yang dijadikan couplenya itu nanti adalah El? Ditambah lagi melihat kedekatan anak kembar itu dengan El ia menjadi semakin berfikir kearah yang sama. Pipinya memanas, bahkan ia melupakan bagaimana dirinya satu Minggu yang lalu setelah El menitipkan tugas kekasihnya padanya.
Setelah sadar, Aya langsung menampar pipinya walau tidak kencang sampai-sampai Lena yang sedang berada di ruang tamu hanya melihatnya dengan heran. "Eh gausah nampar pipi sendiri Aya, merah itu entar"
Aya yang tidak menyadari adanya seseorang di ruang tamu langsung menoleh dan meringis menunjukkan rentetan giginya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehe iya kak, reflek tadi ada semut gigit di pipi soalnya" jelas Aya tentunya dengan penuh kebohongan. Lena hanya mengangguk sambil ber-oh-ria dan kembali fokus pada tugasnya.
"Oh iya, Aya tadi gue dapet pesen dari temen lo sama Nana, yang sering main"
"Kenapa kak?"
"Katanya nanti kalau lo udah nyampe rumah suruh langsung hubungin dia, soalnya handphone lo dari tadi katanya di panggil ga di angkat-angkat"
Aya langsung mengacungkan jempolnya dan berpamitan pada Lena untuk masuk ke kamarnya. Ia langsung meletakkan badannya di kasur lalu membuka ponselnya dan langsung menelfon Vivi.
"Ha-"
"Heh lo kemana aja sii? Dari tadi di telfon ib ga di angkat-angkat, mati?!"
"Ya-yaudah si santai, maaf tadi gue lagi ngajar. Apaan?"
"Yaudah sekarang lo ke-kos-an gue, ga pake lama. Ini urgent oke, gue sampe ngusirin temen sekamr gue gara-gara keadaan kaya gini"
"Ih ini udah sore Vi, datang-datang banget duit gue buat nge-grab"
"Kos-an lo sama tempat gue cuma beda satu blok doang Ayaa, gue kalo kesono aja naik sepeda. Gausah alay"
"Yang alay siapa sii, lo kan make speda gue jalan kaki"
"Gue ga percaya dulu lo pemegang juara satu dari SD sampe SMA, lo tau kan Nana punya sepeda yaudah pake aja, gue yang bilang ke Nana nanti oke. Buruaaan!"
"Iya..." Aya langsung menutup ponselnya dan pergi keluar dari kamar. Kira-kira hal apa yang membuat Vivi bersikeras untuk membuatnya datang kesana?
Setelah lebih dari tiga Minggu wp ini ga up up, akhirnya hari ini aku bisa nge up, yeeeaay
Apa ada yang masih nungguin?
KAMU SEDANG MEMBACA
LA PAM PAM ✔
RandomTanpa aku menyadarinya, perasaan itu semakin besar dan semakin lama semakin menyiksa. Aku ingin kau tahu perasaanku tapi di sisi lain semua itu membuatku terus takut. Selalu ada beberapa pertanyaan di kepalaku, seperti; Apa kau mendengar degup ja...