Part 1

37.1K 553 0
                                    



   Hari ini beda, hari ini tidak seperti biasanya, aku bingung kenapa kedua orang tuaku rapih-rapih rumah padahal hari ini tuh bukan weekend dan yang paling anehnya pas aku turun dari kamar, kedua kakakku menatapku dengan pandangan yang super duper aneh.

  "Kak lo kenapa sih lihatin gue seperti itu?" Tanyaku yang aneh dengan pandangan mereka berdua.

  "Nggak, pengen aja lihatin lo seperti itu." Jawab kak Sheryl sambil tersenyum aneh.

  "Abang ada banyak kerjaan di kantor pagi ini, abang berangkat ya." Ujar kakak sulungku yang bernama Rico lalu mengelus puncak kepalaku.

  "Terus si Cena berangkat sama siapa Co?" Teriak Kakakku kepada kakak sulungku.

  "Sama kamu lah," ujarnya sambil keluar dari rumah.

  "Ryl, kamu kan nggak ada makul pagi ini, antar lah adik bungsu kamu." Ujar Papahku yang baru selesai membereskan garasi.

  "Yaudah, ayo buruan." Ujar Kak Sheryl malas.

  "Berangkat ya Pah," ujarku lalu pergi keluar menyusul Kak Sheryl yang sudah keluar dari rumah.

   Di perjalanan, Kak Sheryl terus terusan bertanya soal pacarku, Nate.

  "Lo sama Nate gimana? Dia masih suka selingkuhin lo?" Tanya kakakku sambil tertawa.

  "Sekarang-sekarang sih nggak, emang kenapa?" Tanyaku heran.

  "Kenapa nggak lo putusin aja sih? Cowok cakep kan banyak, bukan cuma Nate doang." Jawabnya sambil dengan tatapan yang lurus ke jalan raya.

  "Nggak ah, gue masih mau nunggu dia berubah." Jawabku.

  "Halah, cowok kek gitu mah nggak pantes di perjuangin Ce," ujar Kakakku dengan nada yang lebih halus dari biasanya.

   Aku hanya diam sambil merenungkan kejadian masalaluku dengan Nate yang berkali-kali di selingkuhin.

  "Ce, lo mau ikut gue lagi?" Tanya Kak Sheryl menyadarkanku dari lamunanku.

  "Oh sampe ya Kak?" Tanyaku lalu turun dari motor matic berwarna hitam milik Kak Sheryl.

  "Siangnya gue jemput lagi, lo jangan telat ya keluarnya." Ujar Kak Sheryl sambil menatapku.

  "Iya, tiati dijalan ya Kak." Ujarku lalu berlari ke gerbang sekolah.

  "Hey babe," seseorang merangkulku dengan senyuman tampannya dan bau badan khas yang sangat pekat.

  "Nate?" Aku tersenyum melihat wajah tampan pacarku.

  "Kenapa kamu nggak minta jemput sih? Kan aku bisa jemput kamu." Kesal Nate sambil mengerucutkan bibirnya.

   Aku tersenyum karena melihat kelakuan Nate yang sangat lucu dimataku.

  "Masih ada Kak Sheryl kok yang mau anter aku sekolah." Ucapku sambil merangkul pinggang Nate.

  "Aku ke kantin ya, semangat belajar!" Ujar Nate lalu melepas rangkulannya dan perlahan menjauh dariku.

   Aku merasakan perasaan aneh, ntah ini menyangkut soal Nate atau soal sesuatu yang lain namun karena bel sudah berbunyi, aku tidak memikirkannya lagi karena yang aku pikirkan hanyalah memasuki kelas secepat mungkin.

"Ce, untung lo datengnya cepet." Ujar Karin, sahabatku.

"Gue lari tadi." Ujarku sambil duduk di kursiku.

"Tadi Vera sama Risa ke kelas, mereka ngajak kita kumpul malem ini."

Aku hanya mengangguk meng-iyakan.

🌾

Bel pulang sudah berbunyi, dan Kak Sheryl pun pasti sudah menungguku di depan gerbang sekolah.

"Nate, aku duluan ya." Ujarku kepada Nate yang sedang mengobrol di kantin bersama temannya.

"Aku anter." Nate berdiri dan langsung menghampiriku.

"Aku udah di jemput sama Kak Sheryl." Ujarku tak enak.

"Yaudah aku anter ke gerbang sekalian ketemu sama Kak Sheryl." Ucap Nate sambil merangkulku yang belum menjawabnya.

Di depan gerbang sekolah, Kak Sheryl menatap Nate dengan pandangan tajamnya.

"Kak, apa kabar?" Sapa Nate sambil melepas rangkulannya.

"Gue nggak merestui lo sama adik gue, jadi jangan berharap gue bisa ngomong baik-baik sama lo." Ujar Kak Sheryl sambil menyalakan motornya.

"Ce, buruan pulang!" Kak Sheryl mengisyaratkan agar segera menaiki motornya.

"Nate, aku pulang dulu ya." Ujarku sambil tersenyum dan buru-buru menaiki motor Kak Sheryl.

Nate hanya melambai padaku yang sudah sedikit jauh darinya karena Kak Sheryl sudah melajukan motornya.

Pada saat sampai di rumah, aku buru-buru masuk ke dalam karena aku mencium masakan Mama yang jarang sekali Mama masak.

"Ma, tumben masak ini? Emang ada apaan?" Tanyaku bingung.

"Kita kedatangan tamu, kamu ganti baju gih terus bantuin Mama nata ini di meja makan." Ujar Mamaku sambil mengelus lenganku.

Aku hanya meng-iyakan ucapan Mamaku dan berjalan cepat ke kamar untuk mengganti baju.

"Ce!! Pakai pakaian yang bagus dan dandan sedikit!" Teriak Kak Sheryl dari luar kamarku.

"Emang mau ada apaan sih?" Tanyaku bingung.

Kak Sheryl tak menjawab, aku semakin bingung. Sebenarnya siapa sih yang akan mengunjungi rumahku siang ini?

Kebingunganku terjawab ketika seorang perempuan seumuran Mama dan kedua orang laki-laki yang satu seumuran Papah dan yang satunya seumuran Bang Rico masuk dan cipika-cipiki ria bersama Mama dan Papaku pada saat aku menata beberapa makanan di meja makan.

"Ini Shena? Wah sudah besar ya sekarang." Ujar perempuan itu sambil tersenyum menatapku.

"Kamu lupa ya sayang? Ini tante Nina dan Oom Reza, teman baik Mama dan Papah dulu." Ujar Mamaku sambil memperkenalkan kedua orang itu.

"Hai," sapa pria yang seumuran Papahku.

"H-hai." Jawabku kaku.

"Ini Bara, kamu inget nggak?" Tanya Mama sambil melirik Laki-laki itu.

Aku hanya menggeleng.

"Sapa dong Ce." Tegur Kak Sheryl.

"H-hai Om." Sapaku kepada laki-laki bernama Bara itu.

Semua orang tertawa mendengar ucapanku.

"Biasa, si Shena mah emang suka gitu." Ujar Mamaku sambil menggandeng tangan si perempuan dan mengajaknya duduk di meja makan.

Om-om itu hanya melihatku sebentar lalu duduk di meja makan bersamaan dengan Papah yang sedang mengobrol bersama temannya itu.

"Ce, cakep kan?" Kak Shena menyenggol menganku yang sedang berjalan ke dapur.

"Cakep dari mana? Om-om gitu." Ujarku sambil tertawa tak ikhlas.

"Jangan gitu Ce, gue juga kalo belum punya cowok mah pasti naksir sama dia." Ujar Kak Sheryl lalu duduk di meja makan.

Aku hanya memutar bola mataku lalu mengambil beberapa gelas dari dapur.

"Nah, dateng juga." Mamaku tersenyum sambil menepuk-tepuk punggungku.

"Yasudah, kita mulai saja makan siang ini." Ujar Papah.

Setelah makan siang dan menceritakan kejadian pertemenan masalalu mereka, akhirnya Papah berdehem untuk mengatakan sesuatu sama sekali tidak aku duga.

"Jadi, kedatangan Bara dan keluarganya kesini, untuk membicarakan pernikahanmu dengan Bara yang akan di laksanakan bulan depan."

Aku yang sedang memakan biskuit terbatuk karena kaget.

"Nikah?!" Tanyaku terkejut.

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang