3. •Awal Seleksi•

1.2K 120 68
                                    


TIGA




"Cakep banget!"

Malu-malu Pelangi tersenyum menanggapi satu pasukan yang isinya lebih dari 10 lelaki-menggodanya dengan iseng. Pelangi hampir saja melempar wajahnya sendiri ke rooftop sekolah karena sangat malu.

"Yang digendong Biru gak sih?"

"Hooh."

"Kalau gak cakep, kayanya si Biru ogah gendong anak orang ke UKS!" imbuh mereka bergantian.

Pelangi menghembuskan napas kasar. Semakin mempercepat langkahnya menuju kelas melewati koridor yang dipenuhi murid-murid yang menatap Pelangi dengan rasa penasaran dan irinya.

Hal tersebut jelas bukan tanpa sebab. Tragedi bola dan pingsan adalah akar dari topik gosip hangat mereka. Lebih-lebih Pelangi merupakan siswi baru di sekolah ini-dengan mudah menarik perhatian Biru? Oh ayolah ... Pelangi seperti masuk kandang macan tutul.

"Dengar-dengar Bu Olva ngadain seleksi olimpiade."

Sontak Pelangi memperlambat langkahnya. Menguping perbincangan dua gadis yang masih berjarak satu meter di depanya.

"Oh iya? Gue harus ikutan nih!" seru lawan bicaranya dengan girang.

"Yang ikutan pasti banyak! Soalnya kan, anggota tetapnya ada Kak Biru sama Kak Ari."

"Dan Bu Olva cuman pilih satu orang doang."

"Yah ... lawannya pasti susah banget."

Pelangi melewati mereka yang masih merundingkan masalah seleksi olimpiade SMA Pelita. Pelangi pikir, dia tidak buruk untuk mengikuti seleksi olimpiade tersebut. Sehingga punya keinginan untuk berpatisipasi-apalagi ada kak Biru. Diam-diam Pelangi mengulum senyum.

Kedua kaki Pelangi berhenti melangkah mendapati poster yang menempel cantik di papan pengumuman koridor sekolah. Poster tersebut terpajang begitu jelas karena ukurannya yang cukup besar. Merasa tidak puas dengan jaraknya berdiri, memilih melangkah mendekat. Membaca seksama syarat-syarat dari olimpiade tersebut. Namun baru sebaris kalimat dibaca, Pelangi tertegun seketika.

Yuk daftarkan diri kamu untuk mengikuti seleksi olimpiade di SMA Admijaya!

Rasanya untuk melihat asal sekolahnya saja membuat darah Pelangi berdesir, mengundang sensasi panas di sekujur tubuhnya. Apalagi kalau harus kembali dan bertemu dengan orang-orang yang ada disana? Astaga ... Pelangi tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti.

Bola mata Pelangi bergulir kearah ujung poster di bagian bawah, tersemat nama Biru sebagai pusat narahubung pendaftaran seleksi olimpiade.

Pelangi meneguk salivanya bulat-bulat, kemudian berlari kecil meninggalkan mading tersebut. Pikirannya kacau, sehingga tanpa sadar melangkahkan kakinya begitu cepat menuju kelas.

"Ini benaran gak ada yang mau ikut seleksi?" tanya Lalisa di depan kelas dengan tegasnya.

"Karena setiap kelas paling tidak ada satu orang yang menjadi kandidat!"

PELANGI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang