BAB 4: ANAK HILANG

22 3 0
                                    

14.30 Siang, Pulang Sekolah

Sekolah SMA Pancasila

"Huft! Hari ini panas sangat menyengat aku sudah tak tahan!" Celetuk Olla (sahabatku sejak kami TK)

"Ya lagian juga ini masuk musim kemarau ya jelas panas. Eh daripada kita panas-panasan di sini, kita duduk yuk di bawah pohon" ajakku

"Ayo disana pasti sejuk". Kami berbincang-bincang sebentar di bawah pohon dan akan pulang segera, Tiba-tiba datang sang bapak dengan lari tergopoh-gopoh menghampiriku

"Permisi, apakah benar kau... Detektif Alea? Aku butuh pertolonganmu" ujar bapak tersebut dengan napas tersengal-sengal

"Ya dengan aku sendiri, ada apa? Ada yang bisa kubantu, Pak. Lalu siapa nama Bapak?" Tanyaku

"Baiklah, namaku Ryo, aku benar-benar butuh pertolonganmu, kumohon" pinta Bapak tersebut dengan nada memelas

"Baiklah, ceritakan kejadian yang Anda alami, Pak" ujarku

"Anakku... Anakku tidak ada dirumah!" Jawab Bapak tersebut dengan rasa gelisah

"Apa, hilang? Bagaimana bisa, Pak? Apakah anak Anda bermain terlalu jauh?" Tanyaku

"Apa anak Anda lupa dimana jalan pulang kerumah?" Sela Olla tanpa sabar

"Tidak! Dia tidak mungkin lupa jalan pulang kerumah dan anakku tak pernah bermain jauh, Biasanya anakku bermain di taman dekat rumahku. Tetapi saat aku menjemput anakku pulang dia tidak ada hanya meninggalkan tas sekolah miliknya, padahal aku sudah mengawasinya dari balik rumah" jelas Bapak tersebut

"Apakah anak Anda bermain bersama teman-temannya?" Tanyaku

"Dia memang bermain dengan teman-temannya tetapi anakku masih saja bermain di taman tersebut, aku pun meninggalkan dia sebentar saja karena aku harus mematikan komporku, dan tak lama kemudian anakku sudah tidak ada di taman hanya meninggalkan tas sekolah miliknya. Ini tas milik anakku" jelas Bapak tersebut lalu menyodorkan tas kecil yang lucu

"Apa? Ini penculikan!" Batinku, dan rasanya Olla juga tahu tentang kasus ini

"Pak, bolehkah kami menganalisis di taman dekat rumahmu? Aku harus melihatnya sekarang" pintaku lalu Bapak itu menyetujuinya
"Baiklah ayo nak" ajaknya.

Akhirnya Aku dan Olla berjalan mengikuti Bapak tersebut, sambil berjalan akupun menelpon papaku

"Pa, aku dapat sebuah kasus, ini kasus penculikan anak ada anak yang hilang seusai bermain di taman dekat rumahnya, apa papa akan kesana sekarang?" Tanyaku

"Baiklah,Papa dan anggota Kepolisian lainnya akan kesana Alea kamu tunggu saja ditaman"
"Baiklah, Makasih papa" akupun langsung menutup telfonku

"Sekarang kalian sudah ada di TKP dan tas milik anakku tadinya ditempatkan disini" jelas bapak itu dengan menunjukkan lokasi bukti itu tergeletak

"Oh iya, ngomong-ngomong siapa nama anak Anda?" Tanya Olla

"Anakku bernama Mia ia baru kelas 1 SD" jawabnya.

Tak lama kemudian mobil kepolisian telah datang dengan membawakan sejumlah personil keamanan. Yeah, ini mirip seperti tahanan yang akan masuk dalam jeruji besi. Lalu papa menghampiriku

"Bagaimana, apa kau sudah mendapatkan keterangan, nak?" Tanya papa

"Belum pa, aku baru saja menemukan sebuah tas kecil lucu ini" lalu aku menyodorkan tas tersebut kepada papa

"Begitu ya? Oh ya apakah kau Olla teman dekat dari Alea?"

"Ya Pak, aku memang ingin menemani Alea memecahkan kasusnya dan aku ingin tahu tentang segala hal yang berhubungan dengan analisis" cerocos Olla tanpa ada kalimat  titik.
Sambil berkeliling di area taman tiba-tiba aku melihat sebuah kertas dibawah kursi taman, dengan sigap akupun mengambil kertas tersebut dan berisi:
"ANAK KECIL INI SUDAH KUBAWA DI GEDUNG THEATER LANTAI PALING ATAS. JIKA KAU INGIN MELEPASKAN ANAK TERSEBUT TEBUSLAH UANG 10 JUTA SECEPATNYA!"

"Apa jangan-jangan anak itu nyawanya dalam bahaya!" Batinku. Tanpa pikir panjang akupun langsung melaporkan ini kepada papa

"Papa, baca surat ini Anak kecil ini dalam bahaya kita harus selamatkan sekarang"

"Baiklah, Hey semuanya! Kita bergegas menuju gedung Theater terbesar di kota ini. Cepat bergegas dan aktifkan GPS kalian. Mengerti?"

"Siap kami mengerti, Pak!" Ujar mereka dengan serempak lalu memberikan hormat kepada Papaku. Aku dengan sigap menaiki mobil Papa dengan mengandeng Olla dan bapak tersebut ikut dengan kami. Selama beberapa menit kami langsung keluar dari mobil masing-masing dan berlari menuju lantai paling atas lebih tepatnya ruangan terbuka

Lantai Paling Atas Gedung Theater

"Dimana ayahku, paman. Katakan lalu dimana permenku yang sudah kau janjikan? Mana?"
Tanya Mia (anak dari Pak Ryo) lalu menangis memanggil ayahnya

"Ssshh... Diam anak kecil kalau kau masih saja menangis akan kau lempar dari gedung ini Hahaha..." Tawa pria tersebut tanpa rasa berdosa. Tiba-tiba...

"BRAK!!!" pintu darurat terbuka dengan keras

"Lepaskan anak itu sekarang!" Perintah papa kepada pria tersebut

"Ayah... Aku disini---"

"Mau lari kemana kamu hah?! Jika kalian ingin melepaskanku tebuslah uang 10 jutamu sekarang!" Perintah si pria tersebut dengan menodongkan pistol tepat di kepala Mia

"Ayah tolong aku! Aku tidak mau kehilangan ayah!" Ucap Mia dengan menangis. Para personil keamanan sudah menyiapkan sniper mereka, siap menembak pria tersebut

"Jangan tembak anakku!"
" Tembaklah saja aku!"

"Tebuslah dulu 10 jutamu baru akan kukembalikan anak---"

"DOORR!!" Suara ledakan pistol dari salah satu anggota papa mengguncangkan kasus ini dan Olla masih bersembunyi di belakangku beruntung peluru tersebut tidak mengenai pria tersebut

"Dengar, suara pistol sudah mengguncangkanmu sekarang lepaskan Mia sekarang juga!" Bentakku karena tak kuat melihat seperti ini. Akhirnya Mia terlepas dari sekapan pria tersebut dan Mia menghampiri ayahnya dengan penuh tangis

"Sudah kulepaskan anak tersebut sekarang mana uangku? Atau jika tidak akan ku antar gadis ini ke langit" ujarnya sambil menodongkan pistol ke arahku

"Hanya uang yang sudah membutakanmu sekarang waktunya kau ke jeruji besi!" Bentakku. Pria itu hanya tertawa kecil sambil memamdangiku

"DOORR!!!" Terdengar suara pistol yang berada dari kejauhan mengarah padaku. Aku langsung bergegas ber tiarap, dan salah satu personil keamanan berteriak kepadaku

"NONA ALEA!!! TIARAP!!!!"
Akhirnya peluru itu tak sempat mengenaiku. Fyuh! Selamat. Tanpa memakan banyak waktu akhirnya polisi-polisi tersebut langsung mengamankan pria tersebut, lalu Mia dan ayahnya diantarkan ke Rumah Sakit terdekat bersama ayahnya karena Mia mengalami luka ringan karena dipukul oleh pria tersebut, dengan diantar oleh salah satu anggota Papa. Berarti Mia disekap dan di bawa kabur oleh pria buronan tersebut dengan meninggalkan tas kecilnya di taman tersebut. Akhirnya Papa, Aku, dan Olla pulang bersama dengan menaiki mobil milik Papa.

Sesampainya dirumah

"Alea, kau tidak apa-apa kan? Papa khawatir waktu kamu membentak pria tersebut" ujar papa dengan nada cemas

"Aku tak apa-apa pa, bahkan syock di batinku juga perlahan hilang. Oh iya Ibu belum pulang juga ya pa?" Tanyaku pada papa, lalu papa menjawab

"Ibu sedang berada di kantornya mungkin ia akan pulang nanti malam. Sudah ya Alea, papa mau ke kantor dulu buat menganalisis lagi kasus itu. Jangan lupa pintu dikunci ya. Daagh Alea" ujar papa lalu papa langsung menutup pintu.
Hah, hari ini memang melelahkan untung saja di meja makan masih ada kue yang utuh jadi aku makan kue tersebut sampai habis lalu aku mandi dan membereskan rumah. Yah, rumah ini sedikit berantakan jadi aku tak perlu banyak-banyak membereskan ini itu.

             -Kadang manusia akan
        Menjadi buta jika ia sudah
            Terlena dengan harta-
                   -Alea Reana-

Jangan lupa saran dan kritik di kolom komentar ya. Good luck!           

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang