Dua minggu berlalu. Aku tidak betah untuk segera meminta maaf padanya. Padahal baru 1 hari ia masuk sekolah, tapi sudah mendapatkan musibah seperti ini.
Jam istirahat selesai. Kami kembali menempati kursi masing-masing. Setiap hari kuperhatikan bangku di belakang. Kosong rasanya. Hari-hari berlalu hanya memendam penyesalan. Mengapa Aku bertemu dengannya kalau bisa membuatnya seperti ini?
Pak Hendra sedang menulis di papan tulis putih. Dengan decitan spidol yang muncul di setiap pergerakannya. Tiba-tiba beliau menghadap ke pintu yang terbuka lalu menghampirinya.
Kami pun terkejut melihat siapa yang datang. Rehan sudah berdiri di pintu kelas. Tangannya patah, diikat dan digantung pada pundaknya. Serta mata kiri yang masih berwarna merah, bekas luka pada hari itu. Aku pun tak tahu apakah masih bisa ia melihat dengan mata kirinya.
###
"Kriiing.." bel sekolah berbunyi. Aku menunggu Rehan keluar kelas.
Ia muncul. "Bagaimana kabarnya Han?" aku mencoba memulai pembicaraan.
Ia menatapku. "Sehat, Alhamdulillah," ia menjawab dengan perlahan, wajahnya masih sedikit pucat.
"Aku temenin kamu ya," sahut Nadia dari belakangku. Dari tadi sudah menunggunya keluar.
Kami berjalan bertiga. Rehan memang anak yang pendiam. Tidak banyak bicara. Teman mana yang mau mendekatinya. Dendi keluar dari perpustakaan.
"Nadia," sapa Dendi.
"Kenapa Den?" balas Nadia.
"Aku mau pinjam buku yang kemarin buat kerja kelompok." Dendi melirik padaku.
"Nih," Nadia memberikan bukunya.
"Aku pulang dulu ya. Ayo Santi, Rehan." Ia berlalu.
###
"Aku lupa kalau dijemput sama pamanku," kata Rehan."Ok gak papa. Kamu pulang dulu aja," timpal Nadia. Aku hanya diam. Ia segera mendatangi pamannya. Tangannya melambai pada kami. Kepalaku hanya bisa menunduk lemas.
"Kenapa Ti?" Nadia melihat gelagat yang aneh padaku. Aku hanya menatap kosong. Aku terus berjalan pulang tanpa memperdulikan Nadia.
"Duh, kok aneh Kamu sekarang ya?" Nadia menggerutu. Lalu mengejar langkahku.
"Ada apa denganku? Pedih sekali rasanya. Kenapa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded
RomancePerasaanku pupus diterpa dinginnya cinta serta panasnya cemburu. Katakanlah, sebelum perasaan ini layu karena lamanya menunggu... Berikanlah tanganmu, sebelum kugenggam selain dirimu... Jadilah pilihan utamaku...