Part 3

15.1K 472 2
                                    

Holaaa jangan lupa kasih vote ya! Dan terimakasih pada pembaca nikah muda! Jangan lupa juga share ya ke teman kalian :)

"Aku mau pernikahannya di percepat."

Semua menoleh kepadaku dengan tatapan terkejut sekaligus senang.

"Kamu yakin?" Tanya Tante Nina yang memberikan tatapan menyelidik.

"Iya Tan, aku udah yakin." Ujarku sambil tersenyum untuk meyakinkan bahwa pernikahan ini akan benar-benar terjadi.

"Wah, bagus tuh, Papi sebentar lagi punya anak cewek Bar!" Ujar Oom Reza antusias.

Bukan, bukan aku yang benar-benar meminta pernikahan ini di percepat. Tapi, karena dorongan dari Kak Sheryl, aku bertekat untuk melupakan Nate dengan cara mengikat hubungan dengan Oom Bara.

"Tante akan senang sekali! Senin kamu fitting baju dengan Bara ya." Ujar Tanta Nina yang tak kalah senang.

Aku mengangguk sambil berharap agar aku tidak menyesali perbuatan nekatku ini.

"Bara, kamu ajak jalan calon istri kamu dong, masa weekend di anggurin?" Singgung Oom Reza yang baru selesai berbicara dengan Papah.

Aku buru-buru berdiri dan menarik Oom Bara yang masih duduk di sampingku.

"Kita pergi dulu ya," pamitku sambil menggandeng Oom Bara.

"Patah hati ya?" Ujar Oom Bara yang masih dalam gandenganku.

"Berisik!" Ujarku sambil melepaskan tanganku yang tadi menggandeng tangannya.

"Berani ya kamu pegang-pegang tangan saya, anak kecil." Ujar Oom Bara sambil menatapku.

Aku malu, ada keberanian darimana coba tadi?

"Nggak akan ya gue kek gitu lagi!" Ketusku.

"Tukang purik."

"Daripada Om-om?" Balasku.

Oom Bara tak membalas, ia membuka mobilnya dan mengisyaratkan aku agar cepat memasuki mobilnya.

"Oom, nge eskrim yuk." Ajakku yang tiba-tiba menginginkan eskrim.

"Saya tau kedai eskrim yang enak." Ujar Oom Bara sebelum melajukan mobilnya.

Ponsel Oom Bara berkali-kali berdering namun sekalipun Oom Bara tidak meliriknya.

"Oom, tuh ada yang nelpon!" Kesalku karena sedaritadi telponnya belum berhenti berdering.

"Biarin aja." Ujarnya yang masih fokus dengan jalan.

"Siapa sih Oom? Pacar Oom ya?" Tanyaku curiga.

"Angkat aja." Ujar Oom Bara mempersilahkan.

Tanpa basa-basi akupun mengambil ponsel Oom Bara dan mengangkatnya.

"Halo? Ini pacarnya Oom bara ya? Maaf ya, Oom baranya lagi jalan sama gue." Ujarku yang sama sekali belum mendengar suara dari sebrang sana.

"Dek, Oomnya ada? Saya dari pihak perusahaan ingin memberi tahu bahwa—"

Tuut.

Aku memutuskan panggilan secara sepihak karena malu.

"Siapa?" Tanya Oom Bara.

"Bukan pacar Oom ternyata." Aku nyengir kuda sambil mengembalikan ponsel Oom Bara.

Oom Bara hanya tersenyum diam diam selagi aku merasa malu.

"Sampai." Ujar Oom Bara.

Akupun turun dari mobil dan segera berlari ke dalam kedai persis seperti anak kecil berumur 5 tahun.

"Awas aja kalau sampe eskrim disini nggak enak." Ujarku sambil menatap Oom Bara yang sedang menatap ke arah lain.

"Coba aja." Ujar Oom Bara ketika eskrimnya datang.

Aku mulai mencoba sesuap eskrim dan ternyata...

"Gila! Oom harus sering-sering bawa gue kesini!" Ujarku senang.

"Kapan mau kesini lagi? Abis nikah?" Goda Oom Bara.

"Ah nggak mood." Aku menyingkirkan eskrimnya dari hadapanku.

"Ehh nggak nggak, dasar tukang purik." Oom Bara mengembalikan eskrimnya ke hadapanku.

"Abis Oom Bara ngeselin!" Kesalku.

🌾

"She, kamu coba yang itu deh, kayaknya bagus deh buat kamu." Ujar tante Nina sambil menunjuk gaun berwarna putih.

"Oke." Ujarku sambil mengambil gaun itu dan mulai mencobanya.

Setelah mencoba, aku keluar dari ruang ganti dan melihat Bara yang sedang memakai tuxedo berwarna senada denganku.

"Ih anak tante cantik sekali!" Ujar Tante Nina senang.

Oom bara melihatku takjub dan karena merasa tak enak dipandang Oom Bara terus, aku mengganti bajuku kembali.

"Tante sudah siapkan sisanya, kamu tak perlu khawatir tentang apapun." Tante Nina menatapku kelewat senang, mungkin karena sebentar lagi aku akan jadi bagian dari keluarganya.

"Yaudah, kalau gitu Tante pergi dulu ya, mau ada arisan, kamu pulang sama Bara ya." Pamit Tante Nina sambil tersenyum.

"Iya, tiati Tan." Ujarku sambil tersenyum.

Di mobil, Bara hanya diam sambil fokus dengan jalanan.

"Oom, kalo kita nikah, jangan sampe sekolah tau ya, aku masih mau sekolah dengan tenang." Ujarku memecah keheningan.

"Itu doang?" Ujar Oom Bara seakan menyanggupi.

"Buat sekarang sih itu doang." Jawabku sambil menggigit jadi telunjukku.

"Jangan kebiasaan." Oom Bara menyingkirkan jari telunjuk yang sedang ku gigit tadi.

"Ihh Oom!" Pekik Shena.

"Saya bukan Oom kamu." Sahut Oom Bara.

"Terus siapa?" Tanyaku.

"Calon suami kamu."

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang