Panggilan

1.2K 196 10
                                        

Sungai Han, rambut berantakan, mata merah, bibir biru keunguan dan badan bergemetaran.

Yoongi tidak menyetir bak remaja gila mobil dan bahkan menerobos lampu merah hanya untuk melihat itu.

Tapi, oke, Yoongi pula tidak mau ambil tindakan langsung.

Dia menghampiri Jungkook yang duduk di salah satu kursi. Pun Jungkook tak sadar bahwa Yoongi sudah duduk di sampingnya.

"Kau sedang payah atau ada maksud lain?"

Jungkook menoleh. Entah, Yoongi merasa tatapan itu sendu sekali.

"Ternyata memang sedang payah, ya."

"Hm, kurasa."

Kali ini ada Min Yoongi yang menoleh pada Jungkook. "Anak ini memang susah di tebak."

"Ada apa?" lembut namun memaksa. Yoongi tak ingin bertele-tele dan Jungkook pun di rasanya begitu.

"Kemarin Ayahku melakukan panggilan, dia meminta uang. Aku sama sekali tidak punya. Dia tidak percaya dan aku berusaha menjelaskan. Pada akhirnya dia marah dan mengatakan segala macam sumpah serapah. Aku emosi, mengatakan satu kalimat lalu mematikan panggilan."

Mendengar itu, Yoongi merasakan deja vu. Cara Jungkook menjelaskan benar-benar seperti Hoseok.

Namun Yoongi berusaha untuk tidak kehilangan fokus.

"Hm. Lalu?"

Mata mereka bertemu. Jungkook tak menjawab dan Yoongi mulai resah.

"Apa yang terjadi setelahnya?" sabar Yoongi.

"Setelah keluar dari ruang kesehatan, ada wanita yang meneleponku."

"Dan?"

Jungkook tersenyum simpul. "Katanya Ayah meninggal, Kak. Beberapa menit setelah aku mematikan panggilan. Konyol sekali."



Pip!

"Ada apa?"

"Uangnya habis. Kirim lagi!"

"Yang benar saja! Yang kukirim itu untuk dua bulan, Yah."

"Terserah! Malam ini harus sudah terkirim!"

"Maaf, Yah. Tapi aku tidak ada uang."

"Kau bisa meminjam uang pada perusahaan, 'kan?"

"Tentu tidak bisa. Jabatanku di perusahaan tidak lebih rendah dari petugas kebersihan perusahaan itu sendiri. Mereka terjamin, aku tidak."

"Jadi bagaimana aku makan?"

"Aku tidak tahu. Berhentilah berjudi, Ayah, maka makananmu akan selalu ada. Bagaimana kabar Ji Eun? apa dia baik-baik saja?"

"Persetan dengan Ji Eun. Mana uangku?!"

"Sudah kubilang uangku tidak ada! Tak tahu bulan depan ada yang bisa ku kirim padamu atau tidak."

"Benarkah? Lantas bagaimana sekarang kau masih bisa hidup di Seoul, hah?!"

"Hah, yang jelas bukan hidup yang ada karenamu."

"Berani sekali kau, anak kurang ajar! Kau ada bukan untuk menjadi kurang ajar padaku, bodoh! Dasar anak tak tahu di untung! Apa susahmu mengirim uang padaku, bangsat?! Aku membesarkanmu dan kau membalasku seperti ini?! Brengsek, mati kau Kim Jungkook!"

"Jeon Jungkook, bangsat! Buang jauh-jauh marga busukmu itu!"

Pip!

Day to DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang