Part 15

11.1K 360 4
                                    


Hari sudah semakin larut, tapi Shena belum juga menghubunginya. Bara sudah ingin menjempurnya sedaritadi, namun ia takut mengganggu kegiatan Shenna bersama teman-temannya.

"Jemput, jangan. Jemput, jangan?" Bara bertanya pada dirinya.

"Jemput." Gumam Bara saat wajah Shenna yang menggemaskan melintas di pikirannya.

Saat sampai di rumah Shena, ia dibukakan pintu oleh Sheryl.

"Eh Bara, baru aja gue mau minta Rico anter Shena balik." Ujar Sheryl.

"Shena mana?" Tanya Bara tanpa basa basi.

"Di ruang tamu, dia ketidur—"

"Assalamu'alaikum." Terobos Bara tanpa mendengarkan Sheryl lebih lanjut.

"Astaghfirullah, wa'alaikum salam, untung ganteng." Ujar Sheryl yang melihat kelakuan Bara.

"Gue balik. Salam buat Mama, Papa, sama Rico." Ujar Bara sambil menggendong Shenna yang masih tertidur.

Sheryl hanya mengangguk. Begitu beruntungnya Shena mendapatkan suami seperti Bara. Ia akui, bahkan pacarnya saja kalah jika soal perlakuan.

"Baraa." Ujar Shenna yang masih memejamkan matanya.

Bara yang sedang menyetir menoleh dan tersenyum ketika melihat Shenna yang masih terlelap.

"Bentar lagi sampai." Bara mengelus puncak kepala Shenna.

Sesampainya di apartemen, Bara mulai bingung. Apakah ia harus menggantikan pakaian Shenna atau tidak. Jika ia, Shenna pasti akan marah besar padanya dan jika tidak, ia tidak bisa membiarkan Shenna tertidur dengan seragam yang kotor.

"Ce,maaf." Ia mengakhiri kebingungannya dengan pilihan pertama, menggantikan baju Shenna.

//

Shena POV

Aku meregangkan tubuhku, sudah lama sekali rasanya aku tidak tertawa lepas dan menghabiskan waktu dengan para sahabatku.

"Ih mager sekolah." Gumamku seraya bangkit dari kasur. Aku berdiri di depan kaca dan terkejut ketika pakaian sekolahku sudah berganti dengan pakaian tidur.

"Anjir diganti siapa?" Ujarku sambil memeluk tubuhku sendiri. "Oh Kak Sheryl kali ya." Aku bernapas lega lalu menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, aku keluar dan menemukan Bara yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi Om." Ujarku sambil tersenyum. Entah kenapa perasaanku hri ini lebih senang dari biasanya.

Bara menoleh dengan pipinya yang merona. Ada apa dengn dia di pagi-pagi begini?

"Sarapan kamu sudah siap." Ujarnya lalu menghindar dariku.

Aku menautkan kedua alisku. Ada apa dengan Bara sebenarnya? Aku bergegas untuk menghalangi Bara dengan merentangkan kedua tanganku.

"Lo marah sama gue?" Tanyaku bingung.

"Nggak." Jawabnya singkat.

"Ko ngehindar sih? Emang nggak mau dapat pelukan selamat pagi?" Tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku.

Bara meneguk salivanya, aku tahu bahwa Bara sedang menghindariku hari ini.

"Lo udah mengikat gue jadi istri lo, dan pegang ucapan gue, apapun yang udah jadi milik gue nggak akan gue biarin lepas dan jadi milik orang. Pernikahan ini sakral buat gue, sehidup semati, lo harus tau dan inget, lo punya gue sekarang." Ujarku lalu mengakhiri dengan kecupan di lehernya karena dia terlalu tinggi untuk ku kecup pipinya.

"Jangan salahin saya, kamu yang mulai duluan." Ujar Bara lalu mengangkatku dan mendudukkan ku di meja bar.

"Baraa lo mau ngapain!" Pekikku kaget karna Bara yang tiba-tiba menciumiku dengan brutal.

"Satu lagi." Ujarnya lalu mengecup bibirku.

"Dasar mesum!" Kesalku.

Bara hanya tersenyum.

Aku menatap leher Bara lagi, ini baru kali pertama aku mencium leher seseorang. Rasanya hangat!

"Yang ini favorit aku." Ujarku sambil menunjuk leber Bara.

Bara memalingkan wajahnya. Aku menyentuh rahangnya dan mengembalikannya menghadap wajahku.

"Gue nggak nyangka bakal ngerasain perasaan segila ini." Ujarku sambil tertawa.

Bara menundukkan wajahnya lalu memelukku.

"Jangan pernah pergi, apapun masalahnya kita bicarain." Ujar Bara.

Aku mengangguk dan berbalas memeluk Bara.

"Udah ah mager, aku nggak mau sekolah." Ujarku yang membuat Bara menggendongku menuju kamar.

"Seenteng apa sih aku sampai kamu gampang banget ngegendongnya?"

"Kayak bawa karung nggak ada isinya." Ujar Bara yang membuatku memukul bahunya.

***

Jangan lupa di vote ya biar ceritanya bisa lanjut hehe. Oh iya, ajak teman teman kalian untuk baca cerita ini juga ya!:) terimakasih - esperanza

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang