Part 10

13.6K 371 3
                                    

Author POV

   Mobil audi Bara berhenti sedikit jauh dari gerbang sekolah Shenna karena permintaan dari Shenna.

  "Jadi, kan?" Tanya Bara yang membuat Shenna mengerutkan dahinya.

  "Jadi apa?" Balas Shenna sebelum ia keluar dari mobil Bara.

  "Liburan." Bara menatap Shena yang masih berpikir. "Itu, yang semalam." Lanjut Bara yang membuat Shenna semakin bingung.

  "Yauda iya terserah, aku mau sekolah dulu." Ujarnya sambil menyalimi tangan Bara yang begitu hangat. "Nanti makan siang di rumah ya." Ujarnya sebelum benar-benar keluar dari mobil.

   Bara hanya menyunggingkan senyum tanpa Shenna sadari.

  "She, lo harus tau!" Risa tiba-tiba datang sabil menyodorkan ponselnya.

   Shenna menghentikan langkahnya lalu melihat apa yang Risa beritahu.

  "Nggak bisa!" Teriak Shenna lalu berlari meninggalkan Risa.

   Sudah cukup! Hari ini Shenna benar benar berantakan. Sudah tak terhitung berapa kali ia menghembuskan nafas tak nyaman saat berada di mobil.

  "Mau makan di luar aja?" Tanya Bara yang mencoba berbicara kepada Shenna.

  "Rumah, kamu denger kan tadi pagi aku bilang apa!" Jawab Shenna ketus yang membuat Bara terdiam sepanjang perjalanan.

   Sesampainya di apartemen, Shenna tidak berhenti berbicara kepada dirinya sendiri.

   "Lo tuh bisa nggak sih, sehari aja nggak ngedumel?!" Gerutu Shenna yang sedang memotong wortel.

  "Ah tau ah nggak mood." Shenna lagi-lagi menggebrakkan pisau kepada nampan.

   Bara sedaritadi hanya diam mendengar dumelan istri kecilnya yang sedang kesal entah karena apa.

Dug!

   Shenna tersandung tas miliknya yang tergeletak di depan dapur.

  "Siapa sih yang naruh tas disini!" Gerutu Shenna lalu mengambil tasnya.

   Bara hendak tertawa melihat kejadian itu namun ia urungkan ketika Shenna menatapnya.

  "Bara! Kesel!" Shenna mencak mencak di tempatnya.

   Bara berdiri dari duduknya lalu menghampiri Shenna.

  "Kamu kenapa?" Tanya Bara lembut sambil memegang dagu Shenna dan menaikkannya sedikit agar benar-benar menatap wajahnya.

  "Tadi Nate bikin ulah di sekolah, masa dia mau—"

   Cup.

   Satu kecupan berhasil mendarat di kening Shenna. Satu kecupan, hanya satu,  namun membuat si kecil itu bungkam seribu bahasa.

  "Jadi dia yang bikin kamu daritadi ngedumel terus?" Tanya Bara namun tidak mendapat pengindahan dari Shenna.

  "Ingat nggak semalam kita habis ngapain?"

   Bara membuat Shenna mengerjab beberapa kali sebelum ia menjatuhkan tas dan menyilangkan tangan di pundaknya lalu mundur beberapa langkah.

  "S-semalem?" Shenna mencoba ngengingat apa yang semalam sudah ia perbuat. Gagal! Sungguh ia tidak mengingat sedikitpun kejadian tadi malam.

  "Nggak ingat?" Bara melangkah perlahan mendekati Shenna.

  "Ngga, Aku nggak ingat! Emang habis apa kita?" Shenna masih melangkah ke belakang sampai ia tak sadar bahwa ia sudah sangat dekat dengan tembok.

  "Awas nabrak." Dengan gerakan cepat Bara menarik lengan Shenna hingga Shenna refleks memeluk Bara.

   Detak jantung Shenna benar-benar tidak normal saat ia begitu dekat dengan Bara.

  "Semalam kamu minta saya libur kerja, nggak ingat?" Bara menjauhkan Shenna yang sedang memeluknya.

   Shenna menarik napas panjang lalu meneriaki Bara yang sukses membuatnya berpikir negatif.

  "Hayo anak kecil, mikir apa kamu?" Goda Bara yang membuat pipi Shenna memerah.

  "Tidur di luar kamu nanti malam!" Shenna mengambil tasnya dan berlalu begitu saja meninggalkan Bara yang sedang tersenyum senang.

  "Ini makannya nggak jadi? Saya pesan makan diluar ya." Ujar Bara yang langsung melakukannya tanpa persetujuan dari Shenna.

//

   Sekembalinya dari apartemen, Bara terus terseyum hingga membuat Dimas bingung akan sahabatnya.

  "Sumringah bener, habis dapat dorprize lo?" Tanya Dimas sambil duduk di sofa yang ada di ruangan Bara.

  "Bentar." Bara membuka beberapa berkas untuk ia tandatangani. Setelah selesai, barulah ia menghampiri Dimas.

  "Yang tabah ya." Bara menepuk bahu Dimas.

   Dimas berpikir sejenak, biasanya jika Bara sudah berbicara seperti tadi sambil menepuk bahunya, pasti ada suatu hal yang akan membuat hari Dimas lebih berat dari biasanya.

  "Nggak Bar, gue nggak bisa tabah!" Ujar Dimas dramatis yang membuat Bara tertawa.

  "Gue mau liburan sama si istri, lo jaga kantor bae bae ya."

   Bara berpikir Dimas akan mengeluh seperti biasanya, namun yang terjadi malah sebaliknya. Dimas tampak antusias saat mendengar Bara akan berlibur bersama istrinya.

  "Nahh gitu dong!" Ujar Dimas bersemangat. "Liburan dah lo yang lama, gue udah muak liat wajah suram lo kemarin-kemarin." Lanjut Dimas.

  "Sialan lo." Umpat Bara yang membuat Dimas tertawa.

  "Gidah balik lo keburu jam sepuluh." Ujar Dimas sambil melirik jam tangannya.

   Bara berdiiri dari duduknya. "Yaudah, gue cabut ya."

  "Oleh-oleh jangan lupa!"

***

Jangan lupa di vote ya biar ceritanya bisa lanjut hehe. Oh iya, ajak teman teman kalian untuk baca cerita ini juga ya!:) terimakasih - esperanza

Nikah muda! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang