Part 25

6.7K 256 20
                                    


   Shena menanti kepergian Bara lima belas menit yang lalu di dalam toko Eco (toko donat) kesukaannya. Namun yang di tunggu tidak kunjung datang sampai ia menghabiskan beberapa donat almond miliknya.

  "Lama banget sih." Kesal Shena yang masih menggigit donat almondnya.

  "Shena, ya?" Tanya seorang wanita bertubuh tinggi bak model.

  "Siapa ya?" Shena balik bertanya kepada wanita itu.

  "Kamu ceweknya Bara?" Alih-alih menjawab wanita itu malah melempar sebuah pertanyaan lagi kepada Shena.

  "Iya." Sahut Shena agak risih dengan wanita yang tidak ia kenal dan tiba-tiba menanyakan tentang Bara.

  "Lagi nunggu Bara, ya?" Tanyanya lagi sembari mendudukkan diri di hadapan Shena.

   Shena menghembuskan napas panjang. Lidahnya sudah tidak berselera merasakan nikmatnya donat kesukaannya. Ia menutup box donat lalu berdiri dari duduknya. "Saya cabut dulu, permisi." Shena melenggang dari hadapan si wanita.

  "Pintu keluar barat."

//

   Bara sedaritadi sedang berusaha untuk keluar dari perbincangan yang sama sekali tidak ia minati. Ia merasa aneh seolah dua orang di hadapannya ini sengaja menahan dirinya untuk waktu yang lama.

  "Saya banyak urusan." Ujar Bara sengaja menghentikan salah seorang dari mereka untuk berbicara. "Kalau ada perkembangan silahkan hubungi Dimas." Bara melenggang begitu saja dari mereka berdua. Ia sedikit berlari untuk menghampiri Shena yang sudah pasti kesal karna menunggunya terlalu lama.

  "Mbak, cewek kecil yang tadi duduk di sini kemana, ya?" Tanya Bara yang mulai panik karena tidak menemukan Shena di tempatnya.

  "Oh, sudah keluar tadi Kak." Sahutnya di balik kasir.

  "Makasih." Ujar Bara lalu melenggang dari toko donat dan celingukan mencari Shena.

Bara mengusap wajahnya gusar. Ia men-dial nomor ponsel milik Shena. "Angkat dong." Bara mengetukkan sepatunya ke lantai berkali-kali karna tidak mendapat jawaban dari istri mungilnya.

  "Kemana sih?" Bara menaiki eskalator dan mencari Shena dari satu toko ke toko lain.

Setelah dipikirnya Shena sudah tidak berada di dalam mall, akhirnya ia pergi menuju parkiran. Berharap istri mungilnya sudah menunggu di sisi mobil dengan wajah galak khasnya. Bara berlari menuju mobil yang ia parkirkan di basement. Saat sampai di basement, Bara celingukan melihat sekitar. Detik kemudian ia frustasi karena tidak melihat Shena di sana.

"Ya ampun." Bara memegang kepala dengan kedua tangannya.

Beberapa detik kemudian, punggung Bara ditabrak oleh sesuatu.

"Aw." Keluh seseorang yang menabrak punggungnya.

Bara memutar badannya. Nampak seorang anak kecil dengan napas tidak teratur sambil memegangi jidatnya.

"Sak—"

Tanpa aba aba Bara langsung memeluk anak kecil yang tak lain adalah Shena. Ia mengecup puncak kepala Shela berkali-kali.

"Lepasin, aku mau pulang." Shena mencoba melepaskan dirinya dari Bara.

"Oke, pulang." Ujar Bara yang langsung melepaskan pelukannya.

Selama perjalanan, baik Bara maupun Shena diantaranya tidak ada yang ingin memulai percakapan lebih dulu. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing sampai mereka tiba di basement apartement.

"She." Panggil Bara yang membuat Shena menoleh.

Shena mengangkat kedua alisnya untuk menanggapi panggilan dari Bara.

"Turun." Ujarnya lalu turun dari mobil dan di ikuti oleh Shena.

Shena turun dari mobil dengan pikirannya yang kacau.

"Sini deketan." Ujar Bara ketika menyadari pandangan Shena yang aneh seakan ia sedang berpikir keras mengenai suatu hal.

Sadar bahwa Bara berbicara kepadanya, ia langsung berjalan mendekat kepada Bara. Saat Shena sudah berada di dekatnya, Bara mengacak puncak kepala Shena dan merangkulnya. "Jangan hilang lagi, ya, anak kecil." Ujarnya lalu mengecup puncak kepala Shena.

"Aku udah gede!" Kesal Shena pada akhirnya.

Bara bernapas lega saat melihat Shena yang begitu kesal kepadanya.

"Awas ya panggil aku anak kecil lagi." Lanjut Shena dengan raut wajah yang begitu menggemaskan bagi Bara.

//

Beberapa hari berlalu semenjak kejadian itu. Bara sama sekali tidak bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Ia berlaku demikian bukan karena tidak peduli, hanya saja ia menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya.

"Kamu tinggi, kamu sadar diri dong." Shena berkacak pinggang di hadapan Bara yang menghalanginya untuk mengambil camilan di dalam lemari.

"Saya tinggi?" Bara menatap Shena dengan tatapan datar.

Shena menghela napas. "Nggak. Aku yang kecil." Shena berusaha menyingkirkan Bara dari hadapannya.

"Kalau kesusahan minta tolong." Tanpa aba-aba Bara mengangkat tubuh Shena agar bisa mengambil camilannya.

"Ck." Decak Shena saat ia sudah diturunkan kembali.

"Sama-sama." Ujar Bara sembari mengekor di belakang Shena.

"Kamu ngapain sih." Shena berhenti berjalan.

Bara dengan sigap berhenti sebelum menabrak tubuh mungil sang istri.

"Jalan." Sahut Bara.

Shena memutar kedua bola matanya. Ia menghela napas sebelum berjalan kembali.

"She." Panggil Bara.

"Apa lagi?" Tanya Shena

"Kamu gapapa?" Bara melempar pertanyaannya kembali.

Shena tidak menjawab. Ia memilih duduk di sofa dan menikmati camilannya tanpa menghiraukan Bara.

"Saya nggak akan tau kalau kamu nggak ngomong." Bara berjongkok di hadapan Shena dengan raut wajah cemas.

Shena menaruh camilannya lalu memeluk Bara.

  "It's okay babe." Ujarnya untuk menenangkan Bara yang jatuhnya malah menenangkan dirinya sendiri.

  "Kita itu berdua. Kamu, dan saya." Ujar Bara.

   Shena melepas pelukannya. Ia menangkup wajah Bara yang dulunya pernah ia tolak mentah-mentah.

  "Aku nggak pernah tau gimana masalalu kamu." Shena berhenti sejenak dan mengunci manik matanya dengan manik mata Bara. "Bisa nggak kamu bicara tanpa ada paksaan dari aku?" Lanjutnya.

   Bara menutup matanya lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

  "Gak ada yang perlu di bicarain." Jawab Bara setelahnya. "Masalalu kamu, milik kamu. Dan masalalu saya, milik saya." Bara menyudahi pembicaraannya dengan Shena yang terpaku atas jawaban dari Bara.

  "Kamu bilang kita berdua?" Ujar Shena ketika Bara sudah melenggang pergi dari hadapannya.

  "Nggak semua hal bisa di bicarain." Bara keluar dari apartemen menyisakan Shena yang  semakin terpuruk.

•••

Jangan lupa di vote ya biar ceritanya bisa lanjut hehe. Oh iya, ajak teman teman kalian untuk baca cerita ini juga ya!:) terimakasih - esperanza

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang