Berjuta kata yang tersedia di raya semesta, aku lebih ingin menamai rasa ini 'R i n d u'.
❤❤❤
ALARM digital di atas nakas menyorotkan pukul 20:25. Setelah mandi, memilah baju, Ali langsung bersiap pergi ke area sirkuit atas dasar keinginan Varo. Ketakutan-ketakutan itu berkecamuk serius di antara lipatan otaknya. Bila Ali tidak mengambil tantangan itu, Varo akan menang dengan sendirinya. Cowok itu akan lebih leluasa mengambil perhatian Prilly secara penuh.
Ali mengambil asal jaket tebal warna navy-nya dari balik pintu, lalu meninggalkan kamar. Pemandangan awal yang ia lihat adalah; Prilly. Cewek itu sedang mengajari Rayn, kegiatan-kegiatan yang biasa mereka lakukan sama-sama. Puas menatap keduanya, Ali langsung bergegas pergi melewati mereka.
Rayn memanggilnya sejenak, "Ali," membuat seluruh pergerakan kakinya terhenti secara mendadak. Sepatu ket navy-nya berdecit. Badannya terputar separuh, menatap Rayn dan perempuan itu secara bergantian. Tapi sayang, Prilly keburu mengalihkan kornea matanya. "Lo mau ke sirkuit, kan?"
Ali mengangkat satu alisnya. Oke, Prilly akan mengetahui fakta lain dari dirinya. Dia yang suka main balapan. Entah apa yang ada di dalam pikiran Prilly sekarang, pasti sudah menyangkut ke suatu hal yang negatif. Kali saja dia mengira, cowok yang hobi balapan itu tidak jauh dari kata brengsek, sebab di area sirkuit malam-malam begini tidak mungkin didatangi oleh anak-anak yang taat akan peraturan seperti Rangga yang doyan nongkrong di toko buku.
"Jangan malem-malem baliknya, nanti Bokap pulang. Atau, gue chat aja, ya, gue kabarin kalau Bokap udah hampir sampai?"
Ali meneguk ludahnya susah payah. Kenapa harus sekarang Papanya pulang dinas. Tidak pernah ada pemberitahuan sebelumnya, selalu saja mendadak. Ali mengulum bibirnya, mengingat ponselnya yang sudah tidak bisa dihubungi. "Hape gue rusak. Nantilah, gue nggak bakalan lama. Gue cepet balik."
Selepas itu, Ali menghilang dari hadapan mereka.
❤❤❤
"EMANGNYA, tiap malam itu Ali pergi ke mana? Kenapa ada hari-hari tertentu dia pergi, terus pulang larut sampai jam dua belas?"
Rayn memutar-mutar bolpoinnya. Bosan dengan soal kimia yang itu-itu saja, mereka membuka sesi cerita, menceritakan hal-hal apa saja yang belum mereka ketahui. Mata Rayn berpusat pada Prilly. Sambil mengangkat satu alisnya, cowok itu bertanya pelan. "Lah, emangnya lo nggak tau, kalau Ali itu anak racing car?"
Seutuhnya, Prilly terlonjak kaget. Kedua mata sayunya menyipit tanda ingin tahu lebih dalam. Dalam hati Prilly semakin meyakini bahwa sifat Ali yang seperti anak liar itu memang mendukung sekali oleh aktivitasnya yang seperti itu. "Om Haris, Tante Mira—"
"Ah, gue cerita lo kayak gini karena gue percaya sama lo. Mama sama Papa enggak tau, kalau Ali doyan balapan tiap malemnya."
"Terus Kakak, kenapa nggak cerita ke mereka?"
Rayn mencebikan bibirnya. "Hmm, kenapa, ya? Coba tebak."
Sambil memutar bola matanya, Prilly membatin, apa urusannya sama gue. Sayang sekali, implus saraf otaknya malah berusaha mencari tahu segala faktor-faktor hal tersebut. "Kenapa?"
"Hm, dia yang mau dirahasiain. Kalau Papa tau, lo pasti ngerti, kan, bakalan jadi apa tuh anak?"
"Kok Kakak nggak larang dia, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) Sweet Home ✔
Fanfic[COMPLETE] Semenjak pindahannya ke rumah Tante Mira, Prilly kira semuanya akan berjalan menyenangkan; masuk sekolah baru, mendapatkan teman baru, pelajaran yang begitu mengasyikan, dan sesuatu hal baru yang lainnya. Namun sayang, tak semanis ekspeta...