Izu membuka matanya seiring dengan kepalanya yang terasa sedikit pusing. Dipunggung tangan kirinya sudah menempel jarum infus.
Bau obat memenuhi ruangan. Wajah yang pucat dan letih masih tertera.
Dengan kesadaran perlahan yang memasuki pikirannya, Izu melihat ibu Kanade sedang berbicara dengan seorang pria yang memunggunginya.Izu langsung mengenali pria itu adalah Hanzo. Kapan tuan Hanzo datang? tanya Izu dalam hati. Karena dia hanya melihat kakek Rihito yang datang. Pasti karena dia pingsan saat bertemu kakek Rihoto makanya tidak melihat tuan Hanzo.
Izu menyadari sesuatu seiring jantungnya berdetak cepat. Dia melihat perutnya dan tidak bisa menyembunyikannya lagi.
Izu sudah memikirkannya jika hanya kakek Rihito saja yang datang, dia akan berbohong tentang kehamilannya. Mengatakan bahwa dia hamil dengan pria lain. Dan Izu yakin kakek Rihito tidak akan menyampaikannya pada Hanzo. Tapi sepertinya rencananya tidak akan berjalan.
Hanzo pasti sudah mengetahui tentang kehamilannya. Dulu dia pernah menyembunyikan kehamilannya. Izu tahu saat itu Hanzo berusaha menahan kemarahannya mengingat Hanzo orang yang kejam. Karena bagaimanapun Hanzo berhak untuk mengetahui tentang anaknya.
Tidak ada bedanya dengan sekarang. Jika Hanzo benar-benar sangat marah padanya kali ini, Izu akan menerimanya.
Tapi karena sekarang nenek Sumire sedang dalam keadaan darurat, Izu berharap Hanzo dapat menunda rasa marahnya padanya.
"Izu..." ibu Kanade melihat Izu yang sudah sadar lalu mendekatinya.
Izu menatap ibu Kanade dan Hanzo bergantian. Ada senyum lembut dari ibu Kanade sedangkan Hanzo hanya menatapnya tidak mengatakan apapun.
Namun tatapan Hanzo tidak sedingin biasanya."Izu...bagaimana keadaanmu. Ibu akan memanggilkan dokter."
"Aku baik-baik saja ibu Kanade. Tidak perlu memanggil dokter. Maaf karena aku ibu menjadi cemas."
"Jangan bilang begitu. Kau sangat lelah karena menghadapi masalah ini sampai tidak memikirkan keadaanmu sendiri." Ibu Kanade berkata lembut.
Izu mengangguk lemah" Nenek..." matanya mulai memerah mengingat nenek Sumire.
Ibu Sumire menghela nafas pelan melihat Izu yang akan menangis lalu menggenggam tangan Izu.
"Nenek Sumire sedang dioperasi...kita harus yakin semuanya akan berjalan dengan lancar..."Setelah jeda beberapa saat.
"Izu...ibu akan pulang." ibu Kanade melirik Hanzo sebentar.
"Nak Hanzo akan menemanimu.""Iya ibu Kanade...terima kasih."
Bagaimanapun ibu Kanade sudah semalaman menemani dan menjaga Izu. Ibu Kanade juga harus istirahat."Ibu akan datang lagi. Kabari ibu mengenai operasi nenekmu." Izu mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Baiklah ibu akan pergi." Ibu Kanade berpamitan pada Izu dan Hanzo lalu meninggalkan ruangan.
Ruangan langsung terasa sunyi setelah kepergian ibu Kanade. Suasana menjadi sangat canggung karena keduanya diam. Tidak satupun dari mereka memulai pembicaraan.
Izu yang tadi masih merasa lemah sekarang merasa gugup. Izu menggigit bibirnya untuk menenangkan kegugupannya. Hanzo masih tidak berbicara padanya namun hanya menatapnya terus.
Izu ingin berbicara tapi dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Kalau menanyakan kabar Hanzo akan terdengar seperti basa basi. Karena Hanzo terlihat sangat sehat dan sangat tampan seperti dulu.
Sekarang Izu hanya bisa menunduk berusaha menghilangkan kegugupannya serta debaran jantungnya yang semakin kencang.
"Izu..."