BAB 14:'TENANG SEPERTI AIR ?'

7 1 0
                                    

09.00

Rumah Alea

"Hari ini papa libur ya? Kadang kan lembur"ujarku sambil menuju taman belakang rumah

"Papa libur sehari saja Alea karena kita harus kerumah klien untuk mewawancarai papa. Katanya sih memang ada wawancara kepala polisi"ujarnya sambil mengemasi buku dan file diatas meja kerjanya

"Kapan kita kesana?"

"Jam setengah 10"

Aku hanya ber 'oh' pendek dan aku segera berganti pakaian.

11.00

Rumah Klien

"Akhirnya kau datang juga. Wawancara akan mulai sebentar lagi lho"ujar pak Dito sambil mendorongku menuju ke rumahnya yang lumayan besar dan lukisan-lukisan unik yang membuat mataku tak berkutik sedikitpun

"Ini hasil karya dari kakek kami Alea, dia bernama Kakek Jafar dan aku cucu dari Kakek Jafar Kayla, salam kenal"dia memperkenalkan dirinya dan juga kakeknya. Akupun menjawab perkenalannya

"Alea Kek"

"Salam kenal nak, tapi kakek tidak bisa lama-lama disini, kakek harus menyelesaikan lukisan-lukisan lain"ujarnya lalu tersenyum padaku dan juga pada Kayla

"Selesaikan saja lukisanmu kek, dan mungkin lebih baik jika salah satu lukisan ini bisa terjual dengan harga tinggi"ujar salah seorang wanita tinggi dengan wajah sinis dan menatap tajam kakeknya. Tapi kakek tersebut langsung diam menunduk

"Kakak, jangan berbicara seperti itu pada kakek! Hargai usaha kakek selama ini"ujar Kayla sambil mendekat pada kursi roda milik kakeknya

"Jangan ikut campur, Kayla! Sudah berapa kali kakak katakan, ini urusan aku dan kakek!"ujar wanita tersebut sambil meninggalkan kita bertiga

"Maaf atas kelakuan kak Olivi padamu Alea. Akhir-akhir ini kakak suka mengkritik kakek dengan ucapan yang pedas"

"Tak masalah, aku takkan membahas masalah ini pada siapapun"ujarku, tapi setelah kulihat kak Olivi kakak Kayla memang sepertinya terpaut 10 tahun. Kayla yang kira-kira berusia 16 tahun dan kakaknya yang berusia 26 tahun. Tunggu, kenapa kakaknya masih belum menikah? Ah entahlah

"Oh iya ngomong-ngomong, dimana orang tuamu Kayla? Apa mereka sedang sibuk?" Mendengar pertanyaanku itu Kayla langsung menunduk dan mungkin menahan tangis

"Orang tuaku sudah lama meninggal pada saat mereka pulang kerja bersama. Akhirnya kakeklah yang mengurus aku dan kakak sampai sekarang"

Tak lama, Pak Jafar langsung meninggalkan aku dan Kayla sebelum ia pamit kembali

Kulihat para kameramen sudah berkumpul dan menyusun kamera masing-masing. Dan kulihat Kayla terlihat gelisah dan mengigit bibir bawahnya

"Ada apa Kayla? Mengapa kau terlihat gelisah?" Tak lama dia mencengkram tanganku dengan kasar

"Detektif Alea! Tolong aku! Pasti ada yang terjadi pada kakek! Kuharap Tuan Holmes dan dirimu bisa membantu firasatku"tanpa ba-bi-bu Kayla langsung menarik tanganku

Ada apa dengannya? Tumbennya dia memanggilku detektif dan nama Holmes. Apa dia juga suka cerita misteri dan novel Sherlock Holmes?

Kami berlari ke lantai 2 dan menuju tempat kerja Pak Jafar. Setelah kulihat, dia sudah tergantung diatas langit-langit dan badannya sedikit terayun di ruangan yang remang-remang dan terdapat sebuah jus apel. Apa ini pembunuhan?

"KAKEEEEEKKK!!!!!....." teriak Kayla yang membuat para keluarganya menghampiri Kayla

"Ada apa Kayla? Kau tau di depan sedang diadakan wawancara papa Alea!" Tak lama, suasana menjadi gaduh

"Jangan berisiik!! Aku akan memanggil salah satu polisi disini. Kita autopsi kasus ini termasuk saksi kasus ini!" Ujarku sambil sedikit berteriak karena suasana yang sangat gaduh

"Mulutnya bau almond dan dia keracunan potasium sianida dari jus apel tersebut" ujarku dan salah satu anggota polisi mulai mengautopsi jus apel tersebut

"Kepada para saksi, mohon berikan bukti saksi kalian"

"Aku cucu dari Kakek Jafar, Olivi. Aku keruang kerjanya hanya memberi segelas jus apel karena aku disuruh untuk membuat jus apel untuknya" aku langsung mencatat hasil saksi mereka

"Aku anak dari Pak Jafar, Budi. Aku kesini hanya memberikan cat dan kuas yang dia perintahkan padaku. Setelah itu aku langsung keluar untuk mendengar wawancara Pak Reza

Hanya 2 orang saksi sekarang. Kayla saja baru datang tadi disini jadi dia tidak bisa dijadikan saksi dan dia masih menangis seperti biasa. Tentang jus apel memang sudah mengandung potasium sianida tapi tidak ada sisa tablet racun itu di dalam jus tersebut, tapi di dalam jus terdapat 1 biji apel di dalamnya dan sepertinya ada bekas tali tebal di tangan kak Olivi. Oh! Sekarang aku mulai mengerti apa pengganti racun sianida pada jus tersebut. Apa yang dikatakan Kayla memang benar, Holmes membantuku!

"Alea, kau sudah dapat pelakunya?" Ujar salah satu polisi sambil terus menatap para saksinya

"Iya bahkan ada juga pengganti pil sianida" aku tersenyum puas dengan kasus ini

"Alea,apa ada pelaku diantara kami?"

"Tentu saja, kakekmu meninggal dengan pembunuhan tertutup, Kayla. Pertama, kakakmu masuk sambil membawa jus apel pada kakeknya, bukannya sejak dulu kau bilang akhir-akhir ini kakekmu dan kakakmu bertengkar terus? Kemungkinan besar keluargamu tidak punya pil sianida dan kau menggantinya dengan biji apel, sebab kandungan dalam biji apel adalah reaksi sianida yang rendah, jadi reaksi sianida tersebut bisa dinetralkan oleh tubuh dan gejala pertamanya mungkin pingsan dan merasa mual. Dan apa itu bekas jeratan tali tebal itu kan kak Olivi? Kau membuat ikatan di tali sebesar kepala Pak Jafar. Setelah ia pingsan kau memasukkan ikatan tersebut di kepalanya lalu mengangkat badan pak Jafar sampai ke langit-langit. Setelah itu kau mengikat kembali tali yang dibuat untuk menggerek tubuh Pak Jafar. Alibimu benar-benar jelas kak Olivi. Trik ini memang tenang seperti air" jelasku dan Kak Olivi mulai menitikkan air matanya

"Kau tahu setelah aku dan Kayla di asuh oleh kakek? Aku sangat cemburu! Aku hanya dijadikan budak untukkan sedangkan Kayla dia di manja seperti anaknya sendiri. Pada saat itu dia pernah mengkritik lukisanku dan dia juga mengkritik ku lebih pedas padahal sama sekali aku tidak pernah diajari melukis olehnya. Serasa aku tak pernah dianggap olehnya" lalu dia tersenyum dan dibawa oleh salah satu polisi untuk diautopsi dan mayatnya sudah dibawa oleh mobil ambulance

Kulihat Kayla masih saja menangis sampai matanya sembab dan hidungnya lebih memerah. Ku ajak dia untuk pergi keluar sampai wawancara benar-benar selesai

"Bagaimana Alea? Kasusnya sudah selesai?"

"Sudah pa, beruntung saja papa bawa salah satu polisi disini. Jika tidak akan lebih panjang masalahnya" aku sedikit tertawa dan pamit kepada keluarga Kayla untuk kembali kerumah sedangkan papa menuju ke kantornya lagi

"Sampai jumpa Alea, lain kali datang kesini lagi ya. Hati-hati!" Dia melambaikan tangan dan mobil papa sekarang sudah melaju jauh dari desa tersebut

Alea With A CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang