Apologize

1.3K 215 71
                                    

Komennya banyak, aku bahagia sekali kawan-kawanku sekalian 😭❤️

Tadinya mau double update tapi apa daya aku drop, balesin komen juga telat :')


Happy reading!^^



~°~°~



Untuk pertama kalinya setelah dua tahun, kami berkumpul dengan formasi lengkap—termasuk mendiang Woojin, abunya berada di dekat kami. Semuanya duduk melingkar dengan suasana tak menyenangkan. Semua menunduk. Hanya satu yang berbeda dari formasi ini, sekarang aku duduk di samping Changbin. Dialah orang yang mengusapi bahuku.

"Masih sakit?" tanyanya.

Aku mengangguk pelan. Aku masih sakit, tapi sakit hati. "Gwaenchanha," sahutku setelah menahan napas.

"Kalau kau seperti ini lagi aku akan mencekikmu," ancamnya. "Sudah berapa kali kuingatkan untuk tidak melupakan makan dan obatmu? Kenapa kau tidak menurut?"

"Aku hanya lupa sekali," sahutku kesal. "Biasanya juga tidak."

"Satu kali itu bisa jadi kebiasaan, dasar anak nakal!"

"Aku bukan anak kecil!"

Biasanya ada yang menghentikan pertengkaran konyol di antara kami. Namun, kali ini tak ada suara lain. Hanya ada tiga tatapan kosong yang mengarah padaku.

"Changbin ... sedekat itukah kau dengan (y/n)?" Aera Eonni bersuara.

Changbin melirik. "Menurutmu? Kalau bukan aku apa ada orang lain yang peduli?" Nadanya menyindir. Jelas ... siapa orang yang berusaha Changbin serang. Tapi orang itu masih bertahan diam.

"Aku peduli," sahut Aera Eonni tak terima. "Tetapi (y/n) tidak mau kuhubungi. Dia bilang ingin sendiri."

"Lalu kau diam saja? Kau tidak bertanya kenapa dia ingin sendiri? Kau tidak ingin tahu bagaimana kabarnya? Apa kau pikir (y/n) mau kuhubungi? Aku bahkan ditolak mentah-mentah ketika mengejarnya di bandara malam itu. Tapi, apa aku berhenti?" Aera Eonni bungkam. "Lihat sekarang apa yang kudapatkan karena tak berhenti mencoba. Aku sudah bersusah payah membantunya bangkit setelah terpuruk. Jika salah satu dari kalian berani membuatnya hancur lagi maka aku akan menghancurkan kalian."

"Oppa, sudah ...." Aku menarik ujung kaus yang Changbin kenakan. Aku tidak ingin perdebatan panjang. Changbin terlalu jelas mengibarkan bendera perang. Lagi pula, aku juga takkan membiarkan siapa pun mendekatiku lagi. "Aku ingin pulang."

"Kajja," ajaknya. Ia membantuku beranjak. Ia juga membawakan tas dan ponselku.

"Aku pulang duluan," pamitku. Aku menghadap pada guci bertuliskan huruf hanja yang diletakkan di depan bingkai foto Woojin dan membungkuk sedalam-dalamnya, memberikan penghormatanku yang terakhir. Mungkin sudah sangat terlambat, tapi aku sudah memaafkanmu. Kuharap kau juga sudah memaafkanku. Semoga tenang di sana, sayangnya kita takkan bertemu lagi. Tempatmu bukanlah tempatku pulang nanti, aku terlalu hina untuk bertemu lagi denganmu.

Aku menghapus air mataku lalu pergi begitu saja bersama Changbin. Tanpa melihat siapa pun lagi, apalagi dia.


"Kau kuat, kau wanita paling kuat yang pernah kutemui." Aku hanya menanggapi Changbin dengan senyuman tipis. Ia membukakan pintu mobil untukku sebelum masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya.

Cruel Destiny [Stray Kids Imagine Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang