Felix mendongakan kepalanya setelah melihat buntalan kertas lusuh diatas mejanya. Felix sangat teramat yakin jika sumber dari kertas lusuh itu tak lain dan tak bukan dari lelaki didepannya.
Tangan Felix bergerak mengambil gulungan kertas didepannya. Dengan perlahan agar tak menimbulkan suara apapun, Felix membuka kertas yang ia genggam di bawah meja.
Hai Gula, Makin manis aja sih? Tadi pagi sarapan sarang tawon, ya? Habis ini jangan jauh-jauh dari aku ya. Bahaya! Kamu bisa dicomot seme lain! Serem, kan? Makanya, jangan jauh-jauh dari aku, ya?
Tertanda, Adipati Hyunjin Samudra, Calon imam Felix Reynan Naezar
Felix menggelengkan kepalanya setelah selesai membaca bait terakhir surat Hyunjin. Ia tak tau lagi dengan tingkah tak waras lelaki didepannya. Tapi ia jauh tak mengerti lagi dengan dirinya sendiri.
Karna kini, Felix mendapati kedua sudut bibirnya tertarik ke atas secara bersamaan hingga membuat wajah cantik itu semakin cantik terlihat.
"Psst.. psstt! Gula!" Bisik Hyunjin yang kini menyandarkan punggung di sandaran kursinya.
"Hm?" Gumam Felix.
"Kalo kamu baca surat aku sambil senyum, tolong disimpen dulu ya! Bahaya! Aku nggak mau orang lain lihat duluan. Aku mau jadi yang pertama lihat senyum manis kamu. Oke?" Bisik Hyunjin.
"Adipati Hyunjin Samudra!" Panggil pak Junho yang sedari tadi sudah mengamati kelakuan Hyunjin.
"Siap, pak!" Hyunjin berdiri dari duduknya.
"Coba ke depan, dan kerjakan soal nomor 3!" Pak Junho mengulurkan spidol boardmarker pada Hyunjin.
Hyunjin menggaruk rambut kumalnya diikuti bibirnya yang tertarik lebar membentuk senyuman tengil khas seorang Adipati Hyunjin Samudra.
"Hehe, bapak ngerti kan? Bapak aja yang ngerjain ya, pak? Ajarin saya abis itu saya yang bakal ngajarin Noah, deh!" Hyunjin menepuk pundak Noah yang duduk dipinggirnya dengan bangga.
"Kamu beruntung karena saya sedang malah marahin kamu, Adipati! Sekarang duduk dan perhatikan ke papan tulis!" Ucap tegas pak Junho.
"Siap pak!" Hyunjin mengangkat tangannya ke dahi, memberi pose hormat pada guru Ekonomi didepannya.
Setelahnya, Hyunjin menurut. Kedua tangannya tertekuk diatas meja, badan tegap lurus, pandangan fokus ke depan ke arah pak Junho yang mulai menerangkan soal didepan papan tulis.
Tentunya hanya butuh waktu 5 menit seorang Adipati Hyunjin Samudra betah dengan posisi seperti tadi. Karena kini, Hyunjin mulai menggulung kertas kecil-kecil, untuk dipakainya nanti saat perang lempar bola kertas dengan Noah, Midam, Younghoon, dan Haknyeon.
Karena bagi Hyunjin, lebih berfaedah bermain perang bola kertas didunia nyata daripada bermain tembak-tembakan di layar ponsel. Cuma jempolnya yang berkeringat, tak sesehat lari-larian menghindari bola-bola kertas yang melayang dari siapapun dan kapan pun. Lagian asikan bermain perang-perangan di dunia nyata daripada di dunia maya. Kan?
Dari kursi belakang Hyunjin, Felix diam-diam menyimpan gulungan kertas dari Hyunjin di dalam kotak pensil biru muda miliknya. Dikepala Felix sudah merencanakan akan menaruk kertas dari Hyunjin di figura kosong yang ia sumpan di nakas samping ranjangnya di kamar.
*** ** *
"Felix, bisa tolong ambilkan buku paket bahasa Indonesia dimeja ibu?" Pinta bu Sunny, guru bahasa Indonesia.
Felix tergagap. Ia baru saja melamunkan sosok laki-laki yang harusnya duduk di kursi didepannya tapi kini justru menghilang entah kemana. Tadi pun bu Sunny menanyakan keberadaan Hyunjin pada teman-teman kelasnya namun tak ada satupun yang tau dimana Hyunjin. Jadilah bu Sunny yang sudah kepalang pusing dengan tingkah Hyunjin hanya membiarkan dan memilih melanjutkan acara mengajarnya.
"Iya, bu" ucap Felix sebelum melangkah ke luar kelasnya untuk mengambilkan buku paket bahasa Indonesia milik gurunya itu.
*** ** *
Mata Felix tak bisa untuk tak terus menatap tiga sosok yang berdiri didepan tembok belakang sekolah. Felix harusnya cuek saja jika tidak melihat sosok Hyunjin juga sudah bersiap memanjat dinding, mengikuti kedua temannya yang sudah melompat turun.
Kaki Felix melangkah lebar menghampiri Hyunjin yang sudah sampai di tengah tembok panjatannya. Tangan Felix menarik ujung kemeja belakang Hyunjin yang terurai, menahan lelaki itu agar tak ikut turun.
"Gu-gula?" Hyunjin melompat turun lagi. Sayangnya, karena tak siap dengan pijakannya, Hyunjin justru terguling dibawah kaki Felix.
"Astaga! Hyunjin nggak papa?" Felix berjongkok, menyamakan dirinya dengan Hyunjin yang juga berjongkok.
"Gula ngapain disini? Ini kan jam nya bu Sunny?" Tanya panik Hyunjin. Lelaki itu mengabaikan sikunya yang berdarah hasil mencium conblock.
"Hyunjin juga ngapain disini?!" Tanya Felix berbalik. Felix merutuki mulutnya yang tanpa sadar sedikit membentak Hyunjin.
"Hm, aku mau turun ke jalan. Ada lomba sama sekolah lain" Hyunjin menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Aku nggak bodoh, Hyunjin! Kamu mau bolos, kan?! Mau tawursn, kan?!!" Tanya Felix menuntuk. Ia mendengus tak suka saat Hyunjin tak menjawab justru cengengesan didepannya.
"Aku anter Gula ke kelas ya, abis itu aku tinggal dulu. Nanti pulang sekolah aku tunggu di gerbang depan" Hyunjin menangkup kedua pundak Felix, berniat membangunkannya.
Tapi, tangan kecil Felix menahannya. Tangan Felix justru menggeggam tangan kanan Hyunjin dengan erat seiring langkahnya yang berjalan kembali ke kelas.
"Hyunjin nggak boleh bolos!" Ucap Felix tegas.
Dan Hyunjin tak bisa menolaknya jika Felix sudah melarang. Ternyata, apapun yang keluar dari bibir merah Felix berarti mutlak untuk Hyunjin. Buktinya saja, Hyunjin hanya menurut saat Felix membawanya masuk ke kelas.
Hyunjin bukan tipe orang yang mau dilarang jika sudah menginginkan suatu hal. Tapi dengan Felix, Hyunjin tak keberatan jika harus berlutut sekalipun didepan lelaki manis yang menggenggam tangannya erat.
Pikiran Hyunjin tak bisa berfokus pada bu Sunny yang memarahinya. Atensinya sepenuhnya hanya tertuju pada Felix yang berdiri disampingnya yang sadar atau tidak sadar masih menggeggam tangannya dengan erat.
Kedua sudut bibir Hyunjin tertarik keatas. Ia sadar satu hal, jatuh cinta pada Gula Jawanya adalah hal terbaik dan sangat tepat yang Hyunjin pernah alami. Masa SMA nya ternyata akan terasa manis setelah ini. Bukan sekedar pahit atau kecut lagi seperti sebelum bertemu gula jawanya. Dan Hyunjin bersyukur, sosok Felixlah yang membawa hal manis datang pada Hyunjin.
Gula, Hyunjin sayang gula. Tunggu Hyunjin sampe boleh bilang cinta yah nanti kalo udah mapan nafkahin gula. Batin seorang Adipati Hyunjin Samudra.
*** ** * *TBC*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.