Sebab perpisahan selalu beridentik dengan luka yang bermacam-macam.
❤❤❤
SESAMPAINYA di rumah, Rayn sudah lebih dulu duduk anteng di atas sofa sambil membaca buku MIPA yang baru-baru ini sering dia baca. Dengan kaus navy yang dipadu dengan celana pendek hitam, serta rambut yang terlihat basah setelah keramas, menandakan bahwa cowok itu sudah sampai di rumah sejak tadi.
Pandangan mereka sempat beradu sejenak, sebelum Prilly menaiki tangga dengan kecepatan kilat tanpa memberikan sebuah salam, atau peringatan kepulangannya ke rumah.
Mengingat ada sebuah kejanggalan yang terjadi pada diri gadis tersebut, Rayn spontan menatap Ali tegas. "Lo apain lagi itu anak orang? Ya Allah, Ali." Katanya ultimatum.
Ali memutar bola matanya malas, langsung mengambil posisi duduk di sebelah Rayn. Ya meskipun telinga Ali sendiri agak gatal, gara-gara Rayn yang terlihat seperti khawatir kepada Prilly."Gue nggak ngapa-ngapain dia, Anjir. Lo apaan, sih, Kak? Apa-apa gue yang lo tuduh!"
"Ya pulangnya sama elo, tau-tau dia nangis. Siapa lagi coba? Mengingat lo pernah ninggalin dia di perempatan lampu merah. Emang, tega lo itu!"
"Jangan bahas yang udah-udah." Katanya, sambil mengembuskan napasnya gusar. "Dia abis dikeroyok."
"Hah?!"
"Biasa aja kali. Sok peduli banget. Bukan siapa-siapa juga."
Rayn melempar buku tebalnya ke bahu Ali. "Lo emang... Lo nggak bisa dibilangin, ya? Itu anak orang. Kalau sampai nggak amanah jaga dia, gimana? Mama Papa juga yang repot."
Kedatangan Prilly di rumah ini seolah menjadi trending topik terhangat dari seorang Rayn, kalau dikiaskan layaknya berita. Yang biasanya Rayn bodo amat, sekarang jiwa kepeduliannya mulai merangkak secara pelan-pelan. Yang biasanya nggak sabaran, sekarang menjadi sabar sekali bila berurusan dengan Prilly.
Atau memang, jangan-jangan....
Nanti saja, siapa tahu Ali salah menduga. Nanti jatuhnya malah jadi fitnah.
"Ya, mana gue tau kalau Brisia punya dendam sama Prilly, terus ngeroyok tuh cewek."
Rayn mengemasi buku-bukunya dalam waktu yang cukup singkat, sesudah itu dia melenggang dari hadapan Ali. "Bilang sama Brisia, besok-besok kalau mau ngeroyok, sekalian bawa pisau."
Ali menautkan alisnya.
"Emangnya dengan ngeroyok, dia bisa dapetin hati lo gitu?" Celoteh Rayn lagi seolah-olah Ali memang membutuhkan ultimatum darinya.
Rayn selalu tahu kabar cewek-cewek yang dikeroyok oleh Brisia hanya karena dekat dengan Ali, meskipun dekat karena terpaksa mengerjakan tugas kelompok yang sama.
Dua bulan yang lalu, ada Tarra yang dikunci di dalam kamar mandi karena mengomentari follback ya, di salah satu foto Instagram cowok itu.
Untung Tarra baik. Dia tidak melaporkan Brisia ke guru, meskipun sudah berbagi waktunya bersama kecoa-kecoa di dalam kamar mandi, ketika dikunci Brisia.
Kembali ke kisah nyata. Cowok itu melepas dasinya yang sudah menyiksa lehernya sejak tadi. Ada napas gusar yang ia embuskan kuat-kuat, sambil menyaksikan kepergian Rayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) Sweet Home ✔
Fanfic[COMPLETE] Semenjak pindahannya ke rumah Tante Mira, Prilly kira semuanya akan berjalan menyenangkan; masuk sekolah baru, mendapatkan teman baru, pelajaran yang begitu mengasyikan, dan sesuatu hal baru yang lainnya. Namun sayang, tak semanis ekspeta...