part 15

16 3 0
                                    

Uks sekolah yang biasanya selalu tentram dan sepi kini dipenuhi oleh kaum Hawa dan Adam yang tengah menunggu seorang gadis yang tak sadarkan diri.

"Bagaimana keadaan calie?"
"Ya gitu,bu. Ibu punya mata kan? "
"El! Kamu sudah berani kurang aja lagi ya sama ibu! Bahkan kamu belum ibu hukum!" Bularas berkacak pingang dengan pongah menatap el dengan tatapan tajam nya.

El yang mendengar itu menegang kan tubuhnya yang langsung menggenggam lengan bu laras dengan cengiran khasnya"Ehh... ibuku yang cantik jelita nan bahenol seantero sekolah ini.. Jangan dong, ya..ya.ya.. Maafin el deh" el menatap dengan puppy eyesnya, sedikit menjijikan memang tapi membuat ke gantengan nya bertambah.

"Maksud kau a--" murka bularas terhenti kala suara rintihan terdengar dari wanita yang mulai membuka matanya.

Nathan mendekat pada brangkas milik calie seraya menggenggam pucuk kepala wanita yang tengah terkapar ini
"Calie, ini gue nathan"

Wanita yang dipanggil namanya itu sedikit membuka matanya dan menatap jelas wajah Nathan yang tersenyum manis, lalu pandangannya diedarkan pada sekeliling terlihat sahabat dan teman-temannya plus bularas yang tengah menatap dengan tatapan kecemasan, ada kekecewaan pada hatinya tatkala pria yang dicarinya tak ada.

"Lifi--- mana?"
"Ck, lifi lagi... lo kenapa si, cal! Jelas-jelas gue yang ada didepan lo!" Nathan menaikan suara nya 1 oktaf lebih tinggi membuat calie sedikit terkejut mendengar bentakan yang di lontarkan laki-laki didepannya ini.

Semuanya menatap nathan tak percaya, laki-laki yang di kenal lembut dengan wanita dan tak pernah terlihat membentak pada wanita mana pun, kini tengah melakukannya.

Brian terlihat melangkah maju lalu memegang pundak nathan, terlihat guratan tak suka yang terlontar dari wajah Brian. Nathan menghempaskan pundaknya lalu kembali menatap calie bersalah.

"Maaf" hanya satu kata yang terlontak dari bibir ranum Nathan. Calie menaikan satu alisnya dengan senyuman yang cantik ia menepuk-nepuk pundak Nathan
"Gitu aja minta maaf,"

"Calie, sudah mendingan?"
"Eh, udah bu! Saya gak sakit kok bu. Hehe"
"Gak sakit gimana, wajahmu pucat. Dan kenapa kamu tidak libur saja mengingat kepala mu yang baru saja melakukan jahitan?"
"Loh, ibu tau dari mana?" Bularas tak menjawab ia lebih memilih menunjuk pada dua Adam dan Hawa yang berada di sampingnya.

"El....Ra... gue kan udah bilang gak usah cerita-cerita"
"Si rara nih!" Rara mantap el seraya melototkan matanya "lo juga!"
"Lo yang julid duluan"
"Eh, Hidup tanpa julid itu kurang, norak!"

"Sudah, kalian ini!" Bularas melerai pertengkaran el dan rara yang unfaedah
"Ya, sudah saya kekelas lagi. Kalau kamu ingin pulang, Calie. Pulanglah"

Drttt Drttt Drttt Drttt

Getaran salah satu hape mengusik keheningan yang melanda selepas bu laras pergi.

"Li, ini hape lo bunyi" Rara memberikan hp milik calie lalu terlihat senyuman yang misterius, yang dibalas dengan alis yang terangkat "siapa"
"Cog--"
"Aaaa" Calie berteriak ketika ia baru sadar apa yang akan di ucapkan rara, sahabtnya ini memang julid.

Calie menatap tulisan 'cogan' yang tertera pada layar handphonenya dengan sedikit ragu calie menekan tombol hijau lalu menempelakannya pada  telinganya

"Ha--halo?"
"Calie?"
"Iya"
"Sukurlah, akhirnya kau menjawab Telpon ku juga"
"Ada apa?"
"Mulai hari ini kamu sudah aku daftarnya menjadi penghuni rumah sakit cempaka, jadi selepas pulang sekolah kau harus datang, ya!"
"Apa!"
"Tak ada penolakan! Nanti saya jemput! "
"Eh--"

Senja Yang Membawamu Pergi  ( Slow Updet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang