BAB 11: SLICE STORY FROM HIRAKA

13 1 0
                                    

05.30

Kyoto, Jepang

Sebulan sebelum aku pindah ke Indonesia

"Ohayou, Genzo-kun!" Sapaku kepada adik kecil ku yang sekarang berumur 4 tahun yang bernama Genzo

"Ohayou, onee-chan! Tumben sekali kaka bangun pagi-pagi seperti ini? Padahal ini libur musim semi kan?" Tanyanya

"Aku hanya ingin bangun pagi-pagi Genzo, memangnya tidak boleh?" Tanyaku yang sedang sedang sibuk menyusun sushi dan merebus air untuk membuat teh matcha

"Jangan marah onee-chan aku hanya bertanya saja" ujarnya dengan sedikit bersalah

"Sudahlah kita sarapan saja dulu. Sekali-kali kita makan sushi kan. Itu kan sudah menjadi budaya negara kita kan" aku dan adikku melahap sushi yang sudah kubuatkan sambil menunggu otosan dan okasan yang sendari tadi sudah pergi ke pasar. Lalu, temanku yang bernama Juriko mengetuk pintu rumahku

"Oh, Juriko. Ada apa? Tumben kau mampir kerumahku?" Tanyaku, lalu Genzo berbicara padaku

"Kak Hiraka, aku mau main ke rumah temanku"

"Haik, kiwotsukete!" Ujarku sambil mengelus rambut Genzo lalu ia keluar rumah

"Hiraka, pr bahasa kanjimu sudah selesai? Aku mau lihat dong" ujarnya sambil memohon kepadaku

"Lho, bukannya sensei sudah menjelaskan kembali materi tentang kanji?"

"Tapi kanji ini cukup susah, aku bingung harus memulai dari mana dulu" jelasnya lalu membuka lembaran buku yang berisi huruf hiragana dan harus diganti ke aksara kanji sebisanya

"Ya, ya. Nanti aku jelaskan. Mari masuk dulu" sapa ku sambil membungkuk di samping pintu dan ia membalas bungkukannya

Aku menjelaskan panjang lebar kepada Juriko, teman sekolah sekaligus teman rumahku. Setelah ia sudah mengerjakan tugasnya iapun beranjak berdiri dan akan pulang

"Aku akan langsung pulang saja, masih banyak pekerjaan rumah yang harus kuselesaikan. Arigatou gozaimasu, Hiraka" ujarnya lalu langsung berlari menuju kerumahnya. Tak lama kemudian ortuku pulang dari pasar dan mereka berbicara baik-baik kepadaku

"Nani?? Sebulan lagi kita akan pindah negara? Okasan yang benar saja. Aku ingin menetap di Jepang saja, biar aku yang menjaga Genzo. Okasan dan Otosan pergi saja ke Indonesia. Gampang kan?" Aku bertanya dengan hati yang sangat bimbang
Sebulan lagi aku angkat kaki dari Kyoto dan meninggalkan Jepang. Tempat kelahiranku. Jika aku bersekolah disana aku tidak tahu apapun tentang bahasa disana. Aksara hiragana, katakana, dan kanji sudah sangat melekat di otakku begitujuga bahasa Jepang tradisional -batinku

"Kita akan tinggal disana selamanya dan mengucap sayonara kepada teman maupun sahabat. Hiraka, sumimasen. Okasan memang ada kegiatan penting dari luar negeri dan Okasan harus menetap disitu sekarang. Okasan tahu kau memang sangat lihai dalam bahasa Jepang, tetapi ini sudah takdir, nak. Kau harus memakluminya" ujarnya sambil memegang pundakku dan tak lama Genzo pulang ke rumah dan otosan menjelaskan apa yang tadi terjadi

"Jadi kita harus pindah rumah ya? Genzo ingin menetap di Kyoto saja bersama kak Hiraka. Kasihan teman-temanku, ia harus kehilangan ku begitu juga Genzo" ujarnya lalu menahan air matanya

Apa yang dikatakan adikku memang benar. Teman-temanku di Kyoto juga akan kehilanganku begitu juga aku. Aku benar-benar tidak mau kehilangan mereka.

Aku duduk diatas tatami yang empuk dan nyaman sambil aku belajaran tentang bahasa asing bagiku. Ini benar-benar susah diucapkan dan jika aksaranya bukan aksara Jepang pasti aku tidak akan mengerti apa yang diucapkan orang-orang disana

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang