"Suster, pasien bernama Santi apa sudah bisa dibawa pulang ya?" Tanya seorang wanita umur 35 tahun.
"Tadi kata dokter hari ini sudah bisa dibawa pulang," jawab suster.
"Terima kasih ya suster."
"Iya bu. Sama-sama. Saya permisi dulu." Suster pergi ke ruang lain.
Badanku masih sedikit lemas setelah 2 hari tergeletak di atas kasur rumah sakit. Trauma yang kualami masih belum banyak menghilang.
"Aku mau lihat Rehan Bu."
"Rehan siapa?" Ibu heran. Ia baru pertama mendengar nama itu.
"Rehan yang udah nyelametin aku kemarin."
"Dimana tempatnya?"
"Aku tanya dokter dulu," Aku perlahan mendatangi dokter lalu diarahkan ke ruangannya.
Aku mengintip dari balik kaca pintu. Rehan masih terbaring tak sadarkan diri. Mata kirinya tertutup dengan pembalut luka. Apa yang terjadi dengan matanya? Akankah ia masih bisa melihat lagi? Pikiran berputar memikirkan kemungkinan yang terjadi.
"Kamu duduk dulu. Gak usah mikir yang aneh-aneh dulu. Duduk dulu disini."
Air mataku mengalir.
"Aku bingung mau balas apa nanti kalau ada hal yang membahayakannya bu.""Biar ibu yang nanggung biayanya," ibu berusaha menenangkanku.
Sepasang suami istri telah diantar ke ruangan Rehan. Itu orang tuanya. Aku harus minta maaf. Kutunggu mereka keluar ruangan.
Setelah setengah jam pintu terbuka. Mereka berpamitan pada dokter.
"Ibu, bapak maafkan Saya."
"Ada apa nak?" tanya si ibu.
"Rehan sudah menyelamatkan Saya. Karena Saya Rehan jadi..." tiba-tiba suaraku menghilang. Aku tak kuasa melanjutkannya. Mengingatnya saja sudah membuatku sakit.
Ibu itu memelukku. "Sudahlah, Rehan telah melakukan yang terbaik. Sudah rencana yang Maha Kuasa. Bukan salah kamu kok," ia tersenyum.
"Maaf ya bu, pak."
"Iya gak apa-apa."
"Terima kasih ya bu, pak. Anak ibu telah menyelamatkan anak Saya," kata ibuku.
"Gak apa-apa bu namanya kecelakaan kan gak ada yang tau. Ya sudah Kami mau pamit dulu ya." Mereka pergi.
"Aku akan selalu di sampingmu. Terima kasih atas semua ini." Hatiku berbicara dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded
RomancePerasaanku pupus diterpa dinginnya cinta serta panasnya cemburu. Katakanlah, sebelum perasaan ini layu karena lamanya menunggu... Berikanlah tanganmu, sebelum kugenggam selain dirimu... Jadilah pilihan utamaku...