14# MELIHAT BINTANG

317 51 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Your Side Face

© Nopembermu, 2019

.
.

EMPATBELAS


Tsukishima menerima passing darimu, ia berhenti.

Pemuda itu mengatur napasnya, sepertinya latihan yang kamu lakukan dengannya sudah menguras banyak tenaga. Kalian sepakat untuk berlatih dan menemukan lapangan basket kosong di sebelah utara, sepertinya orang-orang di komplek ini jarang menggunakannya. Sayang banget kan kalau fasilitas umum tidak dimanfaatkan dengan baik? Makanya kamu dan Tsukishima berinisiatif memaksimalkan sarana pemerintah seefisien mungkin. Alias, di sekolah sudah tidak ada lapangan kosong makanya mengungsi kesini.

Alasan saja itu mah. Hehe.

Dan, ayolah, sekarang sudah jam tujuh malam. Kalian sudah latihan selama tiga jam penuh tanpa istirahat.

“Hei Tsuki—eh apa aku boleh memanggilmu ‘Tsukki’, Tsukishima?” kamu mendekat kearahnya, lamu memperhatikan wajahnya yang tertunduk karena kelelahan.

Tsukishima lalu mengalihkan pandangannya padamu, “Kalau kamu yang manggil, apapun boleh.”

Diberi jawaban seperti itu, kamu malah memberi tatapan bosan pada bocah berkacamata yang sekarang langsung terperenyuk dan menyimpan bola disebelahnya, kamu yang sadar diri sudah mengajaknya latihan terus-terusan langsung ikut jatuh terduduk disebelahnya, “Capek ya? Tapi permainanmu boleh juga, Tsukki.”

“Kamu mengakuinya?” Pertanyaan Tsukishima itu kamu jawab dengan anggukan, dan pemuda itu malah tersenyum miring, “Malah aku yang kaget merasakan permainanmu yang kelas nasional banget.”

“Lebay dih.” Kamu bangkit mengambil tasmu yang berada diluar lapangan, setelah diingat-ingat sebelum kemari kamu sudah membeli dua minuman isotonik (yang sekarang sudah tidak dingin lagi) dari mesin otomatis, kamu memberikannya satu kepada Tsukishima, lalu ia bangun dari tidurnya ikutan duduk meleseh lagi.

“Tapi seriusan, deh.” Tsukishima membuka botol yang barusan kamu berikan lalu langsung meneguknya, “Kenapa nggak ngelanjut basketmu? Kamu kan ada bakat disana.”

Mendengar Tsukishima mengatakan hal yang demikian kamu malah tertawa keras sekali untuk menanggapinya, setelahnya memilih tergelintang; tidak peduli seragam olahragamu akan kotor atau bagaimana. “Tsukki, bulannya bagus loh.”

Sekali melirik kearahmu, si pemuda berkacamata itu memutuskan untuk ikut tergeletak menyaksikan langit malam, “Apaan? Banyakan bintangnya.”

“Yaiyalah. Bulan kan memang cuma satu!” kamu sewot sendiri kan jadinya.

“Oh gitu?”

Gemintang memperlihatkan rekatanya dengan mengagumkan di langit malam yang seharusnya kelam; tapi langit Miyagi kali ini seakan sedang memberi penghiburan menyenangkan pada siapa saja yang bersedia medongak keatas; ada langit kerlap-kerlip dan bulan benderang disana. Hari pasti sudah cerah sekarang hingga bisa memberi pemandangan semenakjubkan ini.

Tsukishima diam-diam menoleh kearahmu sedikit, selepasnya melihat ke tempat kamu memandang lagi; langit.

"Latihanmu kemarin di Tokyo gimana?"

"Seru."

"Seru doang? Udah?" Kamu tidak percaya Tsukishima akan mengeluarkan jawaban semembosankan itu, "Masa kesanmu latihan seminggu penuh di Tokyo cuma itu sih?"

"Habis harusnya apa?"

