Konten dewasa⛔21+
Harap di baca di waktu dan tempat yang tepat😘
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Izu tengah duduk di luar ruang operasi menunggu nenek Sumire yang tengah menjalani operasi yang akan memakan waktu beberapa jam.
Pikirannya melayang pada percakapannya dengan Hanzo semalam. Kata-kata Hanzo masih tergiang terus di telinganya. Izu menghela nafas berat.
"Tapi sebagai gantinya kau harus tidur denganku."
"Ti...tidur...dengan...tuan...?" Izu terkejut dengan membelalakkan matanya.
"Tapi tuan...aku...""Kau harus tidur denganku sebanyak tiga kali." potong Hanzo dengan sikap arogannya.
"A...aku...aku..." wajah Izu terlihat sangat cemas.
"Aku menolak tuan...aku tidak bisa menerima permintaan tuan." Izu tidak bisa menahan emosinya."Menurutku ini pertukaran yang adil. Kau mau menerimanya atau tidak. Semua terserah padamu."
Pada akhirnya Izu menerima permintaan Hanzo. Ketidakberdayaan Izu yang membuatnya menerimanya. Ini Izu lakukan demi kesembuhan nenek Sumire.
Izu meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang dia ambil adalah tepat.
Bagi Izu, nenek Sumire adalah keluarga satu-satunya. Nenek Sumire memberikannya kasih sayang dan tempat bernaung. Hal yang belum pernah Izu rasakan sebelumnya.
Izu melirik jam di handphonenya. Waktu menunjukkan hampir jam sebelas malam. Shino dan Wataru belum datang juga.
Izu meminta pada kedua temannya itu agar mau menggantikannya menunggui nenek Sumire selagi dia pergi menemui Hanzo. Beruntung kedua temannya itu mau membantunya.
Malam ini adalah saatnya Izu harus menepati janjinya pada Hanzo. Dengan kata lain, malam dimana Izu 'memberikan dirinya' pada Hanzo sebagai balasan karena sudah menerima uang untuk operasi nenek Sumire.
***
Izu sudah berada di dalam apartemen Hanzo. Sasaki langsung menemui Izu setelah mengetahui kedatangannya.
"Anda disuruh menemui tuan Hanzo di ruang kerjanya. Mari saya antar kesana."
Izu mengangguk lalu mengikuti Sasaki.Keduanya telah sampai di depan pintu ruang kerja.
"Ini ruang kerja tuan Hanzo. Anda boleh masuk sekarang." ujar Sasaki sedikit membungkuk lalu meninggalkan Izu.Jantung Izu berdebar kencang. Izu mengetuk pintu ruang kerja Hanzo.
"Masuk." seru Hanzo dari dalam.
Dengan perlahan Izu membuka pintu melihat Hanzo sekilas tengah duduk di balik meja kerja lalu Izu menutup pintu kembali. Seperti biasa, Hanzo menatap tajam Izu.
"Kemari." Hanzo menepuk-nepuk paha sebelah kanannya agar Izu duduk di pahanya.
Dengan ragu-ragu Izu berjalan mendekati Hanzo. Karena tidak sabar melihat Izu yang bergerak ragu-ragu, Hanzo langsung menarik tangan Izu membuat Izu langsung terduduk di paha kanan Hanzo.
Karena perlakuan Hanzo yang tiba-tiba membuat Izu terlihat kikuk dan malu dengan wajah yang agak merona. Izu membuang pandangannya ke arah depan tidak berani menatap Hanzo.
Hanzo tersenyum melihat tingkah Izu yang menurutnya menggemaskan. Hanzo menyentuh dagu Izu memaksa untuk menatap kearahnya.
Jari Hanzo bergeser untuk mengusap bibir bawah Izu yang merah. Dengan perlahan wajah Hanzo mendekat lalu melumat bibir Izu membuat Izu membelalakkan matanya karena terkejut. Jantung Izu semakin berdebar kencang. Tubuh Izu gemetaran. Kepalanya seakan berputar.