BAB 7:"SELAMAT JALAN, INSPEKTUR"

17 2 0
                                    

10.00

Kantor Besar Kepolisian Metropolitan

Besok adalah hari terakhir liburku dan setiap hari libur sekolah papaku mengajak ke kantor miliknya yang sungguh besar
Kulihat di sekeliling ruangan dan ada Inspektur Doni dan ia mungkin sedang mengatur anak buahnya dan dia langsung menyapaku
"Hai, Alea. Baru-baru ini kamu ke kantor papamu ya?" Tanya inspektur dengan senyum menawannya

"Iya inspektur, rupanya kantor papa ini melebihi gedung pertemuan ya" jawabku dengan cengengesan. Tiba-tiba papa datang menghampiriku dan inspektur

"Alea, papa ada urusan penting kamu sama inspektur aja ya. Doni, tolong ajak anakku keliling kantorku dulu agar dia senang" ujar papaku

"Baik pak" ujar inspektur dengan membungkukkan kepalanya

"Daagh Alea" lalu papa langsung pergi terburu-buru. Tanpa memakan waktu yang banyak inspektur langsung mengajakku ke sekeliling kantor dan memyebutnya ruangan satu per satu

"Ini adalah ruang rapat dan di sebelah ruang rapat ada ruang kerja bagi para kepolisian disini" jelasnya dengan sangat rinci. Tiba-tiba aku ingin buang air kecil di kantor papa. Tapi, dimana toiletnya? Tanpa pikir panjang aku langsung menanyakannya ke inspektur

"Inspektur, toilet dimana ya?" Tanyaku dengan nada mendesak karena tak tahan lagi

"Toilet ada di bagian paling belakang lantai ini, akan inspektur tunjukan arahnya" ucap inspektur lalu aku mengikuti langkahnya. Aku masuk ke dalam kantor dan toiletnya bersih sekali tetapi tidak ada tukang pembersih toilet.

"Inspektur tunggu diluar, ya" ujarnya lalu aku tak merespon inspektur. Setelah aku selesai aku akan membuka pintu, tetapi tiba-tiba aku mendengar erangan seseorang

"Aaaakkkhh..."
Apakah itu erangan...

Deg!

Jangan-jangan, aku langsung membuka pintu kamar mandi dan mendapati inspektur telah bersimbah darah dan pisau yang menancap di dadanya. Aku langsung mengecek denyut nadinya dan, Oh... Inspektur telah pergi

Aku menangis di depan inspektur dan menutup muka inspektur lalu menelpon papa

"Apa? Doni tewas?! Bagaimana bisa terjadi Alea?" Ujar papa dengan nada memekik

"Aku tidak tahu pa, aku akan ceritakan nanti" ucapku dengan nada menangis

Siapa yang berani-beraninya membunuh inspektur dengan cara keji ini? Siapa? Aku takkan memaafkannya. Karena inspektur sudah kuanggap pamanku sendiri begitu juga papa. Aku masih menangis tersedu-sedu sambil memandangi mayatnya yang telah agak kaku

"Hiks... Kenapa inspektur pergi terlalu cepat? Mengapa pisau dapur tiba-tiba tertancap di dadanya? Siapa yang melakukannya? Aku ingin orang tersebut ku hukum mati sepuasnya!" Batinku

Tak lama para polisi dan papa menghampiriku dan mayat inspektur. Lalu papa juga berwajah pucat pasi seperti inspektur yang sudah terbaring di dalam kubangan darahnya.

"Autopsi mayat ini dan bawa dia kerumah sakit!" Perintah papa kepada anak buahnya

"Baik, Pak!" Jawabnya serempak dan dengan sigap menutup tubuh inspektur dan akan dibawa ke Rumah Sakit

"Bagaimana ini bisa terjadi, Alea?" Tanya papa dengan bimbang dan cemas karena telah ditinggal oleh sahabatnya sendiri

"Aku tadi diajak jalan-jalan dengan inspektur tapi tiba-tiba aku ingin ke toilet dan aku lihat sekilas ada seseorang dari celah pintu yang berseragam polisi lengkap mungkin itu anak buah papa? Dan pada saat aku akan keluar aku mendengar erangan inspektur dan setelah ku ikuti suara tersebut ternyata inspektur sudah tergeletak di depan toilet. Kemungkinan papa pelakunya adalah seseorang berseragam polisi dengan topi" ujarku dengan berbisik pada papa. Lalu papa langsung menyuruh salah satu anggotanya yang hanya memakai jas merah. Ternyata hanya 4 orang yang menggunakan seragam polisi lengkap. Siapa pelaku yang sudah membunuh inspektur?

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang