BAB 9: KEJAR MISI!

20 2 0
                                    

12.00

Rumah Alea

"Pa, hari ini baru ada kasus yang menggemparkan lho di bagian kota South Phoenix. Ada sekumpulan perampok yang datang dengan menodongkan senjata tajam dan hampir membunuh salah satu pegawai bank. Apa kita harus kesana pa?" Tanyaku

"Ya bolehlah, kita sekalian saja bantu-bantu penyelidikan disana" dengan cepat aku mengganti pakaian dan berjalan menuruni tangga dan berpamitan kepada salah satu pembantu baruku

"Bi, tolong jaga rumah dengan baik. Jika ada kejadian janggal telfon saja aku atau papa"

"Baik, Nona" ujarnya dengan menganggukkan kepala

Aku keluar menuju rumah dan menuju pintu lalu menaiki mobil papa yang sudah dipanaskan. Sesampainya di tempat TKP aku melihat seseorang sedang merintih kesakitan karena luka gores yang banyak disekujur tangan, kaki, dan muka, dia akan dibawa kerumah sakit dan pegawai yang lain sedang terikat tali dan mulut tertutup isolasi hitam. Para polisi yang lain sedang melepaskan ikatan tali tersebut dan menyuruh pegawai lainnya untuk tenang. Akupun bertanya kepada salah satu pegawai yang masih syok karena kejadian tersebut

"Kapan peristiwa itu terjadi? Apa ada korban jiwa lainnya selain pria tersebut? Bisa tolong simpulkan peristiwa ini?" Aku bertanya sambil membawa buku note dan bolpoin hitam

"Pa... Pada jam 10.00 para nasabah dan pengunjung sedang meminjamkan uang disini dan tiba-tiba datang segerombol pria kekar menodongkan pistol kepada kami dan mengancam ditembak jika tidak memberikan sandi kepada kami. Lalu, salah satu pegawai yang pemberani langsung menolaknya dan tak lama kemudia ia langsung dikeroyok dengan sebilah pisau ditangannya tapi hanya dia yang menjadi korban jiwanya selain ia tidak ada korban jiwa lainnya. Kami langsung diikat dengan tali dan menutup mulut kami dengan isolasi hitam" jelasnya dengan badan masih gemetaran dan mengigit kukunya

"Jangan cemas, para polisi pasti akan mengejar pelaku dan mengembalikan uang para nasabah dan pengunjung" aku memberikan sebotol air putih dan ia langsung menjawab 'terima kasih' begitu pula pegawai lainnya

"Ini perampokan yang keji, beruntung saja tidak ada korban tewas" gumamku.

"Alea, kau jaga-jaga saja disini dengan salah satu polwan kami dan papa akan mengejar pelaku dengan anak buah papa" perintahnya dengan nada tegas

"Ya, pa" ujarku

Tak lama kemudian, salah satu pembantuku menelfon dengan nada mendesak dan berbisik

"Nona Alea, kulihat tadi ada segerombol perampok bank sedang bersembunyi di belakang  rumah kosong. Mungkin ia sedang puas-puasnya menghitung uang curiannya. Tolong, beritahu Tuan tentang masalah ini. Maaf jika aku salah menebaknya, Nona" jelasnya dengan nada berbisik dan sangat mendesak

"Terima kasih, Bi. Penjalasanmu mungkin bisa membantu kasus ini"dengan cepat aku mengejar papa dan memberi tahu penjelasan salah satu pembantuku ini

"Pa, aku dapat laporan dari Bi Sari. Dia melihat ada segerombol perampok bank sedang bersembunyi di belakang rumah kosong itu. Pasti mereka sedang ada disitu" jelasku

"Baik Alea, laporanmu sungguh membantuku" lalu papa pergi dan menaiki mobilnya

'Jadi markas mereka ada disana? Dekat sekali dengan rumahku ini. Huft! Dasar perampok bodoh' gumamku dengan tertawa kecil

-Di sebuah markas perampok di belakang rumah Alea

"Akhirnya kita bisa mendapat uang sebanyak ini dengan mengelabui mereka. Hahahaha!" Ujarnya dengan tertawa puas

"Ya, tapi aku mendengar ada sirine polisi kesini. Apa dia akan menggeledah rumah ini?" Tanya salah satu perampok yang sudah mulai cemas

"Tak perlu cemas, kita sudah menyiapkan alat-alatnya tinggal kita menghabisi mereka"

"BRAK!!!"

"Keluarkan diri kalian masing-masing! Waktu kalian sudah habis untuk bermain petak umpet!" Bentak papaku yang sudah mulai kesal, tapi salah satu bos mereka ada yang menantang papaku

"Baik, siapa takut? Akan kutembak kau, pecundang!" Ujarnya dengan menodong sebuah pistol tetapi sayang, peluru di dalam pistol tersebut sudah disita oleh polisi lainnya secara diam-diam

"Cetrek, cetrek. Ah, sial dimana peluruku?!" Bentaknya dengan menatap anak buahnya sudah terikat dengan borgol dan kakinya sudah tertembak dengan peredam suara

"Semua senjatamu sudah disita dengan anak buahku, bodoh. Mau lari kemana lagi? Mau melawanku lagi?" Ujar papaku sambil menodongkan pistol berisi peluru kepada kepala perampok

Tak lama, perampok mulai menyerahkan diri dan terlihat para pembantu rumah merasa lega atas penangkapan perampok tadi. Papa berterima kasih kepada salah satu pembantunya dan kembali ke bank tersebut

"Bagaimana, papa sudah menangkap para perampok itu?" Tanyaku

"Ya, mereka mendadak lengah ketika papa menodongkan pistol kepada mereka. Baik, kondisi sudah membaik, mohon harap tenang dan lebih hati-hati dalam menjaga brankas ataupun hal lain yang sangat penting!" Papa berbicara dengan bijaksana dan mengembalikan uang para nasabah dan pengunjung lain. Mereka memulai aktivitas mereka masing-masing dan berterima kasih kepada kami dan juga para polisi lainnya. Aku dijemput pulang oleh papa. Sebelum masuk ke mobil, papa sempat menelfon seseorang lalu mobil berjalan menuju rumahku juga kembalinya para polisi untuk kembali ke tugasnya masing-masing. Sampai di depan rumah, papa sempat berbicara sebentar denganku. Aku mendengarnya pun merasa senang

"Alea, besok ibu akan pulang nanti siang. Tolong sambut ibu dengan baik, ya" ujar papa

"Benarkah, pa?" Tanyaku yang sudah mulai tidak sabar. Papa hanya menganguk lalu tersenyum padaku dan meninggalkanku di depan rumah dengan mengengam kunci rumah

Sudah lama ibu tidak pulang. Aku jadi tidak sabar untuk menunggunya besok.

     -Sepandainya tupai melompat ia juga akan terjatuh juga-
~Alea Reana~

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang