Jungkook meninggalkan laptopnya yang menyala saat mendengar suara bel dari pintu apartemen.
Hah, Min Yoongi.
"Ada apa, Min Yoongi?"
Yoongi mendecak kuat. Menerobos masuk sampai tak sengaja menabrak sebelah pundak Jungkook.
"Ada apa?! Kau! Ayahmu meninggal dan kulakukan pemakaman tapi kau tidak ada disana, Jungkook! Satu hari kau lari ke Busan dan tiba-tiba kau sudah ada di sini?!"
Oke, Jungkook tidak tahu mengapa Yoongi jadi seperti ayah yang kehilangan anaknya. Maksudnya, Jungkook mungkin bisa menebak mengapa Min Yoongi begini tapi ia tidak menyangka reaksi nya akan serusuh ini.
"Sebelum kau mengatakan maksudmu kesini, jawab dulu pertanyaanku, jeruk atau soda?"
"Itu penting?!" suara Yoongi meninggi dan Jungkook ingin tertawa.
"Wah, oke, tenangkan dirimu." Jungkook melangkah ke dapur setelah melihat Yoongi mengatur napasnya. "Apa yang membuatmu datang kesini?"
"Apa? Ini apartemenku."
Jungkook terbahak. "Tentu saja ini apartemenmu. Tapi serius, Min Yoongi, jam dua subuh? Rumahmu di sita pemerintah atau bagaimana?"
Sebenarnya Jungkook sendiri kaget dengan cara bicaranya yang terdengar akrab. Tapi persetan dengan itu. Ia hanya akan mengulur waktu untuk tak menjawab satu pertanyaan.
"Serius, Jungkook, pengunduran diri dari trainee? Saat subuh begini? Sampai kau membangunkan para petinggi perusahaan karena dering panggilan sekretaris Hong yang sedang lembur membuka notifikasi dari emailmu?! Hidupmu sedang sengsara atau bagaimana?!"
Pun Jungkook tidak tahu pertanyaan itu ternyata menyakitkan.
Kemudian di dengarnya langkah kaki, di lihatnya wajah sendu Yoongi, di dengarnya suara lirih. "Ada apa, Jeon? Apa yang terjadi?"
Lalu Jungkook mendapati dirinya menangis dan ada Yoongi yang memeluknya.
"Tenanglah, hei, hei!"
Tepukan di punggung Yoongi berikan tapi tangis Jungkook tidak berhenti.
"Ada apa, hm?" Persetan kesan keren dan maskulin. Yoongi merasa sesak melihat ini dan ini rasanya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa Jungkook mulai memiliki tempat di hidupnya.
Namun Yoongi tidak tahu apakah ia bisa menjaga tempat itu.
"Aku tersesat, hilang arah. Rasanya sulit melihat yang mana jalan yang benar saat kau tahu kau melukai banyak sekali orang di jalan yang telah kau lalui. Min Yoongi, kenapa sulit sekali untuk memeluk mimpi ku? Apa karena itu mimpi? Karena mimpi tercipta saat kau tahu apa yang kau inginkan tidak bisa terjadi dan mimpi akan tetap menjadi mimpi?"
chapter ini banyak sekali perubahan. harusnya jungkook jimin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OH YES baru inget aku ehehe. chapter Sesat di Jalan didedikasikan untuk nind27 yang kurasa lagi dalam masa pemulihan setelah mental breakdown karena nilai ulangannya. uhuy, mantul nin?