Adventure Date

955 159 17
                                    

I'm back💕


Happy reading!^^



~°~°~



"Hya ... ireona. Dasar pemalas."

Aku tak dapat menahan senyum begitu suaranya yang lembut memasuki indera pendengaranku. Yang membuatnya menjadi sangat manis adalah ia menyuruhku bangun tapi tangannya terus mengusap kepalaku seolah menyuruhku tetap terpejam.

Aku mendekat ke arah Minho yang duduk di sisi ranjang—masih dengan mata terpejam—lalu menjadikan pahanya sebagai bantalku. Minho terkekeh geli. Ia menyapu anak-anak rambut yang menutupi wajahku dan menekan hidungku.

"Cepat bangun, mau jalan-jalan tidak?"

"Tumben jalan-jalan, biasanya diam saja di rumahmu," sahutku masih dengan mata tertutup.

"Aku sudah berbaik hati untuk menunda pengerjaan skripsi supaya hari ini bisa pergi denganmu. Kau tidak mau?"

Aku tertawa pelan lalu membuka mataku. Aku kembali memejamkan mata sejenak untuk menyesuaikan pencahayaan dengan mataku sebelum akhirnya benar-benar bangun dan bergerak duduk. "Mau ke mana kita hari ini?"

"Ke tempat yang ramai dan menyenangkan. Sana mandi," titahnya.

"Laksanakan!" Aku segera beringsut turun dari ranjang dan setengah berlari menuju kamar mandi. Aku hampir tersandung selimut yang terjulur ke lantai, tetapi langsung melanjutkan langkahku karena malu—Minho menertawakanku habis-habisan.

Selesai mandi aku langsung bersiap untuk pergi. Aku mengenakan sweater merah hati dengan gambar hati berwarna merah muda di tengahnya juga rok rempel selutut berwarna senada dengan gambar hati. Rambutku kuikat setengah. Aku juga memakai sepatu kets putih dan tas selempang berwarna putih.

Merasa sudah pantas, aku segera turun untuk menyusul Minho. Ia tengah berkumpul dengan eonni, Chan, dan juga Changbin yang entah sejak kapan ada di ruang televisi.

"Loh, kau datang?" tanyaku begitu Changbin melirik.

Ia mencebik dan memutar bola matanya. "Memangnya tidak boleh? Ini kan bukan–"

"Ini rumahku, Tuan Seo yang terhormat," potongku cepat. Changbin memberengut, membuat semua orang yang ada di ruangan tertawa—terlebih eonni.

"Rasakan," ledek Eonni.

Changbin menghela napas. "Bagaimana bisa Minho bertahan dengan gadis bermulut pedas seperti ini selama bertahun-tahun? Kalau aku pasti sudah kuputuskan."

Minho yang masih tertawa merangkul Changbin dari belakang. "Karena aku mencintainya dan dia hanya seperti itu padamu. Dah, aku pergi dulu."

Minho menepuk bahu Changbin lalu beranjak dan menghampiriku. Aku langsung pamit pada yang lainnya dan pergi bersama Minho dengan mobil kesayangannya yang tak pernah mau ia ganti—sejauh ini.

"Siap berpetualang?" tanya Minho. Sesekali ia melirikku, tidak hanya fokus pada jalanan.

Aku memberinya senyuman lebar. "Tentu!" sahutku. "Ngomong-ngomong, tumben kau mengajakku bicara ketika menyetir."

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang