Part 21

10K 299 12
                                    

Author POV

Sedaritadi Shena hanya membuat Bara berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menuruti apa yang Shena inginkan sebelum Bara pergi.

"She, nggak cape?" Tanya Bara yang sedang mengatur napasnya karena mengejar Shena yang sangat aktif hari ini.

"Aku mau nginep di sini aja boleh nggak sih?" Tanya Shena yang kini berhenti tepat di depan starbugh, toko kopi.

"Shena," Bara menangkup kedua pipi Shena. "Saya nggak akan lama. Tunggu dan jadi anak baik di rumah Mamih ya." Lengkungan tipis terukir di wajah tampan Bara.

"Janji ya balik lagi." Ujar Shena sembari memeluk Bara.

"Gantian dong." Ujar Bara yang tiba-tiba menyudahi pelukan Shena.

"Gantian apa?" Shena menyeka air matanya dengan raut wajah yang benar-benar bingung.

Bara sedikit membungkuk menyetarakan kepalanya dengan kepala Shena.

"Kamu ngap—"

Bara meraih lengan Shena lalu meletakkan di kepalanya dan mengusapkannya.

"Hahaha." Tawa Shena pecah seketika saat ia baru menyadari bahwa Bara sangat lucu.

"Gitu dong ketawa." Bara kembali ke posisi sebelumnya.

"Yaudah ya aku pulang dulu." Shena berjinjit untuk mengecup pipi Bara.

Cup!

"Tunggu." Bara mencekal pergelangan tangan Shena saat Shena sudah memasang ancang-ancang untuk kabur.

"Lagi musim hujan." Bara melepaskan cekalannya lalu melepas hoodie yang sedang di pakainya. "Pakai." Ujarnya dengan menyodorkan hoodie miliknya.

"Awas kamu kalau sampai telat pulangnya!" Shena mengambil hoodie yang di berikan Bara lalu berlari meninggalkan Bara.

"Daah." Shena melambai dari jauh dengan senyumnya yang membuat Bara semakin jatuh hati pada Shena.

"Lucu banget sih." Pikir Bara sambil melambai balik kepada Shena.

//

"She, ini senin, kamu nggak sekolah?" Nina berdiri di ambang pintu kamar Bara sembari berkacak pinggang.

"Jam berapa Mih?" Tanya Shena yang masih memejamkan matanya.

"Jam tujuh kurang sepuluh menit."

Shena langsung bangkit dari kasur begitu mendengarnya.

"Aku telat Mih!" Shena berlari ke kamar mandi.

Nina terkekeh melihat Shena yang begitu lucu. Rasanya ia kembali memiliki anak namun versi perempuan.

"Papih udah nunggu di luar ya She." Ujar Nina lalu keluar dari kamar Bara.

Setelah selesai, Shena bergegas keluar dari kamar Bara.

"Sarapan dulu She." Nina memberikan Shena sepotong roti berisi gula dan mentega.

"Makasih Mih, aku berangkat ya." Shena menyalami Nina lalu keluar dari rumah untuk menghampiri Reza yang akan mengantarnya pagi ini.

"Nggak ada yang tertinggal She?" Tanya Reza saat Shena memasuki mobil.

"Insya Allah nggak Pih." Ujar Shena sambil tersenyum yakin.

"Oke berangkat!"

//

Sebelumnya, Shena harap-harap cemas karena takut gerbang sekolahnya sudah tertutup. Namun saat sampai kecemasan itu tergantikan oleh kekesalan karena Nate yang sedang berdiri di depan gerbang entah untuk apa.

"She, nggak turun?" Tanya Reza yang mengikuti arah pandang Shena.

"Pih, aku nggak enak badan." Tubuh Shena tiba-tiba melemas seakan semangatnya beberapa menit yang lalu kandas begitu saja.

"Kamu sakit?" Tanya Reza cemas.

"Ngg—"

"Kita ke rumah sakit ya." Ujar Reza yang membuat tubuh Shena tegak seakan energinya sudah terisi penuh.

"Eh aku udah sehat Pih." Shena tertawa sambil menyalami Reza.

"Kamu kalau sakit nggak usah di paksa She." Reza nampak cemas menatap Shena.

"Aku kuat Pih, doakan hariku baik ya." Ujar Shena sebelum keluar dari mobil Reza.

"Iya." Ujar Reza sembari tertawa.

"Nggak salah kenapa Bara sejatuh itu sama kamu." Pikir Reza lalu melajukan mobilnya.

Shena berjalan santai seakan tidak melihat keberadaan Nate di depan gerbang.

"Pagi Shena." Sapa Nate ramah.

Shena meneguk salivanya susah payah. Ia harus tetap pda pendiriannya.

"Aku mau minta maaf." Nate mulai mengemis kepada Shena seperti dahulu kala.

Shena masih tetap berjalan seakan tidak mendengar suara apapun.

"Kita masih bisa kayak dulu kan She." Nate masih belum berhenti berbicara.

"Aku harusnya tanya kamu baik-baik, nggak dengan ngomong sekasar itu sama kamu." Ujarnya melunak.

"Kalau kamu belum mau maafin aku minimal ngomong sedikit aja." Nate menghadang jalan Shena sehingga jalannya terhenti.

"Aku minta maaf ya." Nate berjongkok di depan Shena seraya menyodorkan sebuket bunga.

Shena menghela napas malas. "G." Ujarnya lalu berjalan ke samping untuk melewati Nate.

"Shena!" Teriak Nate yang membuat para siswa yang sedang berlalu lalang di koridor menoleh ke arahnya.

"Ga denger ga denger." Gumam Shena sembari mempercepat langkahnya.

"She, buru masuk." Karin menarik lengan Shena untuk memasuki kelas.

***

Jangan lupa di vote ya biar ceritanya bisa lanjut hehe. Oh iya, ajak teman teman kalian untuk baca cerita ini juga ya!:) terimakasih - esperanza

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang