-
-
-Sore itu-selepas pulang dari sekolah-Haru berjalan lesu kembali ke rumahnya. Entah ada apa dengan hari ini. Semuanya begitu menjengkelkan. Tidak ada yang spesial seperti harapannya. Padahal ia pikir hari ini akan ada banyak kejutan untuknya mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Namun, nyatanya tidak. Memang semua berawal dari ketelodarannya sendiri. Dari pagi sampai waktunya pulang ke rumah. Dirinya benar-benar sial.
Dari telat berangkat sekolah kemudian berakhir dengan dihukum, berlari berkeliling lapangan, pingsan di tengah jam pelajaran kedua, tas punggungnya yang sobek akibat tersangkut paku di bangku tempatnya duduk, uang jajan yang tertinggal dan lebih parahnya lagi sepeda yang sering ia gunakan untuk sekolah rantainya putus.
Sial! Benar-benar pemuda yang malang. Rasanya ia ingin marah. Namun, pada siapa? Jelas-jelas semua yang ia alami hari ini memang kesalahannya sendiri. Pada akhirnya, yang bisa ia lakukan hanyalah, menghela napas panjang setelah sampai di rumah dan merebahkan tubuh lelahnya di sofa ruang tengah.
Ia memejam barang sebentar, menikmati semilir angin dari AC rumah yang baru saja ia nyalakan. Ah, tidak ada yang lebih menyenangkan dari ini setelah hampir 20 menit ia mendorong sepeda buntutnya.
"Sepeda sial! Pokoknya nanti minta yang baru sama, Mama," monolognya.
Satu suara menarik atensinya. Ketukan yang selalu ia dengar diiringi derap langkah sukses membuat lelahnya menguap. Semangatnya kembali terisi penuh. Senyumnya mengembang dan mode manjanya seketika langsung on.
Haru bangkit dari duduknya. Melangkah girang, mendekati sang kakak yang sedang di dapur; mengisi air dari dispenser ke gelas lalu meminumnya sampai tandas.
"Kak Rada ngapain?" Tanyanya basa-basi.
Tak berniat menjawab, pemuda lebih tua darinya itu menghiraukan sosoknya. Terus melangkah melewatinya lagi. Seolah-olah memang tidak ada orang sana. Akan tetapi, bukan Haru jika pasrah dan diam saja. Dengan semangat ia kembali menghampiri sang kakak yang berjalan, hendak kembali ke kamarnya.
"Kak, Kakak nggak lupa 'kan hari ini hari apa?"
Dan sang kakak masih menghiraukannya. Namun, Haru tetap menggelayut, mengekori Rada.
"Kak, Kakak nggak lupa 'kan kalau besok Kakak ulang tahun? Jadi Kakak juga nggak lupa 'kan hari ini hari apa?"
Ulang tahunnya dengan sang kakak memang hanya berjarak satu hari. Bukan, sepertinya hanya beberapa jam. Mereka kembar? Tidak. Jarak usia mereka 2 tahun. Rada yang tertua. Hanya saja tanggal lahir mereka berdekatan dan tentunya di bulan yang sama. 27 dan 28 Februari.
Rada melenggang santai, meniti setiap tangga menuju kamarnya. Tak mengindahkan tiap celotehan atau rengekan sang adik yang menurutnya benar-benar manja. Karna Rada tidak menyukai sifat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Description (Tamat)
Teen FictionGelap menjadi kawannya sejak kecil. Semua orang mengucilkannya seperti seekor kucing yang sudah tak lagi diharapkan. Namun, dimataku dia istimewa. Dalam sejarah hidup, dia satu-satunya manusia yang paling membenci hari besarnya, yakni hari ulang ta...