BAB 12: FAKE FRIEND?

13 1 0
                                    

Sabtu, 14.00

Super Mall Phoenix

"Baru pertama kali ibu ke mall sebesar ini denganmu, nak" ujar ibu dengan bangga sambil celingukan ke kanan kiri

"Ya, aku juga sama. Lagian juga mall ini jauh dari rumah kita" jawabku.

Mall dengan luas sekitar 3 hektar dengan lampu yang cerah menghiasi perjalananku bersama ibu. Ya, ibu baru saja pulang dari kerja yang membebaninya selama 1 bulan. Aku dan ibu mampir ke salah satu toko dan membeli berbagai macam makanan, aksesoris, dll. Lalu, aku dan ibu beralih ke toko baju yang sangat-sangat luas.

"Pantas mall ini populer, disini juga beraneka macam baju juga serba ada" ujarku. Setelah aku masuk kedalam toko baju di mall tersebut kudengar seperti benda besar dan berat dari lantai mall ini

"GUBRAK!!!"

Tak lama terdengar jeritan histeris

"KYAAAAAA!!!"

Dengan sigap aku langsung menuju ke sumber suara dan setelah kulihat ada orang yang terjatuh dari mall ini dengan darah segar yang mengucur ke seluruh tanah depan mall. Aku langsung menuju keluar mall lalu mengarah ke TKP bersama ibu. Ibu pun sudah menelfon kepolisian tadi.

Ada jeratan tali di leher sang korban. Pasti salah satu pembunuhnya ada disekitar sini- gumamku. Aku pun  mengundang beberapa saksi dan teman terdekat korban untuk menuju ke TKP. Salah satu wanita dengan wajah pucat pasi dan merasa syock langsung menerangkan kejadian tersebut

"Tadi aku sedang ingin memilih baju. Aku terkejut dengan suara yang memekakkan telingaku dan setelah aku melihat kebawah rupanya... ada... seseorang... yang
... ma... ti..." dengan nada terbata-bata wanita yang tidak disebutkan namanya langsung pingsan dan langsung diangkat oleh petugas kesehatan. Mungkin wanita tersebut memiliki trauma hearing(*rasa syock yang berlebihan dan membuat dadanya merasa sesak. Lalu salah satu pria menyampaikan bukti saksinya

"Aku sahabat dari korban tersebut, sebelumnya aku hanya ingin jalan-jalan sendiri ke toko lain dan ia mungkin ingin membeli baju lalu masuk ke kamar pas. Setelah aku kembali dari toko lain. Sahabatku sudah terjatuh dari lantai atas dengan kondisi mengenaskan" jelasnya.

Sang pelayan dengan tubuh sangat tinggi juga menjelaskan kondisi tersebut

"Ya aku memang melayani pria tersebut dan mengantarnya sampai ke kamar pas karena ia tidak tahu dimana kamar pasnya. Setelah aku mengantarnya sampai di depan pintu pas, salah satu lelaki aneh menegurku dengan suara beratnya dan menuduh aku akan berbuat yang tidak-tidak kepada pria tersebut"

"Hm, memangnya apa ciri-ciri pria yang kau katakan tadi?"

"Bertubuh tambun dengan kumis yang tebal dan orangnya mungkin sangat sulit ditebak" ujarnya sambil mengingat wajah orang tersebut

"Tapi maaf nak, rasanya dia sudah ada lagi disini" sambungnya

Seorang lelaki bertubuh tambun, kumis yang tebal dan sulit ditebak? Aneh, dari berbagai saksi disini tidak ada yang sama dengan pria aneh itu. Anehnya lagi, dia tidak datang ke sini-gumamku dan sampai aku tak terasa bahwa ibu dari tadi masih melihatku dengan serius

"Kau sudah menemukan pelakunya nak? Tampangmu serius sekali" tanya ibu yang tanya dengan sangat antusias

"Eh, belum bu aku masih menggali analisis lagi" ujarku

Senjata pembunuh saja tidak ada disini dan pria itu memiliki kesamaan dengan pelaku. Jika pelaku tidak ada di TKP... jadi... Ah! Itu ya taktiknya- ujarku di dalam hati dengan senyum puas

"Bagaimana pelaku tidak ada disini kan? Aku akan memanggil polisi lainnya saja untuk melacak si pelaku" ujar pelayan tersebut lalu mengambil ponselnya

"Percuma kau terfon polisi lagi untuk melacak pelaku, sebab pelakunya memang sudah disini dengan cara bersembunyi"

"Hah? Sudah ada pelaku disini? Jangan bercanda!" Mata mereka tampak membelalak tanda tak percaya

"Dari mana kau tahu disini ada pelaku? Jangan bercanda lah nak, ini bukan main-main. Sahabatku baru saja terbunuh tadi" ujar pria yang berpura-pura tak tahu

"Jangan pura-pura tak tahu paman, karena pelaku yang sedang bersembunyi di balik kedok adalah kau paman" dengan penuh keseriusan mata ku tertuju pada pria tersebut

"Kau membunuh sahabatmu dengan menyamar seperti orang lain. Benar kan Alea?" Celetuk ibu yang membuatku terkejut

"I...iya bu. Hehehe"ujarku. Baru kali ini ibu berbicara seperti itu

"Biar kujelaskan ya. Pertama kau masuk ke toko baju bersama sahabatmu lalu kau ingin menganti baju dengan alasan ingin pergi ke toko lain padahal kau ingin menganti bajumu sebagai pria aneh. Kau datang sambil menyelinap di sudut-sudut ruangan yang kosong, setelah kau sudah akan  sampai ke kamar pas pelayan masih di depan kamar pas dengan sahabatmu, sontak kau langsung mengubah suaramu dan membentak kepada pria tersebut. Beruntung saja toko tersebut ramai dikunjungi orang dan kau menyelinap lalu mencekik sahabatmu di dalam kamar pas. Karena suara ramai pengunjung jadi suara erangan sahabatmu tidak akan di dengar pengunjung lain" jelasku dan tiba-tiba pelayan tersebut bertanya

"Bagaimana caranya ia mengantar mayat sahabatnya? Jika didorong atau dipikul pasti pria tersebut sudah dibawa ke kantor polisi" tanyanya

"Mudah hanya dengan menggunakan tas seluncur ski yang berukuran besar. Dia memasukkan mayatnya kedalam tas seluncur ski sambil menyelinap ke sudut-sudut ruangan sama seperti kau datang ke kamar pas sebelum ia terbunuh. Lalu kau langsung melemparkan mayat sahabatmu sambil membuang tas tersebut lalu langsung berlari untuk mengganti pakaianmu lagi dan menuju ke TKP dengan pakaian yang sudah diganti dengan pakaian saat kau berangkat ke mall. Apa aku benar, pria misterius?" Tanyaku sambil mataku terus menuju ke pria tersebut

"A... aku sudah sangat muak bersahabat dengan pria itu! Dia hanya mengusik kehidupanku dan menggangap aku hanya makhluk bodoh baginya dan yang paling aku benci adalah dia sudah merebutkan pacarku lalu menyindirku dengan perkataan pedas itu! Niat membunuhku sudah sampai klimaks kepadanya!" Ujarnya sambil mengepalkan tangannya tanda kemarahan pria tersebut sudah sampai puncaknya.

Pria tersebut dibawa ke polisi setempat sedangkan mayat sahabatnya dibawa ke rumah sakit untuk autopsi lebih lanjut

Lalu aku dan ibu melanjutkan berbelanja kebutuhan kami lalu pulang sampai petang menjemput kota ini. Setelah sampai dirumah, aku langsung mandi dan tak lupa untuk mengisi baterai hpku yang sudah mati dari tadi.

-Semua manusia pasti membutuhkan manusia lain, tetapi tidak dengan seorang yang memiliki ego terlalu berlebihan-
~Alea Reana~

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang