12# DILABRAK

265 53 19
                                    

Disclaimer : Haikyuu!! Not mine, but Kageyama tobio is mine/ woi bukan/

.

Warning: Sorry for my writing that doesn't match your expectations.

.

Your Side Face

Nopembermu © 2019

.

DUA BELAS
_______


Sesuatu yang keras menabrakmu.

“Bisa jalan nggak?!”

Segerombolan anak kelas tiga menghadang jalanmu. Tentu saja kamu tidak menabrak mereka, kamu malah yang ditabrak oleh mereka. “Gini ini, junior sekarang memang pada nggak hormat sama senpai-nya!” anak lainnya menimbali.

Jam pulang sekolah, lorong kesepian, koridor lenggang, entah kenapa tempat ini membuatmu merasakan kesedihan padahal tidak ada apa-apa di sini—tapi cukup banyak siswa yang masih berkutat dengan kegiatan mereka di sana.

Kamu kesepian, kageyama sudah pulang duluan. Kamu mempersilakannya, padahal kalau libur klub begini kan bisa digunakan untuk sekedar main bareng. Mereka belum pernah kencan lho selama jadian!

“MALAH BENGONG!” bentak salah seorang kakak kelas tadi, aduh kenapa kamu malah melamunkan Kageyama sih di situasi seperti sekarang?

Kamu mebungkuk, “Sumimasen. Aku tidak sengaja.” Setelahnya kamu berusaha membuat senyum lima jari yang malah jadi canggung, “Aku permisi dulu, ya senpai, mau ke ruang musik.”

Belum genap dua tapak kamu ingin pergi dari hadapan para senpai girly itu, hadangan seorang dari mereka menghentikan langkahmu, “Kata siapa kau boleh pergi?”

Oh, oke. Kamu sepertinya tidak akan pernah menyukai situasi semacam ini.

“Kamu itu anak kelas satu yang sok-sokan mau bangun klub musik, itu ya?” seorang perempuan paling cantik yang dari tadi diam saja itu akhirnya buka suara, sekali lihat saja kamu sudah tahu bahwa tipe-tipe seperti mbaknya ini itu adalah ketua perkumpulan; kepala geng; ratu; si bossy; pentolan—apapun lah sebutannya. Whatever. Pokoknya begitu.

“Itu bukan sok-sokan.” Kamu menyanggah dengan gagah berani, seakan tidak sadar mala petaka apa yang akan terjadi setelahnya (atau memang kamu tidak mau menyadarinya?), “Itu hal yang dilakukan karena memang aku suka.” Kamu tersenyum setelahnya, “Lagipula salah satu yang dilakukan anak osis adalah membuat kenyamanan anggotanya, kan?”

“Dan kamu menyebut dirimu sendiri pahlawan, begitu?” Kalimat sarkastis dikeluarkan dari mulut seorang kakak kelas yang rambutnya di gulung tinggi keatas, sambil mengatakannya ia melipat tangannya sombong.

Yang satunya menimpali, “Menjijikan sekali.”

Tu-tunggu. Kamu dibilang menjijikan? Ewh.

Lorong yang tadinya sepi itu mulai mebuat gerombolan manusia yang lebih banyak, tentu sebuah pertarungan seru melihat geng Watanabe Yuna—nama mbak si kepala geng itu—sedang mempelonco anak kelas satu. Ya, anak kelas satu sepertimu.

“Kalau begitu orang menjijikan ini pamit undur diri.” Kamu mecoba permisi sekali lagi, melewati tiga orang yang terus saja mencari gara-gara meski tidak jelas apa yang coba mereka ambil ataupun minta darimu. Kakak kelas populer memang aneh.

Si perempuan yang menggulung rambutnya keatas itu, mendorong bahumu kebelakang dengan keras. Tidak terima kamu pergi begitu saja meskipun sedang di sidang, “Eh, anak kelas satu punya sopan santun dikit dong!”

“Sejujurnya saya nggak ngerti apa yang senpai-senpai inginkan dari saya. Saya cuma ingin lewat. Itu saja." Oke, shimazaki Nina, oke. Kamu telah menabuh genderang perang. Tiga lawan satu. Dan jangan lupakan kalau mereka populer, dan juga sudah kelas tiga. Oh, Nina, kamu mati saja deh mendingan sekarang. Nggak bakal menang juga lawan yang beginian.

“Wa-wwawwww. Bagaimana nih, Yuna-chan, anak kelas satu ini kurang ajar banget.”

“kerjain saja.”

Seorang teman memberikan Watanabe Yuna sebuah soda, kamu memperhatikan, bingung merespon apa karena tidak juga di perbolehkan lewat, dan kerumunan makin besar, mereka hanya sekedar menonton tanpa berniat membantumu. Rasanya penyitasan itu seperti ini toh, baru tahu Nina.

Watanabe Yuna maju beberapa langkah mendekatimu.

PYUR.

“HAHAHAHA~”

Soda tadi di tumpahkan begitu saya kearah Nina, dan sialannya para kakak kelas brengsek ini malah tertawa-tawa. Shit.

“Makanya jadi anak itu jangan sok!” cerocos yang rambutnya digulung tinggi itu, aduh siapa sih namanya. Pokoknya yang itu, iya, yang sok cantik itu.

Watanabe Yuna tersenyum miring, kalau seperti ini terlihat sekali nenek sihirnya, “Dik, kuberitahu ya sebagai senior. Kayaknya kamu itu dari dulu itu suka sekali ya buat orang kesal?” sok menasihati pula. HILIH.

Sepertinya kamu sudah nggak asing dengan watanabe watanabe ini, tapi dimana ya—dan dia ini siap sih astaga ngeselin banget deh.

“Makanya aku berbaik hati mengajarimu sopan santun.” Katanya lalu tertawa, mirip mak lampir. Ya, tapi dia ini cantik sekali sih, mau diapakan lagi.

Ah, iya!

Kamu baru ingat, Watanabe Yuna! Dia alumni SMP-mu juga! Dan kalau tidak salah, dia bukannya pacarnya Oikawa-senpai waktu itu? Eh, pasti sudah mantanan sih. Tapi kenapa juga sih harus seperti ini segala? Kamu paling tidak suka dibeginikan.

Kamu melihat kesekeliling, lalu menemukan sorang senpai yang sedang menonton membawa botol air mineral, dengan senyum sopan kamu langsung mengambil botol itu dari tangannya. Hanya dengan sekali gerakan cepat kamu membuka botol itu. Menyiramnya langsung ke wajah mereka.

Pyuuur.

“WAAAAAAA!” semua orang yang menonton langsung kaget dan tertawa, tidak percaya kamu akan melakukan hal segila barusan. Shimazaki Nina memang nyawanya ada sembilan, tidak takut mati!

Eh, jadi impas, kan?

“Kalau begitu aku juga mengajari kakak apa itu sopan santun ya.” Kamu tetap tersebyum ramah, membuatnya semakin ingin mencakar wajah sok asikmu itu, Nina.

“KAAAU!!!”

Watanabe Yuna sudah siap dengan ayunan tangannya, bergegas ingin memukulmu. Dengan refleks kamu menyelamatkan diri menutupi wajah memakai siku. Wah, perang ini mah udah.

Eh, kok belum kena-kena ya pukulannya?

“Jangan bertengar disini,”

Kamu menurunkan bahumu, sebuah suara menginterupsimu dan membuatmu serta merta terkejut menemukan cowok tinggi sedang menahan tangan Watanabe Yuna yang tadi hendak digunakan untuk memukulmu.

Cowok itu memandang dingin, lalu menoleh kearahmu sedikit, meski tidak benar-benar melihatmu, “berisik sekali. Orang nggak bisa lewat.”

Orang keren ini; Tsukishima Kei.

•••

Your Side Face [Haikyuu-Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang