Jimin menyeret koper-koper nya lalu memasukan kedalam bagasi mobil miliknya, iya mobil yang jimin beli sendiri oleh uangnya sendiri tanpa meminta kepada kedua orang tuanya. Ia melangkah masuk kedalam mobil dan membawa mobil itu meninggalkan pekarangan Mantion Park. Tuan Park menghela nafas melihat kepergian mobil berwarna Pink dan hitam tersebut pergi sementara nyonya park mengusap pundak suaminya pelan.
"Ini bukan salahmu yeobo, jimin hanya tak suka jika urusannya dicampuri oleh tangan kita. Lagi pula pekerjaanlah yang membuat kita jauh dari Jimin" ucap nyonya park menenangkan suaminya mengingat kejadian dimana ,jimin menolak mentah-mentah untuk menjadi pemimpin Park Company.
"Sayang , kau harus mengerti .kita sudah semakin tua dan sudah saatnya jabatan ini diberikan kepadanya. Aku akan menelpon chanyeol untuk membujuk adik sepupunya tersebut, bagaimana pun juga jimin adalah pewaris tunggal. Hahh" lirih tuan park lalu melangkahkan kedua kakinya menuju keranjang miliknya..
.
Jimin telah sampai diApartemen mewah yang merupakan adalah miliknya, ya pemberian kakak sepupunya sih. Ia mengambil koper-koper itu lalu menyeret mereka kedalam. Ia sungguh kesal dengan ayahnya yang mengatakan ia harus menggantikan dirinya sebagai Presdir Park Company, apakah dirinya memikirkan keadaan jimin? Dan seenaknya menyuruh jimin menerima jabatan itu. Ia membuka pintu apartemennya lalu masuk sambil menendang koper-koper itu masuk.
"Jika kau bukan ayahku sudah ku bunuh kau" ucap jimin pelan, ia mendudukan dirinya disofa lalu mulai menyalakan rokok kesukaannya. Jangan tanya kenapa jimin kuat, ia sudah mulai merokok saat Sekolah menengah pertama dan mendapat beberapa teguran yang menurut jimin sangatlah tak penting. Bahkan ia hampir dikeluarkan dikarenakan kasus bully dan kekerasan kepada temannya namun jimin tetaplah jimin. Tak pernah peduli dengan semuanya.
'drrrttt drrrtttt'
Jimin menghentikan acara 'mari mengingat masa yang indah' itu lalu menoleh menatap handphonenya, ia mematikan rokoknya lalu mengangkat telponnya.
'Baby, tak merindukanku?' ucap orang diseberang sana, jimin bersmirk jahat sambil meremas kepalan tangannya.
"Aku tak pernah merindukanmu Jaehyun-sii, kenapa menelponku hm? Apa kau sudah bosan dengan lobang-lobang wanita disana?" Jimin menekan kata lobang dan wanita disetiap ucapannya, pria itu terkekeh ditelponnya.
'aku hanya merindukanmu sayang dan juga lobangmu' jimin berdecak kesal mendengar ucapan jaehyun yang menurutnya jijik." Kau menginginkan lobangku? Matilah kekandang buaya lalu aku akan suka rela menyerahkannya Tuan LEE JAEHYUN"
'Bip' jimin mematikan sambungan telponnya sepihak lalu mengambil kopernya menuju kekamar. Banyak sekali yang ingin jimin menjadi kekasih mereka namun jimin menolak mentah-mentah bahkan sampai membanting pria mana saja yang ingin menyentuhnya. Ia sudah mati dari kata cinta ,karena menurutnya semua orang yang mengatakan cinta hanyalah omong kosong. Buktinya? Ya kedua orang tuanya.
"Hhh mungkin sebotol wine bisa menenangkanku"
.
.
.
Sementara itu seorang namja tampan melangkahkan kedua kakinya menuju rumah besar miliknya, ia membawa tas besar dan koper.
"Astaga sayang ,kau sudah pulang" seru wanita paruh baya itu lalu memeluk putranya erat, sang namja tampan hanya terkekeh sambil mengusap punggung ibunya pelan.
"Eomma semakin kurus? Apa eomma makan dengan baik hm?" Tanyanya membuat wanita tua itu menganggukan kepalanya lalu menyuruh butler untuk membawakan koper anaknya.
"Eomma baik cuman masalah kecil diperusahaan ,untung ada kakak iparmu yang membantu eomma. Apa kau sudah makan? Mau eomma masakan sesuatu?" Tanya eommanya membuat namja itu menggelengkan kepalanya, ia duduk disamping eommanya.
"Besok aku akan memilih kampus untuk kuliah ,apa eomma tak keberatan aku tinggal? Katanya sih ada universitas bagus didekan sini" ibunya mengangguk lalu memeluk putranya terus.
"Semenjak ayah kalian meninggal ,eomma sendirian dirumah. Bahkan wonwoo tengah hamil anaknya yang kedua. Kau kapan menikah eoh?" Namja itu tersenyum tipis
"Nanti saja, aku ingin menemani eomma disini kkk~ jungkook sangat merindukan eomma~"
.
.
.
Jimin melangkahkan kedua kakinya santai, sambil menenteng jaket kulit pink miliknya dan tas digendongannya. Wajahnya sangatlah natural namun memberikan kesan tegas untuk jimin. Bibir jimin sibuk mengunyah permen karet kesukaannya, banyak pasang mata menatap kearahnya dengan ekspresi berbeda-beda.
Tiba-tiba ada yang menghadangnya sontak saja membuat jimin berhenti 'oh tidak geng ini lagi' ia tak perduli dengan geng jiequong lalu melanjutkan langkahnya namun ia kembali dicegat oleh mereka.
"Kau kenapa balik lagi hah? Kau harusnya tak pantas kuliah disini!" Seru jiequong penuh benci, jimin menatap mereka remeh.
"Minggir nona ,saya mau masuk kelas. Tak ada waktu untuk meladeni anak manja seperti kalian" seru jimin dengan smirk andalannya, jiequong dan teman-temannya geram mendengar ucapan sinis jimin. Mereka ingin menarik rambut jimin namun dengan cepat jimin menghindar dan mendorong Jikyung hingga menabrak jiequong dan Hani. Ia menatap mereka yang kesakitan dengan tatapan berdecak lalu melangkahkan kedua kakinya santai.Jungkook melangkahkan kedua kakinya memasuki halaman kampus, ya kemaren ia sudah mendaftar dan akan menjadi mahasiswa pindahan dari London. Jungkook sangat bosan dengan london maka dari itu ia pindah keseoul untuk menemani eommanya dirumah. Ia memakai kacamata dan juga jaket hitam, ya walaupun tampan tapi jungkook kesini bukan pamer gaya melainkan menimba ilmu.
Namun dari jauh ia melihat pertengkaran antar perempuan, ia berniat menghampiri namun terkejud dengan apa yang terjadi. Perempuan itu dapat membuat ketiga orang didepannya tumbang. 'Hmm..menarik' batin jungkook.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerious Girl | KOOKMIN
Acaktak perduli apapun didunia ini, jimin sangat membencinya. keluarga, sahabat ,tetangga tak ada yang memperdulikannya. jimin tumbuh menjadi gadis yang brutal dan liar bahkan Tuan dan nyonya Park sudah angkat tangan dengan kelakuan jimin. namun bagaima...