"Ya, kayak pemain sana yang menginspirasimu, atau cowok Tokyo yang katanya ganteng-ganteng."

"Percaya deh," Tsukishima menaikan alis, "cowok Miyagi lebih segala-galanya dari cowok Tokyo."

"Okay, Tsukki. Okay." Kamu tertawa meski tak sungguhan percaya, "Kalau insiden, gimana? Aku kemarin dengar dari Hitoka kalauー"

"Pertengkaran Kageyama dan Hinata, maksudmu?"

"Tadi pagi aku menemukan Kageyama dengan wajah lebam." Kamu tertunduk sedih.

"Bukannya itu biasa buat anak cowok?"

"Apanya?"

"Wajah lebam."

"Tetap saja kan. Dulu aku waktu masih jadi anak basket nggak pernah sampai begitu soalnya."

"Mereka anak cowok. Wajar." Tsukishima berhenti sebentar, "Nanti juga berbaikan lagi, mereka kan duo combi."

Kamu mengerling sedikit kearah Tsukishima, "Tsukki?"

"Hm?"

"Tumben kamu nggak ngegarem. Haha." Sindiran yang halus. Ngalus mba, ngalus.

Tsukishima mendecih sebal. Dan sehabis itu suasana menghening dengan sendirinya.

Menyisakan dua orang terlentang yang menatap bintang.

Kesunyian yang bertahan lumayan lama ini menyenangkan, kan?

“Aku nggak masuk nasional di inter-high tahun lalu, waktu SMP.” Kamu bercerita tanpa mengalihkan atensi, “Makanya di SMA aku memutuskan untuk sibuk organisasi, memilih divisi olahraga, dan bermain musik di klub yang hampir bubar karena kurang anggota.” Setelah tertawa kecil, pandanganmu menjadi serius setengah kesal, “Dan para kakak kelas itu ingin merebutnya. Nggak akan kubiarkan!”

“Kamu berhenti basket meskipun sejago itu?”

Kamu tertawa, “Aku nggak jago basket. Aku cuma suka.”

Tiba-tiba terlintas di ingatan Tsukishima perkataan seorang senior dari Fukurodani di kamp pelatihan kemarin, 'Kamu tidak suka voli? Atau mungkin kamunya saja yang nggak jago-jago amat kali?'

Mungkin kamunya saja yang nggak jago-jago amat.

Mungkin kamunya saja yang nggak jago-jago amat.

Nggak jago-jago amat.

Nggak jago-jago amat.

Kamu.
Nggak.
Jago.

Benar-benar memori yang datang dalam waktu yang tidak tepat.

“Shimazaki Nina...”

“Hm, ya?”

“Kenapa memilih berhenti dari basket?”

Suara Tsukishima sedikit parau tapi masih bisa dengan jelas kamu dengar.

“Karena aku ingin bergabung di OSIS, lalu bergabung di divisi olahraga secepat mungkin—”

Kamu mendongak dalam baringan itu, menemukan Tsukishima yang sedang menontonmu bercerita. Tepat saat itu, pandangan kalian bertemu. Dua mata yang di lindungi kacamata itu berada dalam saru garis lurus. Iris mata beningmu mampu menyihir si pemuda dalam ilusi menyenangkan yang membuat hati siapapun berdebar, di situasi seperti ini bukankah momen yang tepat untuk menyatakan rasa sukamu; mengutarakan perasaan jatuh cinta yang hinggap dalam kondisi ini?

“—lalu bertemu Kageyama sesering yang kubisa.”

Eh?

“Kamu tahu, Tsukki? Aku sudah lama sekali menyukai Kageyama jauh sebelum sekarang.” Mengatakannya dengan wajah bahagia.

Terasa seperti kesalahan.

Hei, apa kamu sadar? Ketika menginformasikan rasa sukamu itu, ada hati yang seketika patah; di situasi paling tepat untuk jatuh cinta.

Seperti saat ini.

•••

Your Side Face [Haikyuu-Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang