10

1.9K 408 51
                                    

*Happy Reading*
***
**
*

"Jeongin, tidur di kamar sana!"

Masih dengan mata terpejam, Jeongin menikmati elusan tangan mungil Felix di kepalanya. Sementara paha Felix menjadi bantal empuk untuk yang lebih muda.

Hal seperti ini lah yang Jeongin setiap hari rindukan di Amsterdam. Ia rindu tangan mungil Felix yang mengelus kepalanya, ia rindu aroma vanila Felix, ia rindu si manis yang menahan hatinya di Indonesia. Tak ada yang jauh lebih indah di Amsterdam jika dibandingkan dengan Felix. Tak ada yang sebanding.

"Jeongin tidur?" Felix melongokan sedikit kepalanya untuk memastikan yang lebih muda darinya satu tahun itu tertidur atau masih terjaga.

"Mana bisa aku tidur. Sekarang aja rasanya aku nggak besa bedain ini nyata atau mimpi" balas Jeongin setengah bergumam.

Felix tersenyum. Jeongin masih tak berubah. Meski mereka sudah terpisah jarak ribuan kilometer dalam 3 tahun terakhir. Ia senang Jeongin kembali. Sangat malah. Ia masih sangat ingat dulu saat ia mengantar Jeongin ke bandara, ia tak bisa menghentikan air matanya. Mana bisa ia berpisah dengan Jeongin yang sudah dikenalnya bahkan sebelum Jeongin lahir dari perut tante Rasti.

"Sekarang kamu lagi setengah tidur. Mumpung belum tidir dan berakhir aku jadi bantal hidup kamu semaleman, buruan pindah sana!" Felix mendorong badan bongsor Jeongin.

Namun nihil. Tenaga Felix tak sebanding dengan tenaga yang lebih muda. Entah Felix terlalu mungil, atau Jeongin yang terlalu banyak mengkonsumsi kalsium selama di Amsterdam. Felix juga heran.

"Aku pengen tidur sama kak Felix" Jeongin menggeser badannya hingga terlentang menghadap Felix.

"Nggak boleh! Jeongin badannya udah gede. Kasur aku sempit kalo Jeongin tidur sama aku. Tidur sendiri!" Felix berkacak pinggang dengan pipi menggembung dan hidung yang kembang kempis.

Jeongin terkekeh gemas melihat si manis yang memasang ekspresi sebal itu. Tangan Jeongin bergerak mengacak rambut poni Felix yang menutupi keningnya. Bisa-bisanya ia jatuh cinta pada si mungil yang bahkan lebih tua satu tahun darinya itu.

"Aku seneng akhirnya bisa sama kak Felix lagi. Amsterdam nggak seasik Indonesia kalo nggak ada kak Felix" Jeongin menatap mata Felix dengan lembut.

Sudah lama ia tak menatap binar mata bening milik Felix yang selalu menjadi kesukaannya.

"Ya makanya, jangan ke Amsterdam lagi! Sekolah disini aja! Abis ini, jangan pulang ke Amsterdam! Nggak boleh pokoknya!" Felix menelungkupkan badannya memeluk Jeongin yang masih tidiran di pahanya.

Jeongin terkekeh kecil. Dibalasnya pelukan Felix masih dengan posisi ia tiduran di paha si manis itu. Tangan kanannya memeluk pinggang Felix sementara tangan kirinya diam-diam memasang benda cantik ke pergelangan tangan si mungil.

Klik!

"Eh?" Felix menarik dirinya dari pelukan Jeongin.

Mata Felix melebar dengan binar mata cantiknya menatap benda cantik di pergelangan tangan kirinya. Benda berwarna perak dengan liontin berbentuk lumba-lumba kini melingkar cantik di tangannya.

"Je-Jeongin.."

Jeongin bangun dari pangkuan Felix lalu menarik si mungil untuk duduk lebih merapat padanya. Tangan kanan Jeongin memainkan gelang yang ia pasang di tangan kiri Felix.

GULA JAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang