21: Dating

2.8K 396 24
                                    

Terkadang, kamu hanya belum menyadari. Ada hal baru yang pasti tumbuh, setelah patah.

❤❤❤

SAMBIL meracik bumbu, Mama mengajak ngobrol Rayn yang sekarang sedang duduk manis di kursi bar sambil menikmati kue cokelat. Otomatis Rayn sedikit geli, ketika pertanyaan Mama sudah menyangkut ke masalah hubungan anak muda.

Rayn mendelik, batal mengunyah. Padahal selera makannya saat ini begitu menggugah. Terakhir, cowok tersebut mengambil air dari dalam kulkas, dan mulai meneguknya dengan rasa emosi. "Ma, udah deh, nggak usah ikut campur masalah anak muda!"

Sambil mengiris bawang Mama berkomentar lagi. Rayn semakin geli mendengar tiap untaian dari Mama. "Lho, kenapa? Apa salahnya sih, cerita? Itu Ali beneran suka sama Prilly?"

"Mana Rayn tau. Mama ini mending liat gosip aja deh. Nggak cocok Mama gosipin anak muda, apalagi anak sendiri. Audzubillah mindzalik." Ujar Rayn kesal sendiri.

"Heh, Mama nggak bermaksud gosipin yang jelek-jelek! Nggak usah kayak orang yang didzolimi gitu deh!"

"Ya lagian, mau dia naksir Prilly, naksir Brisia, apa pedulinya sih, Ma?! Yaelah. Sana, deh, Ma liat gosip. Mama sambil teriak-teriak, sekalian promosi lagi ada di timnya Luna atau Syahrini!"

Mama mendelik. Pisaunya ia tudingkan pada Rayn yang jaraknya sudah mulai dekat, duduk di meja bar. "Kamu kenapa, sih? Kok sukanya sensi kalau Mama bahas tentang Prilly sama Ali? Hah, kenapa? Ada masalah apa kamu? Oh, jangan-jangan, kamu juga suka sama Prilly!"

Rayn kikuk. Sedikit canggung. Air mukanya mendadak seperti orang yang sudah dipermalukan di depan umum. Tapi serius, Rayn biasa saja. Tidak ada rasa yang menggebu-gebu untuk menjadikan Prilly sebagai pacarnya, atau hal lain sebagainya. Sebab sejak awal, cowok itu hanya ada di tahap rasa kagum.

Fase memang dibeda-bedakan. Ketika seseorang bertemu dengan hal yang berbeda, maka harus dipertanyakan lagi. Satu, fase tertarik. Dua, fase suka. Tiga, fase peduli. Empat, fase sayang. Lima, fase cinta. Dan saat ini, Rayn berhasil mengulik apa yang ia rasakan pada Prilly. Yaitu di tahap fase ter-ta-rik.

"Terserah Mama lah, ya?" Katanya singkat, lalu pergi menjauhi Mama.

❤❤❤

"MAU nonton, nggak?" Ali mulai mengambil perhatian Prilly lagi. Cewek itu sudah ngambek dengannya selama tiga hari. Ali tidak mengerti lagi, bagaimana cara mengobati cewek ini agar moodnya bisa kembali lagi.

"Nggak makasih."

"Hey, kenapa, sih? Udah tiga hari lo diemin gue, cuekin gue. Mana Prilly yang gue kenal dulu? Yang lembut, yang kalem, yang nggak gampang marah, yang suka manggil 'aku-kamu' sekarang kenapa beda gini, hm?"

Prilly mendadak kesal. Bukankah ia seperti ini karena Ali sendiri yang sudah tanpa sadar membuat ia berubah? Seutuhnya, perlakuan Prilly tergantung dari bagaimana orang berlaku padanya. Walau sebenarnya Prilly sering bertanya juga dalam hati, mengapa ia sudah mulai berubah, semenjak berada di lingkungannya yang sekarang.

"Lo yang udah nggak sadar ngerubah ciri khas yang gue punya. Gue udah nyaman jadi Prilly yang sekarang, dan itu alasannya karena elo."

"Kok gue?"

Atau mungkin karena?

Ah, serius, ini terlalu cepat.

(NOT) Sweet Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang