PROLOG
Gadis berponi depan itu menghembuskan napasnya lelah, jam berdentang ke angka 12 malam. Namun nyatanya, gadis itu masih fokus dengan satu buku paket tebal di hadapannya. Santapan yang sangat menghibur malamnya.
Ting!!!
Pelangi Abelia Talitha, sapa saja Talitha. Gadis itu mengerutkan alisnya saat notification handphonenya berdering nyaring, kenapa ada saja orang yang mengirim pesan kepadanya selarut ini?
Kak Putra
•Gimana?
•Kamu mau kan jadi pacar saya?Gadis itu menghembuskan napasnya, lelaki ini sejak tadi pagi terus saja merasuki otak Talitha. Kalimat lelaki yang dasarnya hanya lah sebuah bualan.
Kak Putra called you
Talitha gelagapan sendiri, bingung antara memilih mengangkat atau membiarkan notifikasi panggilan itu hilang ditelan waktu.
Namun, setelah Talitha memastikan sekali lagi. Gadis itu mengangkat Panggilan tersebut.
"Malam."
Talitha mengangguk, yang sangat pasti tidak akan dilihat oleh lelaki itu, Putra.
"Ngapain telepon Talitha malam-malam?"
"Sudah tidur ya? Maaf ganggu."
"Iya."
Talitha menggigit bibir bawahnya begitu keras, menunggu di seberang berbicara terlebih dahulu.
"Satu hal yang harus kamu tahu, Tha."
Talitha masih setia menunggu.
"Saya menjadikan kamu pacar saya, ada alasannya, bukan hanya saya sayang kamu. Tapi..."
Talitha menghembuskan napasnya, "Apa kak?"
"Dengan ini, namamu tidak akan tercemar, karena kasus itu."
Kedua bola mata Talitha kembali berkaca-kaca, tiba-tiba saja lidahnya terasa kelu tak dapat berbicara atau bergerak sekalipun.
"Keputusan ini sudah saya pikirkan matang-matang."
Talitha menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Sudah Talitha bilang kak, bukan Talitha. Itu bukan Talitha kak!"
Talitha menahan tangisnya. Mencoba untuk tidak menangis, dia masih tahu malu untuk tidak terlihat lemah di hadapan orang yang dia sayang.
"Bagaimana itu bukan kamu? Sangat jelas saya lihat, kamu didekat Putri."
Talitha membekap mulutnya, begitu percaya sekali Putra tentang video yang sudah memfitnah dirinya.
"Jelas banget ya kak, bahkan Sandra sendiri juga ada disitu. Kenapa kakak gak tanya Sandra, apa benar Talitha yang melakukan itu?"
Putra terkekeh di balik benda pipih itu.
"Tawaran saya masih berlaku Talitha, saya menyayangi kamu. Makanya saya katakan ini."Talitha menghapus air matanya yang mengalir di pipi. "Maaf kak. Talitha gak mau sama kakak. Talitha, gak bisa pacaran sama kakak. Dan Talitha juga gak dibolehin pacaran sama mama."
Putra menghembuskan nafasnya gusar. "Iya gak pa-pa. Tapi, saya gak bisa menyangkal isu itu, Talitha. Sebab, kamu benar-benar pelakunya."
Bip.
Sambungan telepon itu mati dengan sepihak, Talitha menghapus air matanya. Kenapa begitu sakitnya tidak dipercaya? Kenapa begitu sakitnya di fitnah?
****
"Dia yang bunuh kembaran gue!""Talitha? Jadi benar kamu yang melakukan rencana ini?"
"Talitha, ini sudah termasuk tindakan kriminal, kamu sudah melakukan pembunuhan berencana."
"Iya Bu,. Talitha sudah bunuh adik saya."
Mama menatap Talitha dari atas hingga bawah, video itu terus terputar di ipad milik mama. Talitha menundukkan kepalanya, takut bukanlah kondisi yang tepat. Walaupun, dirinya tidak melakukan hal keji tersebut, namun tetap saja rasa takut merasuki relung hati gadis itu.
"Kamu bunuh teman kamu Tal??" tanya mama, tajam.
Talitha menggelengkan kepalanya. "Talitha, gak pernah mau ngelakuin hal itu mama!"
"TERUS INI APA!!! KAMU SUDAH GILA YA?!"
"MAMA SEKOLAHIN KAMU ITU, UNTUK BELAJAR BIAR BISA JADI ORANG YANG BERGUNA, BUKAN JADI PEMBUNUH!"
"MEMANG DI SEKOLAH KAMU ADA PELAJARAN MEMBUNUH?"
PLAK!
Pipi Talitha seperti perih dan panas. Mengapa semua orang tidak percaya kepadanya? Apa tidak ada seorang pun yang mengetahui kejadian yang sebenarnya??
"APASIH MAKSUD KAMU BUNUH PUTRI?!"
"APA YANG KAMU MAU DARI DIA?"
"SEMUA YANG KAMU MAU, SELALU MAMA KASIH KE KAMU? APA YANG KURANG!"
Talitha menutup kedua telinganya, caci maki ini terus terlontar setelah kejadian penuduhan ini.
"Mama! Itu bukan Talitha!"
"Mama, Talitha capek!"
"Talitha malu ma!"
"Pindahin Talitha sekarang juga ma!"
"Talitha gak kuat."
Tubuh gadis itu tiba-tiba tersungkur ke bawah saat itu juga, seketika mama percaya. Itu bukan Talitha, bahkan mama sangat tahu, seperti apa seluk-beluk anaknya.
Diraihnya tubuh putrinya dan didekapnya dengan sangat kencang. Tak harusnya dia menampar anak gadisnya, tak juga harusnya dia membentak dan menuduh Talitha yang seperti ini.
"Mama akan urus ini, kamu pasti akan tetap melanjutkan tugas kamu, sayang." Mama mengelus puncak kepala Talitha. "Mama sayang sama Talitha," ucap Mama.
"Mama urus kepindahan kamu."
******
aahh senang bgt update
long time no c❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
Teen Fictionkisah klasik yang akan kalian nikmati dari awal hingga akhir✨ "Jika awalnya kamu hanya sandiwara, tapi kenapa kamu tidak ingin mengakhiri?" -🌈