BAB 6: RUMAH 150 BLOK C

18 2 0
                                    

Jam 17.30

Persimpangan Jalan Kecil

"Kaakk... Kaakk" suara bunyi gagak yang selalu bernyanyi sepanjang perjalananku.

Ini perjalanan yang paling menakutkan karena aku harus menyelidiki rumah nomer 150 di blok C paling akhir. Rumah tersebut cukup seram karena tak ada lampu penerang di bagian depan rumah, Untung saja aku ditemani dengan papa. Papa juga akan menyelidiki rumah tua ini. Konon katanya, di rumah tersebut pernah terjadi hal-hal mistis oleh paranormal dan kedok rumah tersebut belum diketahui siapa pemilik rumah sebenarnya.

Dengan langkah terseret sebenarnya aku enggan memasuki rumah tersebut, katena terpaksa akhirnya aku berjalan di samping Papa sambil menelaah isi ruang tersebut dengan senter handphone milikku dan tak lupa membawa senter cadangan berisi penuh agar kami tidak tersesat di tengah rumah nan angker ini begitu juga Papa

"Pa, jalannya hati-hati dong, ini banyak serpihan kayu dan kaca lho. Bisa-bisa nanti kena kaki--" ujarku terpotong karena mendengar dencitan pintu yang keras lalu

"BRAAAK!" Pintu menutup dengan sangat keras

"Aaakkhh....!" Aku refleks menjerit ketakutan dan langsung mendekat kepada Papa

"Sudahlah Alea, di dunia nyata ini mana ada hantu bergentayangan. Katanya kamu ingin memecahkan misteri tersebut" ucap Papa ringan lalu berjalan lagi.

Tiba-tiba, pandanganku tertuju pada kamar mandi tersebut. Tunggu sebentar, air kerannya masih mengalir. Pasti ada seseorang disini. Lalu pintu tiba-tiba terkunci sendiri. Aku berusaha membuka pintu tersebut karena tak tahan aku berteriak minta tolong kepada Papa

"PAPA, PAPA BUKAKAN PINTU INI PA, ALEA TERKUNCI DISINI. PAPA TOLONG! SIAPAPUN DISITU TOLONG AKU, AKU TAHU PASTI ADA SESEORANG DISINI SELAIN PAPAKU. TOLONG BUKAKAN PINTU INI!!!" Aku menjerit sekuat-kuat ku tetapi papa tak kunjung meresponku, aku mendobraknya kuat-kuat tapi pintu tak kunjung terbuka.

Ruangan ini benar-benar pengap, tak ada udara yang masuk dikamar mandi ini sialnya tak ada ventilasi atau apapun. Tak lama napasku terasa sesak dengan cepat aku mengambil handphoneku dan menelpon inspektur sekaligus sahabat Papa yang bernama inspektur Doni, ia memang inspektur yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan oleh kepolisian dan ia juga sangat baik kepadaku, Akupun langsung menelpon inspektur Doni

"Inspektur..." ujarku dengan nada melemas

"Tolong, aku terjebak di rumah Blok C paling terakhir, aku sekarang berada di kamar mandi rumah ini aku sedang terkunci dan papa yang mungkin sedang tersesat di rumah ini, jangan lupa bawa alat pembuka pintu atau bukakan kuncinya" aku langsung mengambil napas seadanya di ruangan ini untung saja lantai ini kering dan keran air sudah kumatikan. Lalu inspektur menjawab

"Apa, kau dan papamu terjebak di rumah misterius itu? Baiklah aku dan anak buahku akan segera ke sana. Secepatnya" jawab inspektur lalu aku menjawab

"Baik, terima kasih inspektur. Tolong datang secepatnya" pintaku

Aku mulai merasa kehabisan udara disini dan ditambah kepalaku yang mulai pusing menyerangku. Sial, apalagi yang harus diterima oleh tubuhku ini? Aku langsung tidak sadar dan bersandar di bak kamar mandi dengan keadaan gelap gulita.

Beberapa saat kemudian

-Hah, aku sudah diluar rumah ini. Lalu siapa yang membawaku kesini?- Batinku. Disini aku bersama perawat-perawat yang tadi mengobatiku, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Oh iya, dimana papa? Refleks aku langsung langsung pergi mencari papa tanpa menghiraukan kata-kata perawat tadi, badanku memang terasa masih sakit tapi biarkan aku harus mencari papa sekarang. Aku langsung menuju ke celah lantai tersebut dan mendapati lorong rahasia. Aku langsung memasuki lorong tersebut dan ternyata papa sudah dipukul oleh pemilik rumah tersebut. Aku terkejut dan langsung membawa papa keluar rumah

"Apa kau sanggup melawan pemilik rumah misterius ini? Bisa-bisa kamu dipukul kayak papa gini" ujar papa dengan nada melemas

"Tak perlu khawatir pa, aku akan melawan si pemilik misterius ini" tanpa pikir panjang aku langsung memegang kayu dan bersiap memukul si pemilik jahat ini. Tak lama pemilik pun datang

"Hihihi, datang juga kau anak nakal,mau bertanding denganku ya?" Kata sang pria berbadan kekar dengan pakaian compang-camping dengan senyum menyebalkan itu

"Baik, aku siap bertanding denganmu, pemilik jahat!" Tanpa pikir panjang aku ingin memukul kepalanya sama seperti ia memukul papa. Sial, pukulanku ditepis oleh pria tersebut dan suara sirene polisi mulai berdatangan, akupun langsung menghidari pukulan si pria dan dengan cepat memukul pria tersebut dari belakang

"BUG!!"
"BRUK!!!"

Tanpa pikir panjang aku langsung memborgol tangannya dan polisi dengan sigap mengamankan si pria tersebut. Lalu ia berbicara kepadaku

"Kau menang nak, suatu saat nanti akan kubalas jasamu" ucap pria tersebut. Eh tunggu, itu bukannya si pengedar narkoba yang telah lama borun dan memyembunyikan kedoknya dan meresahkan warga ya? Kenapa ada di rumah misterius ini? Aneh. Dan beruntung saja dia sudah diamankan dan dibawa oleh polisi dengan keamanan ketat.
Karena phobiaku terhadap kegelapan yang amat mencekam aku langsung berlari tergopoh-gopoh untuk menuju ke luar rumah. Huft! Beruntung saja tidak ada hal yang ganjil di dalam rumah. Aku langsung mendekati papa dan ternyata papa sudah mengerti semua

"Wah tak sangka, putri papa memang pemberani. Papa bangga punya anak sepertimu, Alea" ujar papa dengan bangga

"Ya aku juga bangga dengan papa karena papa telah melindungiku pada saat masuk rumah ini" ujarku dengan bangga juga

Lalu papa melabel rumah tersebut dan mengembok pintu rumah dan gerbangnya sekaligus
Hari sudah malam dan waktunya untuk pulang. Seluruh perawat, polisi, dan personil keamanan sudah memasuki mobil masing-masing dan meninggalkan rumah angker tersebut. Kasus tadi memang menguji adrenalin ku tadi bagaimanapun juga kasus tetap kasus dan harus segera dipecahkan.
 
        -Sepandai-pandainya kau
       Bersembunyi, nantinya
         Juga akan menampakkan
                 Ekormu-
                 -Alea Reana-
 

           

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang