Part 20

10.5K 333 11
                                    

Sorry gengs, aku baru senggang jadi baru bisa update hehe. Selamat membaca, enjoy ya!

Author POV

Hari ini adalah hari terakhir Bara di apartemen sebelum bertugas ke luar kota untuk beberapa hari kedepan.

  "Masih mau diem aja?" Tanya Bara pada akhirnya karena setelah ia mencurahkan segala perhatiannya terhadap Shena namun ia sama sekali tidak mendapat pengindahan dari Shena. Bahkan lebih parahnya ia sama sekali tidak berbicara kepada Bara.

   Tidak ada jawaban dari Shena.

  "Iya, diem aja nggak apa." Bara mengakhirinya dengan mengambil koper dan mengeluarkan beberapa bajunya dari lemari.

   Shena hanya diam di atas kasur sembari memperhatikan gerak-gerik Bara.

  "Bara~" panggil Shena setengah merengek setelah sekian lama ia puasa ngomong.

   Bara menoleh kepada Shena yang sudah berkaca-kaca.

  "Ya?"

  "Ikut yaa." Shena menghampiri Bara dan berhambur memeluk Bara.

   Bara tersenyum sembari mengelus puncak kepala Shena.

  "Kamu kan masih sekolah." Ujar Bara.

  "Huaaaa." Tangis Shena pecah seketika.

   Bara bergerak untuk menggendong Shena. Shena yang digendong pun langsung mengalungkan tangannya di leher Bara dan menguselkan hidungnya yang penuh ingus di dada bidang Bara.

  "Jangan pergi." Rengek Shena yang membuat Bara tertawa. Bisa ya anak tengil seperti Shena terisak dan merengek seperti ini.

  "Kenapa ketawa!" Ketus Shena saat ia merasa ditertawakan oleh Bara.

  "Kamu lucu."

   Oh tuhan. Bara. Kamu salah bicara.

  "Aaaaaaa." Tangis Shena bukannya mereda malah semakin kencang.

  "Duduk dulu ya, saya mau beresin baju." Bara mendudukkan Shena di pinggir kopernya yang sudah terbuka.

  "Nggak. Nggak boleh beres-beres." Shena menutup kopernya dan mendudukinya.

   Nampaknya Bara harus memaklumi si mungil kali ini.

   Tingnong!

   Bel apartemen berbunyi, Bara buru-buru keluar dari kamar untuk membukakan pintu.

  "Assalamu'alaikum, dimana mantu Mami yang cantik itu?" Nina masuk ke dalam apartmen tanpa menyapa Bara yang baru saja membukakan pintu untuknya.

  "Yang sabar ya, nak." Ujar Reza seraya menepuk bahu Bara.

  "Bara mah anak Papih." Bara menyalimi Reza.

  "Mamiiiiiih" Shena berlari keluar ketika mendengar suara Nina.

  "Eh sayangnya Mamih kenapa kok nangis?" Tanya Nina khawatir.

   Shena menyalimi Nina lalu melirik Bara sebentar. "Aku tuh kelilipan Mih, soalnya baju Bara berdebu semua jadi pas di keluarin dari lemari debunya ikutan keluar gitu." Sahut Shena yang sudah pasti berbohong.

  "Emang iya?" Tanya Bara yang membuat Shena melotot kepadanya.

  "Bara, kamu jangan godain Shena mulu dong." Tegur Nina yang membuat Bara mengalah. Yaudah memang cowok selalu salah.

  "Eh Papih." Sapa Shena saat melihat Reza yang sedang berdiri di belakang Bara.

  "Apa kabar, Shena?" Reza tersenyum kepada Shena.

  "Baik, Papih gimana?" Shena menyalami Reza sambil tersenyum.

  "Baik. Oh iya Bara udah siap-siap kan?"

  "Tinggal baju." Ujar Bara seraya berjalan menuju kamarnya.

  "Mamih sama Papih mau minum apa?"

  "Apa aja." Ujar mereka bersamaan.

  "Oke aku mau bikin milkshake oreo dulu ya." Shena bergegas menuju dapur dan menyiapkan bahan-bahannya.

  "Bara, tadi Mamih udah tanya sama Bundanya Shena." Nina duduk di bibir kasur sembari mengamati Bara yang sedang mengepak bajunya di koper.

  "Hmm?"

  "Katanya besok juga Shena akan kembali seperti biasa, dia cuma butuh pembiasaan aja karena biasanya kamu selalu ada di sampingnya dan malah tiba-tiba kamu pergi." Jelas Nina yang membuat Bara mengangguk.

  "Oh iya, Mamih bawakan hoodie hitam kesayangan kamu tuh di mobil."

   Bara menoleh dengan senang.

  "Yaa siapa tau kamu butuh kan." Sahut Nina seperti memperagai cara berbicara Shena.

  "Makasih." Bara tersenyum lalu menghampiri Nina dan memeluknya.

  "Lebay ah kamu hoodie doang." Balas Nina sambil tertawa.

  "Bukan."

   Dahi Nina berkerut. "Terus apa dong?" Tanyanya bingung.

  "Terimakasih telah mempertemukan Bara dengan Shena."

   Nina tersenyum haru. Baru kali ini ia merasa sangat bahagia dan merasa bahwa anak semata wayangnya sudah benar-benar dewasa.

  "Udah ah terharu mamih dengernya, meni sosweet pisan." Nina tertawa sembari mengusap air matanya.

  "Mamih, milkshakenya sudah jadii." Ujar Shena dari ambang pintu.

  "Mamih datang~" Nina berdiri dari duduknya lalu menghampiri Shena.

  "Bhay!" Ujar Shena kepada Bara sebelum ia dan Mamih pergi menuju dapur.

  "Argh lucunya." Gerutu Bara saat Shena sudah keluar.

***

Jangan lupa di vote ya biar ceritanya bisa lanjut hehe. Oh iya ajak teman teman kalian untuk baca cerita ini juga ya!:) teimakasih - esperanza

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang