One Step Ahead

859 131 41
                                    

Aku kembali❤️

Ada yang nungguin?

Btw aku udah nulis dari tiga hari yang lalu, udah selesai tinggal revisi+update dan jeng jeng jeng! Ilang!!!


Happy birthday!^^



~°~°~



Aku melangkah cepat memasuki rumah yang telah lama tak kukunjungi. Bang Chan yang baru saja membuka pintu—dan kulewati begitu saja—terdiam di sana bersama Minho.

Aku mengarahkan diri pada sebuah kamar yang letaknya di samping tangga. Aku langsung membuka pintunya, membuat sang penghuni kamar tampak terkejut. Changbin yang terbaring di atas ranjang dengan kaki digips dan kepala diperban mengerjap begitu melihatku. Ia hendak memasukkan potongan apel ke dalam mulut, namun mengurungkan diri ketika melihatku.

"Ohh! (Y/n)? Kapan kau datang?" tanyanya berusaha berbasa-basi.

Aku mendengus keras. Dengan perasaan sebal aku melangkahkan kaki menuju ranjangnya. Tatapanku mengarah tajam padanya tak peduli meski ia tampak kebingungan.

"Hya ... kenapa kau melihatku seperti itu?" tanyanya panik.

Aku mempertajam pandanganku. Aku melirik ke arah nakas, di mana sebuah apel yang sudah dipotong-potong tersimpan berdampingan dengan pisau. Aku mengambil pisau itu. Sontak membuat Changbin memundurkan tubuhnya dan membulatkan mata.

"Hya! Kau mau membunuhku?!" pekiknya panik.

Aku yang merasa geram balik memekik, "Ya! Aku mau membunuhmu! Mau apa kau?!"

Aku menggenggam pisau itu terbalik kemudian memukul lengan Changbin dengan gagangnya. Pria itu berteriak, berusaha menghalau beberapa kali sampai akhirnya aku menaruh kembali pisau di nakas. Takut kelepasan dan terluka sungguhan.

"Kau ini kenapa?!" tanyanya panik.

Aku balik bertanya, "Kau yang kenapa?! Sudah tahu sedang sakit masih saja memaksakan diri ke studio malam-malam! Lihat akibatnya! Kau kecelakaan, kan?! Tulangmu patah! Lihat kepalamu dililit seperti itu! Kalau amnesia bagaimana?!"

Changbin mengerjap pelan usai protesan itu kuutarakan secara cepat dan lancar. Ia membenarkan posisi duduknya secara perlahan. Dengan hati-hati bicara, "Aku baru tahu kau bisa bicara seperti itu. Tertarik untuk jadi rapper di lagu kolaborasiku?"

"SEO CHANGBIN!"

Belum sempat kulayangkan pukulan padanya, seseorang sudah menahanku dari belakang. Baru kusadari bahwa sejak tadi Bang Chan dan Minho sudah masuk ke dalam kamar, memperhatikan kami. Minho memeluk tubuhku dari belakang. Ia mengusap bahuku guna menenangkan.

"Jangan buat Changbin semakin babak belur," ucapnya, "nanti semakin jelek."

"Hya! Siapa yang kau bilang jelek? Aku lebih tampan darimu!" seru Changbin tak terima. Namun, melihatku menatapnya datar membuat Changbin diam.

Aku menghela napas kemudian melepaskan diri dari Minho dan duduk di sofa kamar. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan guna menutupi perasaanku yang kacau.

Aku khawatir berlebih. Changbin adalah orang yang paling berjasa selama masa gelapku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Changbin terluka lebih parah. Kakinya sudah patah begitu, beruntung masih bisa dipulihkan meski membutuhkan waktu cukup lama—katanya. Kepalanya juga sedikit terbentur, jadi lukanya tidak dalam. Tapi tetap saja itu terjadi karena ia memaksakan diri.

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang