4th Anniversary

1.1K 169 42
                                    

Aku kembali~

Maaf terlambat karena aku pulang malem terus seminggu ini. Libur juga gak di rumah. So, gantinya aku bikin ini panjang banget.


Happy reading!^^



~°~°~



Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang seperti orang yang tak punya harapan, menyedihkan. Ini sudah kulakukan selama berjam-jam dengan posisi yang sama meski punggungku pegal hanya demi mendapat pikiran yang tenang.

Sialnya, bukan tenang aku justru tegang. Ponselku sengaja kumatikan sejak dua jam yang lalu karena Woojin terus menelepon. Aku terlalu takut menghadapinya karena aku tidak tahu harus apa. Aku juga takut pada Minho karena aku melakukan banyak kesalahan sekaligus.

Aku akhirnya mengubah posisi menjadi menyamping, menarik kakiku ke perut dan memeluknya. Perutku mendadak tidak enak. Kenapa ya? Apa karena aku belum makan?

Aku melirik ke arah jam digital di atas nakas. Sudah pukul sebelas siang. Bagus, aku sama sekali belum keluar kamar dan memakan sesuatu.


"(Y/n)-ahh ... kau sudah bangun?"

Aku melirik ke arah pintu tanpa mengubah posisiku. "Ne, Eonni."

"Aku akan pergi ke agensi untuk mengurus berkas-berkas. Aku tidak sempat memasak tapi aku sudah membeli makanan. Apa kau ingin menitip sesuatu?"

"Ani, hati-hati di jalan!"

Setelah itu, ada suara langkah kaki menjauh. Aku menghela napas lalu memeluk kakiku lebih erat, berusaha membuat perutku nyaman lalu memutuskan untuk turun.

Aku langsung ke dapur dan memeriksa makanan apa saja yang bisa kumakan. Ada sujebi, oden, dan mandu. Aku langsung menyiapkan peralatan makan, meminum segelas air lalu melahap makanan yang ada karena perutku lapar sekali.

"Kau, kan, tidak suka oden."

"Ohh ya ampun!" Aku spontan menyentuh dadaku dan menoleh ketika mendengar suara pria di belakangku.

Minho berdiri di sana dengan kekehan geli. Tubuhnya dibalut kaus abu-abu dan jaket jeans. Ia mendudukkan dirinya di sampingku, menghadap ke arahku.

"Kapan kau datang? Aku tidak mendengarmu, menyebalkan!" protesku. Tapi aku kembali bungkam ketika mengingat apa yang terjadi kemarin ... Minho mungkin kecewa berat.

Aku memutuskan untuk diam dan kembali fokus pada makanan, membiarkan Minho menatapku dari tempatnya. "Aku benar-benar terkejut kau makan oden," ujarnya tiba-tiba.

"Aku sangat lapar," sahutku tanpa meliriknya.

"Selapar-laparnya dirimu kau tetap tidak mau makan oden, biasanya ...."

Benar juga.

Aku mengerjap pelan lalu menunduk, menatap oden di tanganku yang sudah digigit. Sekarang aku bingung kenapa aku sama sekali tidak terganggu ketika memakannya. Tapi, karena sudah terlanjur akhirnya kuhabiskan saja.

Minho mengusap kepalaku. Ia menyandarkan kepalanya di atas meja, menghadap ke arahku. "Kenapa kau mematikan ponselmu? Aku menelepon tadi pagi."

"Mian, aku lupa menaruh charger di mana," dustaku. Aku menghindarimu dan Woojin.

Aku memutuskan untuk tak memperpanjang hal itu sampai selesai makan. Aku kemudian pindah ke ruang tengah dengan Minho. Kami menonton televisi dengan posisi duduk berdampingan dan aku berada di pelukannya. Tapi, sejak makan tadi kami belum bicara lagi.

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang