Malam hari ini semanis kata sayang yang masih malu terucap. Sepahit rahasia yang terpendam.
❤❤❤
"SEBENERNYA apa aja yang lo tau dari gue, hm?"
Cowok itu mengembungkan pipinya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, ia tersenyum singkat. Sepasang biji matanya sesekali melirik ke arah Prilly. "Pede amat. Emang selama ini lo merasa gue suka cari tau tentang lo gitu, ya?"
"Enggak juga, sih. Kan gue nanya, sebenernya lo tau apa aja tentang gue. Gue nggak bilang lo sering stalking gue, kan?"
"Ya udah. Apa yang ngebuat lo bisa nanya kayak gitu?" Salah satu alisnya kerap kali naik turun.
Prilly mengembuskan napasnya singkat. Lengan kanannya menumpuh pundak kiri Ali yang sedang menyetir. Dia sedikit mencondongkan tubuhnya. Nyaris, wajahnya dengan wajah Ali hanya terpisahkan oleh hitungan senti saja.
"Lo demen deket-deket gue, ya?" tanya Ali. "Jangan deket-deket! Gue bisa cium lo beneran. Mau?"
Sontak kedua pipinya langsung memanas. Bibirnya nyaris berkedut, dan ingin tertatik ke atas. Namun, oke, nggak boleh baper. Dia menjauhkan wajahnya begitu saja. Pandangannya beradu pada jalanan dari luar kaca. Detak jantungnya kian membara, tarikan napasnya tidak stabil. Kalau di dalam kamar, dia yakin seribu persen akan menenggelamkan wajahnya ke dasar selimut.
"Bercanda, sih."
"Tau ah."
"Ya elo gitu. Udah tau gue lagi fokus nyetir, malah dideketin."
Saking sebalnya terhadap Ali, Prilly langsung meninju lengannya. "Gue nggak ada maksud apa-apa. Ya elo gitu, selalu yang dibawa masalah-masalah begituan. Atau emang jangan-jangan lo yang paling omesh di antara temen-temen lo, ya?"
"Omesh? Gue omesh?"
Cewek itu mencebikan bibirnya.
"Nggak salah, lo bilang gue omesh, hm?" Kilatan matanya menghunus tajam menatap wajah Prilly dari samping. "Gue kalau omesh, udah macem-macem sama lo dari kemarin, Babe. Lo lupa yang lalu kita cuma berdua di rumah? Yang lebih parahnya lagi, lo cewek, gue cowok, ada di dalam satu kamar yang sama. Lo simpulin aja yang bakalan terjadi, kalau gue emang omesh."
Entah mengapa, bibir Prilly mulai berkedut. Dia langsung membuang wajahnya ke arah jalanan depan. "Tau ah."
"Ngambek."
"Tau ah."
"Kenapa, sih?" Ali mencondongkan tubuhnya. Berbisik singkat ke telinga Prilly. "Senyum dong."
"Males."
"Gue ajak nonton, deh. Lo kan belum pernah nonton sama cowok. Iya, kan? Biarin gue jadi cowok yang pertama ajakin lo nonton." Kata Ali, sambil mengusap lembut pucuk rambut Prilly.
Cewek itu memicing. Menyorot tajam ke arah Ali. "Dan seandainya gue bilang belum pernah pacaran, lo mau jadi cowok pertama gue juga gitu, hm?"
Ali mendecak. "Nggak segitunya juga kali. Tapi lo beneran belum pernah pacaran? Kalau soal pacaran, gue nggak mau jadi cowok pertama lo."
"Oh."
Prilly memutuskan untuk diam. Ada rasa yang aneh dalam hatinya. Ada rasa kesal, kecewa, dan lain sebagainya. Tapi buat apa?
"...kalau pertama, bakalan ada kedua, ketiga, keempat dan seterusnya." kata Ali merobek keheningan di antara mereka.
"Apa sih, masih aja dibahas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) Sweet Home ✔
Fanfiction[COMPLETE] Semenjak pindahannya ke rumah Tante Mira, Prilly kira semuanya akan berjalan menyenangkan; masuk sekolah baru, mendapatkan teman baru, pelajaran yang begitu mengasyikan, dan sesuatu hal baru yang lainnya. Namun sayang, tak semanis ekspeta...