BAB 5: LEMON TEA

20 3 0
                                    

Jam 07.00

Rumah Alea

Hari ini memang hari kebentunganku. Kenapa? Karena kelas 1&2 diberi waktu belajar di rumah untuk 3 hari kedepannya. Hari ini akupun ada janjian kepada teman-temanku termasuk Olla sahabatku. Mereka mengajakku untuk pergi ke pantai. Yeah, sekedar untuk menenangkan diri saja seusai mengerjakan tugas sekolah yang selalu diminta untuk ku kerjakan, memang pada saat itulah kepalaku merasa pening dan rasanya tak fokus terhadap tugas tersebut. Untung saja Papa dan Ibu mengizinkanku untuk pergi bersama teman-temanku, Alangkah bahagianya aku, hihihi...

Jam 08.00

Rumah Olla

"Wah akhirnya kau datang juga Alea tepat waktu. Baiklah tanpa mengulur waktu lagi, Ayo kita naik mobilku saja" ajak Olla dengan semangat

"Baiklah, aku ikut denganmu" ujar kami serempak

Di tengah perjalananku aku merasa dihantui oleh suasana di kota yang lebih asri dan bersih. Pikiranku lebih segar dan siap fokus untuk masalah apapun. Setelah beberapa menit kemudian, mobil Olla berhenti pada suatu parkiran mobil yang luas

"Jaga diri kalian baik-baik ya, Papa Olla akan pergi pulang dulu" ujar Papa Olla dengan senyum yang lebar
"Ya terima kasih, Papa Olla"

"Terima kasih, Pa" lalu Olla menyalami Papanya dan pergi ke tepian pantai

"Hey lihat, sekarang pantai kita sudah bersih ya, tukang bersih-bersih di pantai sini memang sangat rajin dan para warung-warung kecil juga sudah tersedia di sana" cerocos Melati dengan penuh semangat

"Oh iya, kalian sudah bawa tikar kan, Ayo kita buka tikarnya dan keluarkan makanan dan minuman masing-masing" kataku dengan cengengesan

Sambil melihat di sekitaran pantai, tiba-tiba ada seorang pria duduk sendiri tanpa ada teman disebelahnya, mungkin sambil menunggu temannya ia menghitung kerang hijau yang ia peroleh, tetapi tunggu, kenapa dia berwajah pucat seperti itu. Apakah dia?

"Alea, kau sedang mengamati siapa? Pria berwajah pucat pasi itu ya yang duduk sendiri sambil menghitung kerang hijau?" Tanya Yuni dengan penuh antusias.

Hm, rupanya Yuni telat mengerti apa yang aku amati. Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba teman-temannya datang sambil membawa makanan dan minuman, disana ada 2 orang perempuan dan 3 orang pria termasuk dirinya. Akupun langsung berbincang-bincang kepada teman-temanku dan tiba-tiba terdengar bunyi erangan dan botol terjatuh yang masih penuh.

"AAAKKHH!!!"
"BLUK!"
"BRUK!"

Akhirnya aku langsung bergegas ke TKP tetapi banyak yang mendekatinya pria terdebut dan akupun langsung memberi perhatian.

"JANGAN MENDEKAT!" Tegasku, aku langsung mendekati pria tersebut dan setelah kucek nadinya ternyata dia sudah tidak bernyawa, tunggu mulutnya bau almond. Apa? Dia terkena racun potasium sianida dan botol minum lemon tea ini masih seutuhnya penuh sebagiannya sudah diminum. Aku langsung menyuruh Olla untuk mencari kain putih untuk menutupi jasad tersebut dan aku sudah menyuruh Yuni untuk memanggil polisi. Taka lama setelah Yuni menelpon akhirnya kepolisian pun datang juga, dan mereka langsung menyelidiki korban lalu aku disuruh untuk meminta keterangannya

"Maaf, bolehkah aku minta tanda mata kalian setelah berbelanja di mini market" ujarku

"Baiklah dari aku, namaku Emma dan aku teman dekat Rafly(korban keracunan) aku hanya membeli snack dan minuman untukknya, ntah kenapa dia langsung tak sadarkan diri" jelasnya dengan nada menahan tangis

"Lalu aku, namaku adalah James. Aku adalah sahabat Rafly, aku hanya membeli sebuah snack berukuran besar agar dapat dibagi-bagi oleh teman-temannku" jelasnya dengan nada yang sama dengan Emma

"Namaku Fian dan aku hanya mengantar James untuk membeli snack, aku tidak membeli apa-apa kecuali menemani James" jelasnya, lalu aku meminta tanda mata pria terakhir

"Aku Putra dan aku hanya membeli 1 pack permen mint untuk teman-temanku. Sebetulnya aku ingin menemani Rafly tetapi dia enggan di temani oleh siapapun, daripada dia akan marah-marah dengan berat hati akupun meninggalkannya" jelas pria tersebut. Hm, sepertinya pria yang diketahui bernama Rafly memiliki banyak masalah ya?

Lalu aku meneliti seisi botol lemon tea tersebut, tutup botolnya sepertinya sudah rusak sebelum ia memakainya. Tanpa pikir panjang akupun bertanya pada salah satu sahabat korban

"Oh iya, apa kebiasaan korban sebelum ia meminum air dari botol?" Jawabku lalu pria tersebut menjawab

"Dia selalu mengocok dengan keras botolnya lalu ia langsung meminumnya" jelas pria tersebut

"Selalu mengocok botol dengan keras lalu meminumnya langsung. Oh iya! Bau almondnya juga berasal dari tutup botol tersebut. Berarti dialah teman dekat korban dan ia punya alibi yanh sempurna. Terjawab sudah! Berarti dialah pelakunya!" Batinku dengan senyum kecil, tiba-tiba teman-temanku menghampiriku lalu ada salah satu yang bertanya

"Kau sudah menentukan pelakunya Alea?" Tanya Melati

"Ya aku sudah menemukannya dan akan kujelaskan" jawabku

"Apa kau sudah menentukan alibi dari keempat orang itu, Alea?" Tanya salah seorang polisi

"Ya, aku sudah menemukannya dan terdapat alibi yang sempurna" ujarku dengan tegas

"Lalu, siapa pelaku diantara kelima orang ini, nak?" Tanya James si sahabat dari korban

"Tentu saja dia" sambil menunjuk ke arah Emma

"Ja... jangan bercanda nak, apa kau sudah salah memilih alibi? Lagipula aku hanya membeli minuman dan snack lalu pulang, kan?" Tanya Emma kepada teman-temannya, tetapi temannya hanya diam membisu

"Alibimu sudah sangat sempuran kak Emma. Pertama, kau membeli minuman dan snack untuk korban, lalu kau berjalan lambat agar kau dapat berjalan di bagian paling belakang tanpa mereka sadari, lalu anda dengan kasar membuka tutup botol tersebut agar tidak memakan banyak waktu, lalu racun sianida tersebut dioleskan ke dalam tutup botol bagian dalam dan menutupnya kembali dengan rapat, tanpa kau menyadari tutup botol tersebut telah rusak karena dibuka dengan kasar dan langsung memasukkannya ke dalam plastik. Kedua, setelah kembali ke pantai lagi, Anda menyerahkan botol lemon tea tersebut dan langsung mengocok botolnya tanpa sadar bahwa tutupnya telah rusak. Racun sianida tersebut telah terkontaminasi oleh lemon tea tersebut. Jadi, apakah alibiku benar Kak Emma?" Jelasku dengan menatap Emma yang terlihat menyesal

"Ya, akulah pembunuhnya, aku sakit hati padanya. Pada saat aku menyukainya dia lebih memperhatikan wanita lain daripada aku. Aku sudah berusaha membuatnya senang kepadaku setiap hari. Nyatanya? Dia lebih memperhatikan yang lain daripada aku. Makanya selama ini kedekatan aku dan dia hanyalah sandiwara semata dan aku takkan pernah menyukainya lagi" jelas Emma dengan wajah penuh ketegasan dan penyesalan

Akhirnya Emma di amankan oleh kepolisian setempat dan korban dibawa ke Rumah Sakit untuk dilakukan autopsi lagi. Liburan kali ini cukup menyenangkan dengan adanya kasus yang datang menghampiriku

"Eh, kita pulang yuk, hari semakin panas. Tidak nyaman jika kita terus berjemur disini" tukas Olla lalu dengan cepat membereskan tikar dan barang-barang mereka.

Tak lama kemudian, mobil Olla akhirnya datang dan mengantar kami pulang ke rumah masing-masing. Ya, liburan ini cukup mengasyikkan walaupun banyak menguras akal yang ku keluarkan.

         -Seorang laki-laki yang
        Mencintai wanita sejatinya
        Ibarat seperti kamera,
        Dia akan fokus ke salah
       Satu objek dan akan me-
      Mbayang jika dengan objek
       Lain-
             -Alea Reana-

Makasih udah baca novel ini, semoga kalian paham dengan novel ini. Jangan lupa saran dan kritik di kolom komentar.
          

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang