Part 17

11.6K 375 15
                                    


Shenna dan Bara sampai di rumah milik orang tua Bara. Dengan perasaan yang senang dan deg-degan, Shena memberanikan diri untuk memencet bel rumah.

"Sebentaaaaar." Ujar sesorang dari dalam rumah.

Bara hanya menunggu sambil berdiri di belakang Shena.

"Aku rapih nggak?" Tanya Shena kepada Bara yang hanya diam.

Ceklek!

"Shenaaa yaampun anak Mami." Ujar Nina seraya memeluk Shena girang.

"I-iya apa kabar Mih." Balas Shena yang juga berbalik memeluk Nina.

"Baik sayang, ayo masuk, Papih lagi ngurusin dekor di halaman belakang." Nina menuntun Shena masuk dan mengabaikan Bara begitu saja.

"Iya, udah jadi anak pungut sekarang." Gumam Bara lalu masuk sendiri kedalam rumahnya.

"Pih! Shena datang!" Ujar Nina girang dengan Shena yang masih dalam genggamannya.

"She, apa kabar sayang?" Tanya Reza dengan lengkungan yang terukir di bibirnya.

"B-baik Pih." Balas Shena seraya menyalimi Reza."

"Eh kok kamu sendiri?" Tanya Reza yang celingukan seperti sedang mencari sesuatu.

Dahi Shena dan Nina berkerut, mereka berdua celingukan mencari apa yang di maksud oleh Reza.

"Oh kayaknya tadi Mamih tinggal di depan deh hehe." Nina menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Reza geleng-geleng dengan keakuan Nina, ia maklum karena mungkin saja Nina terlalu bersemangat saat Shena datang.

"Mungkin udah masuk kali, kamu samper ke kamarnya saja." Ujar Reza saat Shena kebingungan.

"Kamarnya di paling ujung dekat ruang sholat." Ujar Nina sambil tersenyum.

Shena mengangguk, ia berjalan sambil sesekali tersenyum ketika melihat beberapa orang yang ia lewati.

Tok.tok.tok.

"Masuk ya." Ujar Shena yang langsung membuka pintu kamar tanpa persetujuan dari Bara.

"Cowok banget nuansanya." Gumam Shena dengan kedua bola matanya yang melirik ke kiri dan ke kanan menjelajahi seisi kamar Bara.

"Sini." Bara menepuk kasurnya menyuruh Shena untuk merebahkan diri di sampingnya.

"Suami gue cowok banget ternyata." Ujar Shena sambil tertawa.

Bara tersenyum karena mendengar Shena mengatakan "suami gue"

"Anak kecil." Paggil Bara.

  "Hmm." Dehem Shena yang sedang tertidur di atas lengan Bara.

  "Kalau ada apa-apa, mau apa-apa, bilang."

   Shenna memiringkan badannya menghadap Bara.

  "Harus banget?" Sahut Shena tengil.

   Bara mengangguk.

  "Mau cium harus bilang dulu?" Goda Shena yang membuat Bara terdiam.

  "Wah minta di cium nih." Shena bangkit dari tidurnya dan duduk di atas perut Bara.

   Bara masih tanpa ekspresi.

  "Suamiku ternyata kutub es!" Ujar Shenna sambil tertawa lalu mencium pipi Bara.

  "Kutub es?"

  "Iya, dingin!" Balas Shenna sambil tertawa lagi dan bergerak untuk mencium bagian kesukaannya, leher.

  "Ce, berhenti." Titah Bara.

   Shenna tidak mendengar, lebih tepatnya tidak ingin mendengarnya.

  "Ce." Paggil Bara sekali lagi.

   Merasa tak di dengar, Bara memegang kedua pergelangan tangan Shena dan membalikkan posisinya menjadi di atas Shena.

  "Bandel." Ujar Bara menatap mata Shena dalam-dalam.

  "Om mau ngapain ih!" Kesal Shena.

  "Mau bikin anak." Ujar Bara dengan seringainya.

   Shena sempat takut namun beberapa detik kemudian ia melepas tangannya dan melentangkan badannya.

  "Silahkan tuan Bara si kutub es." Shena tersenyum penuh makna melihat wajah Bara yang sedikit tegang.

  "Oke kita mulai." Bara melepas kemejanya barulah terlihat jelas roti sobek yang di milikinya.

  Shena meneguk salivanya susah payah. Ia takut jika Bara benar-benar melakukannya, namun ia juga tak ingin menyudahi pemandangan yang sangat bagus di hadapannya sekarang juga.

  "Siap?" Bara menyentuh bibir Shena lalu mulai menciumnya dan memperdalam ciumannya ketika Shena membuka mulutnya.

   Setelah Bara merasa Shena kehabisan napasnya, ia mendorong dirinya sendiri untuk menjauh dari bibir Shena yang manis.

  "Sukakk!" Ujar Shena girang sambil memeluk Bara yang sedang menetralkan detak jantungnya.

   Shena mengacak puncak rambut Bara yang tadinya sangat rapih. Dan Bara baru menemukn hal baru yang sangat ia sukai, rambut yang diacak-acak oleh istri mungilnya.

Ceklek!

Pintu di buka tanpa di ketuk, Bara maupun Shena nemoleh ke arah pintu dan menemukan Nina yang sedang membawa gaun berwarna peach.

"Eh, Mamih ganggu kalian ya." Ujar Nina dengan wajah yang kaget sekaligus senang.

Wajah Bara memerah, ia berpikir seperti sedang mencabuli anak SMA dengan dirinya yang setengah telanjang dan tercyduk oleh orang tuanya.

"Nggak kok, ada apa Mih?" Tanya Shena dengan senyum yang terukir di bibirnya.

"I-ini, ada gaun sayang. Mami waktu itu belikan untuk kamu." Ujarnya sambil memperlihatkan gaunnya kepada Shena.

"Bagus banget," Shena menyingkir dari hadapan Bara dan menghampiri Nina.

"Nih, Mamih kelur ya, lanjutin aja nanti jam empatan kamu sama Bara ke halaman belakang ya." Nina tersenyum sebelum menutup pintunya.

"Persis kayak orang cabul." Ujar Bara pelan lalu menjatuhkan dirinya di atas kasur.

"Katanya mau bikin anak, gimana?" Tanya Shena sambil cekikikan.

"Sekolah dulu yang bener." Balas Bara dingin.

"Cabulin aku dong Om." Goda Shena sambil menjatuhkan dirinya di atas punggung Bara.

"Nanti kalau kamu udah siap." Balas Bara lalu tertidur begitu saja.

"Lama-lama jatuh cinta nih gue sama si Om." Pikir Shena sambil menertawakan dirinya sendiri dan mengingat kejadian sebelum ia menikah dengan Bara.

***

Jangan lupa di vote ya biar ceritanya bisa lanjut hehe. Oh iya, ajak teman teman kalian untuk baca cerita ini juga ya!:) terimakasih - esperanza

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang